Sweet 25 | Bagian 12

Mulai dari awal
                                    

Cr : Pinterest.

Entah sudah berapa lama Tata berendam, hingga akhirnya ia tersadar saat melihat jari-jari tangannya yang sudah mengriput. Bahkan  ia baru sadar jika air yang tadinya hangat ternyata sudah mendingin. Tata bangkit dari bathtub lalu berjalan munuju shower untuk melakukan ritual mandinya.

Selesai mandi, Tata keluar dengan menggunakan bathrobe. Ia berjalan menuju walk in closet untuk mengambil baju. Pilihan outfitnya kali ini begitu simple, hanya celana longgar berwarna hitam dan oversize t-shirt bergambar kartun spongebob.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan skincare routine. Jangan sampai quarantine malah membuatnya glow down. Ia sudah lelah mendengar keluhan Vanilla tentang timbangannya yang naik 1 kilo dan wajahnya yang ditumbuhi beberapa jerawat. Jangan sampai dirinya juga mengeluhkan hal yang sama.

Agendanya setelah melakukan skincare routine adalah turun ke bawah untuk makan. Terdengar suara gesekan sendal dan marmer saat Tata menuruni tangga dengan berlari kecil. Sesampainya di bawah ia dikejutkan dengan banyaknya orang yang sedang duduk dan mengobrol ria di ruang keluarga. Tidak terlalu banyak sebenarnya, hanya ada Mommy, Daddy, Daniell, Arash dan Charine. Tapi kan sekarang sedang pandemik, tidak baik jika berkumpul seperti ini. Apa perlu Tata melapor ke Pak RT?

Tata berjalan dengan gontai menghampiri mereka. Ternyata, saat dilihat dari dekat mereka tetap melakukan social distancing. Ada jarak yang cukup jauh dari tempat dimana mereka duduk. Bahkan Daniell dan Arash yang sedang bermain game bersama juga duduk berjauhan, dari ujung ke ujung sofa.

"Hi, Kak Tata!" Sapa Charine dengan ceria. Selalu seperti ini. Charine bilang kita butuh keceriaan untuk mewarnai hidup.

By the way, Charine adalah sepupu Tata dari pihak Daddy. Ayah Charine adalah adik dari Daddy dan Papanya Arash.

"Hi, Rin, tumben main kesini?" Tata berjalan dengan gontai lalu duduk tak jauh dari Charine yang sedang duduk di lantai beralaskan karpet bulu.

Daniell menyahut, "tau, lo! Udah tau corona malah main ke sini!"

"Dih, apaan sih lo!" Kesal Charine.

Tata meletakkan kepalanya di meja sebelum akhirnya berkata, "bisa diem gak sih? Gue pusing."

Mendengar kata pusing Arash langsung panik. "Are you okay?" Tanya-nya khawatir.

"Nope." Tidak biasanya Tata mau memberi tahu masalahnya pada orang lain. Tapi karena masalahnya kali ini bisa dikatakan berat, mau tidak mau Tata harus berbagi dengan keluarganya. Siapa tau diantara mereka ada yang memiliki solusi untuk permasalahannya.

"Why?"

Selanjutnya, hanya terdengar keluhan Tata tentang beberapa klien yang me-ngencel pesanannya. Semuanya mendadak menjadi pendengar yang baik, bahkan Mommy sampai mengecilkan volume televisi yang sedang menampilkan acara gosip favoritnya. Di akhir, Tata bertanya bagaimana jika butiknya bangkrut lalu terpaksa tutup, dengan raut wajah yang sedih.

Charine yang sedari tadi ikut menjadi pendengar yang baik akhirnya buka suara. "Kenapa gak nyoba peruntungan lain, Kak? Maksudnya, butik Kak Tata kan, khusus gaun. Kenapa gak coba buat item fashion lain yang sekiranya cocok dipakai di rumah aja? Istilahnya kaya, buat terobosan baru, fashion di tengah pandemik gitu. Mungkin aja lebih laku dipasaran dibanding gaun yang nggak tau mau dipakai buat apa," usulnya.

"Good choice!" Teriak Arash. "Gue setuju sama Charine, Sist. Daripada kaya begini, lo rugi mulu. Gak ada salahnya kan keluar dari zona nyaman?"

"Tapi–" Belum sempat Tata melanjutkan kalimatnya Charine lebih dulu memotong. "Tapi apa? Gak bisa? Gue yakin lo kuliah design gak cuma diajarin gambar gaun, kan?"

"Ish! Bukan itu," elak Tata.

Daniell menyahut, "ya terus, kenapa?"

"Ya, gue takut lah! Gimana kalo gagal? Gimana kalo design yang gue buat nggak disukain sama orang? Gimana kalo gue tambah rugi? Gimana kalo–akh! Lo gak bakal ngerti deh!"

Daddy mengehela nafas panjang sebelum akhirnya berkata, "sekarang aja kamu udah gagal. Bahkan sebelum kamu mencoba."

Semua orang yang ada di ruang keluarga kecuali Daddy mengerutkan dahinya bersamaan, simplenya mereka sama-sama bingung.

"Maksud, Daddy?" Tanya Tata.

"Kamu terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Hasil itu urusan akhir. Kamu udah hebat banget kalau mau mencoba. Jangan terus-terusan di zona nyaman. Kamu harus coba lihat dunia lewat sudut pandang yang berbeda. Dunia itu luas, banyak hal baik yang bisa kamu dapat kalau kamu melangkah lebih jauh. Daddy setuju sama saran Charine, kalau kamu kaya gini terus kamu akan gagal dengan cara paling loser. Lebih baik gagal karena sudah mencoba daripada gagal karena terlalu takut mencoba," nasihat Marco.

Daddy berdiri lalu menghapiri Tata yang sedang ngegelosor di lantai. Diusapnya kepala anak gadis satu-satunya itu dengan pelan. "Apapun yang kamu lakukan, do your best. Hasil bukan masalah kalau kamu sudah melakukan semaksimal yang kamu bisa. Daddy selalu dukung apapun keputusan kamu selagi itu baik."

Tata berdiri lalu memeluk Daddynya dengan erat. "I love you, Dad!" Ujar Tata tulus.

Marco membalas pelukan putrinya. "I love you more, Baby!"

"Jadi, mau mencoba keluar dari zona nyaman?" Tanya Marco setelah Tata mengurai pelukannya dengan Tata.

"Tapi Reve gimana?"

Arash menyahut. "Reve bukan masalah, Sist. Chill, aja! Gue yakin dia pasti setuju!"

"Oke, i will!" Ucap Tata lantang.

***

Tbc

Part ini didedikasikan untuk orang-orang yang terlalu takut mencoba. Nggak ada salahnya mencoba, guys. Ayo bergerak sebelum terlambat.

Ingat kata Daddy Marco. Lebih baik menyesal karena mencoba daripada menyesal karena tidak pernah mencoba.”

Sampai jumpa selanjutnya.


Sweet 25Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang