Sweet 25 | Bagian 10

Mulai dari awal
                                    

"Waah! Kurang ajar, lo!" Teriak Tata. Dengan kurang ajarnya Arash menyaut centong nasi yang sedang dipegangnya.

"Kakak ..." Tegur Pak Marco Ananta –Daddy-nya.

"I'm sorry, Dad," ucap Tata dengan sedikit menunduk.

"Arash juga!"

"I'm sorry, Uncle."

Karena ada Pak Marco mereka tak punya cukup nyali untuk kembali berseteru. Daniell saja yang biasanya suka mengundang keributan sampai diam membisu. Ia bahkan makan dengan sunyi tanpa terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piringnya.

Di-keluarga Ananta, ada etika makan yang harus dijalankan oleh semua ;

1. Tidak boleh menghina makanan.

2. Tidak boleh ada keributan di meja makan.

3. Tidak boleh kecap ketika makan.

4. Harus menghabiskan semua makanan yang diambil.

Maka dari itu, Tata selalu mengambil makanan sedikit terlebih dahulu. Baru, kalau kurang akan mengambil lagi. Kalau mengambil terlalu banyak dan tidak sanggup menghabiskan, itu sama saja seperti masuk ke dalam kandang singa.

***

Selesai makan, Tata kembali bekerja. Namun tidak lagi di balkon kamar. Ia beralih ke ruang tamu, karena kebetulan juga ada Arash yang sama-sama sedang bekerja.

"Wi-fi rumah lo rusak apa gimana?"

"Sist, gue nggak semiskin itu, sampai-sampai kalau wi-fi rusak harus numpang di rumah lo," balas Arash. Songong memang, dia.

"Terus?"

"Gue gabut, elah! Rumah sepi banget kaya kuburan."

"Karena rumah lo kaya kuburan. Lo jadi ngungsi ke rumah gue, gitu?"

"Sist, please deh!" Frustrasi Arash.

"Iya ... Iya! Tumben-tumbenan lo rajin begini?" Tanya Tata.

"Sorry ya, gue emang selalu rajin," sombong Arash.

"Dih, najis tralala-trilili. Yang kerajaannya rebahan kaya lo dibilang rajin?"

"Hellow! Lo pikir gue nggak bisa kerja sambil rebahan?" Tantang Arash.

"Enggak. Soalnya lo pelor," balas Tata tak mau kalah.

"Sialan," umpat Arash.

Tata tertawa keras. Dia bergerak mendekati Arash dan menusuk-nusuk pipi Arash dengan jari telunjuknya.

"Sist, ayolah! Gue mau kerja. Serius ini kerjaan gue numpuk."

"Lah! Lo bisa serius?" Gurau Tata.


"Sist!" Entahlah, Arash terlihat seperti tengah memiliki masalah yang besar.

"Okay, sorry ... sorry. Selamat bekerja Pak Arash," ucap Tata sambil memamerkan gigi rapihnya yang seputih porselen.

"Selamat bekerja juga, Ibu Arsyinta," balas Arash sambil mengacak rambut Tata yang memang sudah berantakan.

Selanjutnya hanya diisi keheningan. Mereka berdua sama-sama fokus bergulat dengan pekerjaan. Tata dengan sketsa bajunya dan Arash dengan tumpukan berkas-berkasnya. Mereka tahu, kapan saatnya serius dan kapan saatnya saling menjahili lalu berakhir dengan pergulatan.

***

Tbc

Gimana pendapatnya untuk part ini?

Oh iya, selamat menjalankan ibadah puasa untuk teman-teman yang menjalankan. Semoga puasanya lancar ya:)

Sampai jumpa selanjutnya,

Naa~

Sweet 25Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang