Rasya mengangguk dan ia pikir juga tak ada salahnya jika memaafkan laki-laki itu.

"Ok, gue maaf-in lo. Gue pegang kata-kata, lo. Kalau sampai lo khianat-in atau sakit-in gue lagi, gak akan ada kata maaf untuk ke-dua kalinya."

"Pegang, Sya. Pegang kata-kata gue, karena gue cuma ingin hidup tenang. Dan gue cuma mau bilang ke lo, hati-hati dengan orang di sekitar lo."

"Maksud, lo?"

"Zevanya."

"Oh, dia. Gue emang harus selalu berhati-hati sama dia. Gue gak mau kalau sampai cowok gue di rebut sama nenek lampir macam dia."

Laki-laki tersebut terkekeh, akibat ucapan nenek lampir dari mulut Rasya.

"Ada-ada aja, lo. Hmm kalau gitu, gue pulang, ya. Kalau gue ajak pulang bareng pun, lo gak akan mau, kan?" Rasya mengangguk atas jawaban. Karena memang begitu adanya, ia masih sangat khawatir jika berhadapan dengan laki-laki di hadapan-nya ini.

Saat laki-laki tersebut baru saja menstarter motor, Rasya memanggil namanya. Sehingga ia berdiam untuk menunggu apa yang di katakan Rasya kembali.

"Mike. Thank you, udah kasih tahu gue supaya lebih berhati-hati berhadapan dengan Zeva."

"Your welcome, Sya. Anything for you. Gue pamit." Kemudian laki-laki tersebut pergi meninggalkan Rasya yang menatap kepergian-nya.

Kalian pasti masih ingat, kan? Siapa Mike itu?
Mike Tan Deandra. Mantan pacar Rasya dahulu, yang menginginkan Rasya kembali. Iya, tapi saat itu. Sekarang, dia sudah tak berharap Rasya kembali padanya, ya, mungkin. Mudah-mudahan aja ucapannya itu bisa di percaya.

***

Rasya baru saja pulang dan melihat gerbang rumahnya yang tidak terkunci. Ditambah, mobil Bagas terparkir di halaman, belum dimasukkan ke dalam garasi.

Kini langkahnya dipercepat masuk ke dalam rumah. Saat sampai di dalam, Rasya melihat Bagas yang sedang duduk di sofa dengan kepala bersandar di kepala sofa tersebut.

Ia ke dapur sebentar untuk menyimpan makanan yang tadi ia beli. Tidak di tata, hanya disimpan di meja makan saja. Setelah itu dirinya menyusul Bagas duduk di sofa--- tepat di samping-nya.

Rasya mengusap surai cokelat milik Bagas dengan pelan dan lembut. Ia juga menatap setiap inci wajah Bagas. Ada guratan lelah di ke-dua bola matanya, juga terdapat mata panda yang menghitam di sana.

"Sayang, bangun. Kamu bersih-bersih dulu, gih! Aku udah masak buat kamu." Rasya membangunkan Bagas dengan sedikit menggoyangkan tubuhnya.

Bagas kini terusik akan kehadiran perempuan yang selalu ada di pikirannya. Ya, siapa lagi kalau bukan istri tercinta--- Rasya Abigail. Membuka kelopak mata dengan perlahan, kemudian tersenyum pada Rasya.

"Kiss me!" titah Bagas.

Cup

Rasya mengecup bibir Bagas singkat. Lalu mendorong Bagas pelan untuk segera bangun dan bersih-bersih. Bagas pun mau tak mau bangun dan mengecup kening Rasya cukup lama. Sampai akhirnya ia berjalan menuju kamar, untuk membersihkan diri.

Saat di dapur, Rasya menyiapkan masakannya--- yang sudah di hangatkan kembali--- di meja makan. Karena sudah agak dingin, maka dari itu ia hangatkan.

Sambil menunggu Bagas datang, Rasya menata bahan masakan yang ia beli tadi, juga menata camilan ke rak penyimpanan khusus.

"Kamu tadi ke mana?" Bagas bertanya saat dirinya sudah tepat duduk di kursi meja makan, dengan piring yang penuh akan nasi serta lauk-pauk.

"Aku ke mini market sebentar. Awal-nya cuma mau beli camilan, tapi pas ke sana ada aja bahan masakan yang aku beli. Kebetulan bahan masakan udah ada yang habis." Bagas mengangguk atas jawaban Rasya, kemudian mulai menyuapkan makanannya.

***

Pukul 03:45 dini hari, Rasya terbangun dari tidurnya. Di karenakan ingin membuang air kecil.

Saat kembali dari kamar mandi, ia menyalakan lampu utama. Cahaya menerangi seluruh penjuru kamar.

Rasya duduk di lantai--- depan televisi-- yang ada di dalam kamar. Meneliti laci-laci yang terdapat di sana. Kemudian ia membuka satu-persatu laci yang jarang sekali di tengok.

Dari laci bawah, banyak map-map kosong yang memang di sediakan untuk-nya dan Bagas jika ada tugas sekolah. Beralih ke laci tengah--- urutan ke tiga dari empat kotak laci--- terdapat alat tulis kantor--- seperti penghapus, pensil, pulpen dan sebagainya, dalam bentuk pack-an. Saat di laci tengah urutan ke dua, ia melihat ada kertas-kertas ulangan yang sudah di beri nilai. Tapi yang menjadi perhatiannya ialah, ada kotak sedang berwarna navy dengan pita kecil di atasnya.

Ia menoleh ke arah Bagas yang masih berada di atas ranjang. Kegiatannya sejak tadi tidak membuat Bagas terusik sama sekali. Menghembuskan nafas sebentar, lalu mulai membawa kotak tersebut ke pangkuannya.

"Penasaran banget sama isi-nya. Kira-kira apaan, ya?" gumam Rasya pada dirinya sendiri dengan nada pelan.

Karena sudah terlanjur penasaran, akhirnya Rasya mulai membuka tutup kotak tersebut dengan harap-harap cemas.

Saat di buka, ia mendapatkan sebuah kertas putih dengan tulisan ... kita akan selalu bersama, meski banyak rintangan yang di hadapai. Kita tak akan tinggal, jika bukan takdir Tuhan yang memisahkan.

Rasya melihat kembali isi kotak itu, kemudian ada secarik kertas kecil--- seperti notes--- dengan gambar bintang dan bulan.

"Lucu," ujar Rasya saat melihat gambaran tersebut.

Kertas itu ia simpan di lantai terlebih dahulu--- di sampingnya--- kemudian matanya beralih pada kalung dengan warna silver berbandul bintang.

"Waktu itu Bagas pernah bilang hal ini sama gue. Jadi ... ini jawabannya?"

Rasya memperhatikan kalung tersebut dengan seksama. Sepertinya ia punya kalung yang sama persis dengan ini. Tapi ia lupa menyimpannya di mana.

Matanya masih melihat isi kotak berwarna navy tersebut. Karena ada sebuah kertas--- seperti foto--- dengan bentuk terbalik. Di sana terdapat tulisan Lio ♡ Ail. Kemudian Rasya mengambil dan membalikkan foto tersebut.

"Ini ... ini, kan, gue?" Rasya bertanya pada dirinya sendiri. Ia terkejut sekaligus bingung, lantaran ada foto dirinya bersama dengan anak laki-laki yang, lucu dengan senyuman manis di wajahnya.

"Tapi kenapa bisa? Kok gue bisa lupa kalau gue punya teman masa kecil, sih?"

Rasya mulai membalikkan kembali fotonya, ia membaca ulang kata Lio ♡ Ail. Dan ketika mulai berpikir, ia tahu jawaban dari kata tersebut. Nama dirinya--- Rasya Abigail, juga nama suaminya--- Bagas Emilio. Diambil dari nama belakang mereka berdua. Lio dan Ail.

"Berarti Bagas itu teman kecil gue. Kalung berbandul bulan itu berarti ada sama gue, karena yang bintang disini, sama Bagas."

Rasya mulai mengemasi kembali barang-barang tersebut ke tempat semula. Mungkin nanti sepulang sekolah ia mulai mencari kalung yang berbandul bulan. Sekarang dirinya harus membersihkan diri, sebelum adzan shubuh berkumandang.

_______

Kira-kira seperti itulah gambaran kalungnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kira-kira seperti itulah gambaran kalungnya.

Segini dulu aja yawww :)

See you in the next part ...

Thank you ❤

Gasya (End)Where stories live. Discover now