06. Bunda Marah

17.4K 1.1K 30
                                    

Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca ✨

"Assalamualaikum" seru Aileen memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam" jawab Bunda.

"Kenapa baru pulang Ai?" tanya Bunda menatap putrinya.

"Ai tadi ke...eum ke mana ya?" ujar aileen mencari cari alasan yang tepat.

"Kamu ma....Astaghfirullah Ai kenapa tangan kamu?!" seru Bunda menatap tangan putrinya yang dililit perban yang warnanya tercampur darah.

"Ai gpp Bun" ujar Aileen.

"Sini ikut Bunda" ujar Bunda membawa putrinya duduk di sofa.

"Kakak" panggil Bunda.

"Kak"

"Kak elin" seru Aileen kala suara Bunda tak di dengar kakaknya.

"Iya ke..Astaghfirullah Ai kamu kenapa?" tanya Elina dengan tangan yang membekap mulutnya.

"Gak pa...

"Kak ambil kotak obat" ujar Bunda membaut Elina langsung bergegas mengambil kotak obat.

"Ai udah bunda bilang berapa kali? Jangan luka Ai jangan luka" ujar Bunda menatap sendu tangan Aileen yang terluka.

"Ai...

"Ai tau? Ai selalu buat Bunda sedih, Ai selalu buat Bunda sakit" ujar Bunda yang matanya mulai berkaca-kaca. Aileen menggeleng ia tak bisa melihat Bunda nya sedih apalagi merasa sakit.

"Bunda, maaf Ai minta maaf karena selalu bikin Bunda kecewa" ujar Aileen memeluk Bundanya.

"Bunda selalu maafin Ai dan Ai selalu ngulangin lagi" ujar Bunda yang mulai terisak.

"Bunda Ai mohon jangan nangis bunda jangan nangis" ujar Aileen mengeratkan pelukannya.

"Ai kamu gak boleh gini lagi" ujar Elina yang ikut duduk di sebelahnya.

"Sini di obatin dulu" ujar Elina.

"Bunda mau ke kamar" ujar Bunda meninggalkan kedua putrinya.

"Bun...

"Biarin bunda sendiri dulu" ujar Elina.

"Sini tangannya" Aileen pun memberikan tangannya yang luka agar perbannya di ganti.

"Kenapa bisa gini?" tanya Elina.

"Ai gak bisa ngontrol emosi Ai kak" jawabnya lirih.

"Belajar ngontrol emosi kamu Ai sedikit demi sedikit" ujar Elina di angguki Aileen.

"Ai bakal coba Kak" lirih Aileen memikirkan Bundanya, rasa bersalah muncul begitu saja apalagi melihat sang Bunda tercinta terisak.

"Dah selesai, kamu ke kamar gih bersih bersih terus turun dan makan malam" ujar Elina.

"Apa Bunda marah sama Ai?" tanyanya.

"Bunda gak akan bisa marah sama kamu, udah jangan dipikirin sana ke kamar" ujar Elina dan Aileen pun langsung berjalan ke kamarnya.

-AIGHA-

Aileen duduk di sofa kamarnya ia menatap luka yang berbalut perban dengan tajam.

"Cuma gara gara luka ini Bunda marah sama gue? Apa harus gue potong nih tangan?" ujarnya menatap tajam tangannya.

"Eh jangan, nanti kalo gak punya tangan gak bisa balas nyambuk Brian dong" ujarnya lagi dengan terkekeh.

"Tapi Bunda marah sama gue karena tangan gue yang luka" ujarnya dengan pandangan sendu.

"Tapi gue luka karena gue marah dan gue gak tau apa yang bikin gue marah sampai buat luka di tangan gue" ujarnya lagi, ia memejamkan matanya.

"Mah, apa kabar? Mah, apa mamah bakal marah kaya Bunda karena Kaila bikin tangan Kai luka?" tanya lirih masih dengan mata terpejam.

"Atau mamah bakal cambuk Kaila, karena Kaila gak bisa jawab kenapa Kai lukain tangan Kai?" tanyanya lagi.

"Kai gak perduli apa yang mamah bakal lakuin ke Kai, karena cuma satu yang Kai mau, Kai mau denger suara mamah" ujar Aileen lirih menahan tangisnya.

"Kai kangen mamah, Kai mau peluk mamah sekali aja mah" ujarnya lagi.

"Kenapa mamah harus pergi hari itu mah" ujarnya dengan penuh rasa bersalah.

"Kai kira hari itu hari paling bahagia buat Kai, tapi ternyata Kai salah mah, hari itu adalah hari penderitaan Kai di mulai, dimana setelah mamah pergi dari dunia ini muncul wanita ular yang setiap harinya menjelma jadi Malaikat penyabut nyawa mah, Mamah tau Kai selalu di siksa sama wanita ular itu, Kai dimarahin di suruh suruh di saat papah gak ada mah, dia bakal baik sama Kai kalo ada papah aja mah, jahat kan? Namanya juga wanita ular titisan iblis mah" ujar nya lagi dengan menekan dada nya kuat sakit jika ia harus mengingat itu.

# flashback on

"Mamah" seru gadis cantik yang mengenakan baju pesta berwarna putih dari sebrang sana ia melihat mama nya yang turun dari mobil ingin menyebrang membawa kue ulang tahunnya.

"Jangan kesini sayang, di sana aja sama bi koan" seru Mama.

"Bi, Kai mau kesana, mamah susah bawa kuenya" ujar gadis itu meminta Bi koan agar melepas gandengannya.

"Di sini aja non, nyonya kan di bantu tuan" ujar Bi Koan saat melihat tuannya turun dari mobil dan membuka bagasi untuk mengambil beberapa hadiah.

"Mas aku ke sana" ujar Freya istri Brian.

"Iya hati hati mah" balas Brian di angguki Freya saat Freya ingin menyebrang menuju restoran dimana anaknya tengah berdiri di pintu restoran itu.

"Nyonya ada Mobil!" seru Bi Koan, saat melihat mobil hitam melaju kencang dari arah kanan.

"AAAAAAAA"

BRAKKKK

Seolah waktu berhenti berputar, kejadian itu begitu cepat gadis cantik itu mematung menatap penuh kepolosan saat mama nya di kerubungi banyak orang dengan tubuh yang berlumur darah, gadis cantik yang hanya diam melihat papa nya menangis dan teriak histeris.

"Non ayok ke rumah sakit" ujar Bi koan karena tak ada balasan ia menggendong putri majikanya ini.

Kini gadis cantik yang tadinya hanya diam, menjadi meraung raung saat tau kabar mama nya meninggal ia mungkin tak paham apa itu meninggal tapi yang ia tau ia punya beberapa teman yang tak memiliki ibu, mereka bilang ibu mereka sudah meninggal dan tak akan pernah kembali sampai kapan pun. Lalu apa mama nya juga tak akan kembali?.

# flashback off






See u part ❤️

AIGHA Where stories live. Discover now