"I'm verry happy. Lagi pula, sejak kapan seorang Doni bisa mengalahkan gue?" di akhiri dengan suara kekehan dari mulut Farhan. Doni lagi-lagi memberengut kesal atas ucapan Farhan itu.

Bagas yang baru saja keluar dari kamar mandi, langsung di hadiahi wajah kesal Doni dan senyum sumringah Farhan. Ia tahu jika Doni pasti kalah lagi dalam game tersebut.

"Mau main sama gue gak?" ajak Bagas pada Doni.

"Gak, males. Malah tambah kalah gue sama lo." Setelah mengucapkan itu Doni berpindah tempat menuju ranjang Bagas, juga memainkan ponselnya.

Bagas hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Doni.

Ia pun menghampiri Farhan dan mengajak main bersama. Farhan pun menyetujui hal tersebut.

***

"Ceritain semuanya!"

"Cerita apaan si, Re?" tanya Rasya pura-pura tak tahu. Lalu berjalan ke balkon dan mendudukkan bokongnya di kursi.

Rere yang gemas pun segera menghampiri Rasya, juga duduk di kursi seberangnya.

"Lo utang cerita sama gue. Dari lo yang gak masuk selama dua hari bareng Bagas, sampai kemarin pas lo ngambek balik-balik langsung diem dan salah tingkah sendiri. Jelasin semuanya, in detail ok!"

Rasya akhirnya mengangguk, menyetujui ucapan Rere. Menceritakan semuanya dari awal hingga akhir, tanpa di lebih-lebihkan.

Tapi, ada hal yang harus Rasya tutupi dari Rere. Yaitu kejadian kemarin, benar-benar kemarin. Rasya tidak ingin bicara hal itu pada Rere, karena ia yakin akan di ledek habis-habisan. Terlebih ia menganggap itu hal privasi. Jadi harus bungkam untuk yang satu ini.

"Kenapa lo bisa salah tingkah gitu pas masuk kelas lagi? Gue masih curiga sama lo, pasti ada apa-apa." Rere tak puas dengan akhir kalimat cerita Rasya. Kerena ia pikir, ada hal yang masih di tutupi Rasya.

Rasya meneguk ludahnya kasar. Kini ia harus mencari alasan--- berbohong pada sahabatnya.

"Gue ... ya gue kan ngambek tuh. Terus Bagas tiba-tiba dateng pas gue sama Fathur lagi ngobrol, hmm lebih tepatnya Fathur yang sapa gue duluan ...."

"Terus-terus?"

Rasya mendengus kala Rere memotong ucapan-nya. "Gue belum selesai, jangan di jeda dulu bisa, kan?"

"Hihi sorry, gue tuh antusias banget buat denger cerita lo."

"Setelah Fathur nyapa gue, ya gue sapa balik dong. Terus ngobrol soal sekolah aja si, dia tadinya mau nanya sama gue, kaya mau ngajak gitu lah gue nangkepnya. Tapi gak jadi, karena Bagas dateng, he want to talk to me face to face. Finally, gue di bawa sama dia ke belakang sekolah dekat gudang. Singkat cerita setelah gue berdebat, hmm kita pelukan. Itu alasan kenapa gue bisa salah tingkah sendiri. Because gue terpesona sama Bagas, gue gak bisa ngelak untuk yang satu itu." Rasya bernafas lega setelah mengucapkan hal tersebut. Tidak sepenuhnya salah, karena memang begitu kejadian-nya. Hanya hal yang menurutnya privasi saja, yang tidak di utarakan pada Rere.

"Ya ampun, Sya. Kenapa gemesin banget si kalian tuh. Gue udah nge-ship kalian dari awal, sampe akhirnya gue tau kalo lo sama dia udah tunangan pas libur kemarin itu. Satu hal lagi, setelah lo cerita kejadian kemarin, ini benar-benar di luar dugaan. Pokoknya gue yakin banget kalo dia itu ... emang benar-benar jodoh yang baik buat lo, Rasya Abigail." Rere mencubit pipi Rasya karena gemas, setelah itu memeluknya yang di sambut oleh Rasya-nya sendiri.

Gasya (End)Where stories live. Discover now