Arabella 25

7.2K 724 40
                                    

Happy reading🖤
.
.
.
.
.

Rey yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Ara, seakan ikut ditarik untuk mengikuti ke mana gadis itu akan pergi. Bukannya Rey terlalu kepo untuk mengetahui semua tindakan yang Ara lakukan, hanya saja cowok itu ingin menemukan semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar di otaknya. Mengapa ekspresi datar Ara berubah menjadi ekspresi binggung saat memegang mawar itu? Mengapa Ara tiba-tiba bolos? Pertanyaan-pertanyaan itu sejak tadi terus mengangu pikiran seorang Alfarendra Rey Pratama.

Melihat langkah Ara mulai menjauh, dengan cepat Rey bangkit, berniat mengikuti ke mana gadis itu akan pergi. Ia tidak boleh ketinggalan jejak Ara, karena menurutnya Ara begitu misterius dan jenius.

Naya sontak berbalik, menatap Rey yang secara tiba-tiba berdiri. "Rey, kamu kenapa berdiri? Kamu butuh sesuatu?" tanyanya lembut.

"Nggak, gue mau ke toilet dulu!" Selesai mengucapkan itu, Rey segera berlari ke luar kelas untuk menyusul Ara.

Naya mengumpat kesal, akhir-akhir ini perhatian Rey teralihkan. Bahkan untuk sekedar menghabiskan waktu berdua saja sangat jarang. Ditambah dengan tugas Rey sebagai ketua OSIS, semua waktu Rey habis hanya karena hal-hal yang menurut Naya sangat tidak penting. Setiap perhatian dan waktu Rey harusnya hanya untuk Naya, bukan yang lain! Jujur rasanya Naya ingin cepat-cepat menikah dengan Rey, agar seluruh perhatian Rey hanya untuknya dan tidak ada lagi yang berani mengganggu hubungan mereka, termasuk Ara.

"Tunggu aja, Ara! Gue bakal pastiin rencana gue kali ini bakal buat lo ngejauh dari Rey. Jangankan Rey, bahkan gue akan buat lo engah dari dunia ini," ucap Naya pelan dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu.

***

Rey terus menyusuri koridor sekolah yang sepi, pria itu tidak menemukan keberadaan Ara di sana. Rey mencoba untuk pergi ke toilet siswi, namun nihil tidak ada siapa-siapa di sana. Rey sendiri bingung harus mencari keberadaan Ara di mana lagi. Hampir semua tempat sudah ia periksa, apakah gadis itu bolos lagi? Jika memang benar, Rey berjanji akan memberikan gadis itu hukuman yang akan membuatnya berpikir dua kali untuk melakukan kesalahan yang sama untuk kesekian kalinya.

Karena merasa lelah, akhirnya Rey memutuskan untuk beristirahat di salah satu bangku yang berada di koridor tersebut. Kedengarannya aneh, ketua OSIS tapi bolos! Tentu hal itu sangat tidak baik tapi soal tugas yang diberikan guru yang berhalangan hadir hari ini, ia akan kerjakan sebentar. Untuk otak seperti Rey itu sedikit mudah, intinya sekarang ia harus memikirkan di mana tempat ia bisa menemukan Ara.

Sementara dari kejauhan, Nathan yang baru saja keluar dari toilet terhenti ketika melihat Rey yang sedang duduk di bangku koridor sendirian. Nathan segera berjalan mendekati Rey, untuk sekedar bertanya apa yang dilakukan sahabatnya di sini padahal jam pelajaran sedang berlangsung, karena tidak  biasanya, Rey seperti ini. Setahunya sahabatnya itu sangat mementingkan pelajaran daripada apapun. "Eh, ngapain lo di luar sendirian?" tanya Nathan.

Rey mendongak. "Nggak ngapa-ngapain," jawab Rey seadanya. "Lo sendiri ngapain di luar? Nggak belajar?" sambungnya.

"Belajarlah, tapi gue izin ke toilet bentar. Hm ... kalau gitu, gue balik ke kelas dulu, ya! Soalnya ada kuis dadakan, jadi harus buru-buru."

"Iya." Setelah itu, Nathan segera berlari menuju kelasnya, meninggalkan Rey sendiri.

Rey kembali bangkit dari duduknya, pria itu memutuskan untuk mencari Ara ke kantin sekolah. Siapa tau saja, 'kan gadis itu pergi ke sana. Rey mulai berjalan di koridor, matanya tak berhenti bergerak mencari-cari keberadaan Ara di sudut-sudut sekolah.

Seketika Rey mengehentikan langkahnya, kala netranya menangkap sebuah benda kecil yang baru saja jatuh dari arah atas. Rey menyipitkan matanya, memastikan benda apa yang baru saja jatuh di depannya itu. "Kalung?" gumamnya bertanya.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now