"Bener banget, Sya. Bahkan gue gak sabar untuk menunggu momen di pantai nanti."

Selesai mereka asik berbincang, bel masuk pun akhirnya di bunyikan. Semua siswa/siswi segera masuk ke dalam kelas masing-masing, untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

***

Siswi dengan rambut di curly sebatas pinggang--- berwarna dark blue--- itu tersenyum ketika melihat seseorang ada di kantin, bersama para sahabatnya.

Mulai melangkahkan kaki dengan tatapan lurus, juga senyum yang masih terpatri di wajahnya. Tubuh semampai bak model itu membuat siapa saja terpukau. Siapa sih yang tidak tahu dia? cewek famous, sekaligus ketua anggota cheerleaders.

Banyak laki-laki yang rela bertekuk lutut untuk bisa membentuk suatu hubungan bersamanya. Tapi mereka semua di hiraukan, lantaran sudah ada satu orang incaran-nya. Sejak dulu, entah mengapa ia baru sadar jika orang yang ia incar itu begitu tampan dan memukau? Wajah dengan penuh kharisma, membuat ia tekad untuk mendekatinya.

"Hai, ketemu lagi. Boleh gabung?" tanya perempuan itu seraya tersenyum kepada ke-tiga laki-laki di depan-nya.

"Ehem, sorry tempat ini udah penuh. Bisa lo cari tempat lain?" Kali ini Bagas yang menjawab, sebelum Doni melakukan hal yang salah.

"Hmm, I hope to sit here back. But wait, kenapa juga lo bilang penuh? Padahal ini masih kosong."

Bagas menatap muak perempuan di hadapan-nya. Ia tersenyum miring juga meletakkan ponselnya di meja.

"Buang jauh-jauh harapan lo itu. So, it's better you go!" Bagas menitah perempuan itu pergi dari hadapan-nya.

"Give the reason, why?"

Ketika Bagas ingin menjawab kembali. Datanglah Rere dan Rasya yang baru saja membelikan mereka pesanan.

"Ada apa ni?" tanya Rere basa-basi. Padahal ia yakin, ini suatu hal yang buruk.

"Lihat! Udah ada orang di depan gue. Lebih baik lo pergi sekarang!" titah Bagas dengan suara pelan namun penuh penekanan di setiap katanya.

"Well, I will leave here. Tapi kayanya gue akan semakin gencar untuk ngejar lo. Tunggu gue di lain waktu, dahh." Perempuan itu langsung pergi dari hadapan mereka, dengan wajah yang berbeda-beda.

"Jalang!" umpat Bagas saat mendengar ucapan tidak jelas dari perempuan itu.

"Cewek yang waktu itu pernah duduk disini, kan?" tanya Rasya saat mengadukkan mie ayam, yang asapnya masih mengepul.

Bagas menoleh pada Rasya, yang sedang mengaduk makanan-nya. "Iya. Sekali, masih gue biarin tuh cewek. Tapi tadi, dia udah kelewatan. Gak akan gue biarin dia kaya gitu lagi sama gue, dan kalo dia macem-macem sama kalian berdua ...," sambil menunjuk ke arah Rasya dan Rere. "Lapor ke gue atau Doni sama Farhan."

Rasya dan Rere segera mengangguk cepat. Mereka tidak ingin melihat raut wajah Bagas yang marah, karena mampu membuat mereka takut sekaligus ngeri jika di lihat. Apalagi amarah itu sudah keluar, Bagas bahkan bagaikan monster.

***

Rasya dan Bagas saat ini sedang berada di taman. Tadi sehabis pulang sekolah, Bagas meminta Rasya untuk menemaninya ke taman. Ingin berbincang sebentar sebelum pulang ke rumah.

"Sya, lo masih penasaran gak, tentang masa lalu kita?"

"Sangat penasaran. Masa gue bisa lupa coba, dengan momen kita dulu. Gak ada potongan-potongan kecil yang menempel di otak gue, rasanya buntu."

"Ada hal dimana seseorang memberikan kalung berbandul bintang ke gue. Agar tidak lupa terhadapnya juga semua tentangnya, tapi sayangnya ...."

"Tunggu! Jangan bilang lo sebenarnya ingat masa lalu kita. Terus kenapa lo seolah-olah gak tahu gue siapa?"

Bagas hanya mengangkat bahunya ke atas. Ia tersenyum pada Rasya yang masih penasaran tentang masa lalu mereka.

"Kok gitu doang respon-nya? Lo tuh sebenarnya siapa, Gas? Kenapa orang tua kita niat mempersatukan kita, dan lo sejak masuk sekolah selalu usilin gue. Juga setelah mengenal lo, ternyata kita memang pernah sedekat itu dulu. Coba jelasin sekarang sama gue!"

"Intinya lo tuh berarti buat gue."

"Bagas, please." Rasya memohon pada Bagas dengan wajah yang di buat sendu.

"Balik yuk! Sekalian mampir ke minimarket, belanja buat besok." Bagas berkilah agar tidak menjelaskan semuanya pada Rasya.

"Tapi ...."

"Sya, ayo!" ujar Bagas saat dirinya sudah memegang pintu kemudi.

Rasya pun pasrah juga mengikuti Bagas untuk pulang sekarang, dan mampir ke minimarket. Tanpa mendapatkan penjelasan apapun dari Bagas.

Mereka keluar dari area taman dengan pikiran yang berbeda. Rasya yang di buat penasaran, Bagas dengan segala otak cerdiknya untuk tidak menceritakan semua apa yang terjadi di masa lampau.

________

Ok segini dulu :)

See you in the next part ...

Thank you ❤

Gasya (End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon