prolog

46.7K 2K 121
                                    


Vote terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca✨


Gadis kecil berumur 6thn tengah menangis pilu, seluruh tubuhnya di penuhi luka luka akibat cambukan dari sabuk milik ayahnya.

"Jujur sama papah, kenapa kamu dorong mamah Jihan?" seru pria paruh baya dengan tangan masih memegang sabuk dan mencambuk putri kecilnya.

"K..kai...la hiks gak d...dorong...

PLAK

PLAK

PLAK

"Akhhh pa...pah s...sakit p...pah" lirih gadis kecil dengan tangisan pilunya tapi tak di dengar sang papah.

"Masih mau bohong?" seru nya lagi ia menatap tajam putrinya yang kini menggeleng lemah.

PLAK

"Terus kenapa gak ngaku? hah" serunya lagi.

"Udah mas, mungkin kaila tak sengaja mendorongku" ujar wanita paruh baya.

"Kamu gak usah bela dia, saya lihat kamu jatuh dari tangga karena dorongan dari dia" ujar pria paruh baya masih menatap tajam putrinya, putrinya hanya menatap sendu papahnya yang selalu ia anggap pahlawan kini memukulnya, memarahinya, membentaknya dan tak percaya dengannya.

"Tapi mas....akhh" ujar wanita paruh baya itu ia meringis memegangi kepalanya yang terlilit sedikit perban.

"Masih pusing?" tanya pria paruh baya di balas anggukan ia kembali menatap putrinya nyalang.

CTAR

CTAR

CTAR

"P...pah sa...kit hiks" lirihnya sungguh tubuh mungilnya kini di penuhi luka luka bahkan darah segar keluar dari punggungnya namun papah nya seolah buta tetap melanjutkan cambukannya sampai putrinya ini mengaku.

"Mah ini sakit mah, kaila gak bohong kaila gak dorong mamah Jihan" - ujarnya dalam hati. Kediaman Daniswara di penuhi dengan suara tangisan pilu gadis kecil yang saat ini meringkuk di lantai.

"Papah gak pernah ngajarin kamu untuk bohong, sudah jelas papah lihat kamu mendorong mamah Jihan sampai luka di kepalanya tapi kamu tak mau mengaku juga" sentak pria paruh baya yang tak lain Brian papah kaila.

"Kai... hiks kai gak bo...hong pah" jawabnya lirih menatap sendu papahnya.

"Kurang ajar ya kamu masih saja mau ngelak, kamu masih kecil sudah bisa bohong dengan tidak mengaku karena mendorong mamahmu, besar mau jadi apa kamu pembunuh hah?!" bentak Brian menatap tajam putrinya bahkan ia tak segan segan menarik rambut panjang putrinya ini.

"Keluar saya tidak mau ada kamu disini" ujarnya menggeret tubuh mungil gadis cantik yang kini sudah berantakan dengan darah yang mulai mengalir dari luka lukanya.

"T...tapi p...ah hiks

"Kamu gak boleh masuk sebelum kamu mengakui kesalahanmu" ujar Brian dan menutup kencang pintu rumahnya meninggalkan putrinya yang tengah menangis pilu di luar rumah dengan tubuh yang menggigil karena dinginnya angin malam.

"Mas kas...

"Udah biar dia jujur mas gak suka ada pembohong di rumah ini sekalipun itu anak kandung mas" ujarnya merangkul pinggang istrinya memasuki kamar, tapi sebelumnya ia menengok ke arah dapur terlihat Bi Koan tengah menatapnya.

"Jangan ikut campur urusan keluarga saya, jika kau dan keluargamu tak ingin dapat masalah" ujar Brian dan memasuki kamarnya.

''Nyonya, tuan sudah keterlaluan dengan non kaila saya harus apa nyonya saya tak tega melihat kondisi non kaila saat ini"- ujar Bi koan dalam hati. Ia tak bisa berbuat apa apa karena jika ia melakukan sesuatu yang sudah di larang tuannya maka keluarga di kampungnya lah yang akan kena imbas. Ia menangis dalam diam tak kuasa menahan sesak di dadanya saat melihat perlakuan tuannya yang menyiksa putrinya sendiri demi wanita itu ia bahkan tak Sudi menyebut nama wanita ular itu.

AIGHA Where stories live. Discover now