44 : Candu

10.5K 568 67
                                    

Bisa-bisanya nulis tengah malam 🧟‍♀
...

Aidan menetapi penegasan Klara
semalam, tidak membawa Klara kemana-mana langsung ke rumahnya. Aidan tersenyum sambil memikirkan yang semalam bisa membawa Klara pulang dan dirinya tenang kala itu juga. Meski Aidan tahu pasti Alden akan tetap berhubungan dengan Klara.

Karena semalam Aidan tidak sempat belajar, dia membuat contekan di kertas kecil. Wajahnya masih sakit tapi Aidan tidak memikirkannya. Klara adalah prioritasnya. Sakit bahkan ulangan dia kesampingkan.

"Dan! Anjing muka lo!" Argo menarik dagu Aidan agar terlihat penuh wajahnya.

Aidan langsung menepis tangan Argo. "Demen lo sama gua sampe mau liat muka gua Go?"

"Gak gitu anjir! Batang ketemu batang ya bentrok lah!" Kemudian Argo menggeleng heran. "Hidup udah berat Bro. Jangan dibikin makin berat, bisa-bisa amal sama beban lo gak seimbang, beratan beban."

"Goblok!" sahut Dalu lalu menyipitkan matanya melihat luka memar dan robekan kecil pada wajah Aidan. "Lo ribut Dan? Kapan? Gara-gara Klara ya? Anjir Klara bikin Aidan jadi sangar."

"Cowok gak ribut sampe babak belur belum keren Dal," ujar Dewa kemudian menepuk punggung Aidan yang duduk di depannya. "Klara ngapain lagi emang Dan?"

"Paling gara-gara cowok lah, ya kali Klara yang bikin Aidan babak belur," sahut Galen.

"Berisik lo pada. Udah belajar biar pinter kayak Caplin," sanggah Aidan karena bel sebentar lagi akan bunyi dan mulai ulangan jam pertama.

"Ngeri anjing Aidan sekarang. Tapi enak juga jadi dia, tetep ganteng walau muka memar begitu. Tukeran lah Dan," pinta Argo yang tampan juga tapi suka tidak tahu diri.

"Nanti Klara gak suka sama gua kalo muka gua kayak lo Go," tolak Aidan lalu ditertawai oleh teman-temannya yang lain.

"Sue! Klara gini-gini mau jadi selingkuhan gua!" kata Argo membanggakan dirinya.

Aidan langsung menatap tajam Argo. Yang ditatap langsung menggeleng cepat. "Bercanda anjir Dan. Klara buat lo udah, ngeri gua."

...

Klara menghela napasnya berat setelah pengawasnya keluar dari kelas. Klara harap belajar lima menitnya dapat membuahkan hasil yang lumayan, setidaknya dapat nilai tujuh puluh lima di Matematika. Klara keluar kelas sambil menggelengkan kepalanya untuk melupakan perihal ulangan tadi.

Begitu keluar kelas, pinggang Klara dipeluk oleh Aidan yang berdiri di depan pintu kanan yang tertutup. Aidan menarik Klara ke hadapannya. Klara terkejut bukan main sampai matanya membelalak.

"Mau kemana?" tanya Aidan sambil memperhatikan Klara.

"Mesum lo!" cetus Klara lalu menginjak kaki Aidan. "Lepasin tangan lo!"

Aidan merintih kesakitan. "Ah. Klar, sakit. Lo nginjek dan galak terus, kapan lembutnya? Muka gua udah memar gini lo gak ada perhatiannya," Aidan tidak melepaskan pelukannya sama sekali meski kakinya sudah diinjak kencang oleh Klara.

"Lo gila Dan! Gue gak peduli!" Klara memberontak sampai banyak murid lain yang melihat mereka berdua. "Aidan! Banyak yang liat! Lepasin gue!!"

Aidan langsung menoleh ke sekitar dan benar saja mata orang-orang memperhatikan mereka. Secepatnya Aidan melepaskan pelukannya pada Klara. "Sorry Klar."

Klara tidak mempedulikan ucapan maaf Aidan dan memilih untuk ke kantin menemui Rea yang sudah lebih dulu ke sana karena selesai lebih awal dari pada Klara. Aidan berjalan cepat menyamai langkah Klara.

DANKLARWhere stories live. Discover now