Rumah kita

1.9K 90 3
                                    

Selamat Membaca:)

Mobil Jordi berhenti disebuah halaman sebuah rumah dengan dua tingkat nampak elegan meski tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil namun gaya bangunan rumah tersebut membuat kesan tersendiri dengan halaman rerumputan yang bisa dibilang luas dan dikelilingi oleh bunga dan beberapa pohon serta pohon mangga yang berukuran sedang namun memiliki buah lebat turut hadir disana.

Jesika membuka mulutnya takjub menatap rumah tersebut. Jordi memasuki mobilnya kedalam gerbang tersebut dan mematikan mesin mobilnya.

"Udah sampe," ucap Jordi turun dari mobilnya. Jesika ikut turun dengan tatapan takjubnya. Jesika menepuk lengan Jordi.

"Jordi, ini rumah siapa?" tanya Jesika dengan berbisik membuat Jordi terkekeh pelan.

"Ini rumah kita," balas Jordi dengan mengeluarkan dua buah koper miliknya dan Jesika dari bagasi mobilnya.

"Rumah kita?" beo Jesika. Jordi mengangguk. Tak lama muncul seorang pria paruh baya keluar dari rumah tersebut. "Selamat datang nak Jordi, biar bapak aja yang bawainnya," ucap pria tersebut dengan ramah.

Pria paru baya tersebut menatap Jesika. Mengerti raut bingung pria tersebut, Jordi terkekeh menatap Jesika yang kikuk.

"Ini istri saya pak, Jesika, " ucap Jordi dengan seutas senyumnya.

"Owalah, selamat datang nak Jesika," sapa pak Iwan dengan ramah.

"Iya pak," balas Jesika dengan tersenyum canggung.

"Ayo masuk kalo gitu mah, bi Ina udah nyiapin makanan buat kalian," ucap Pak Iwan.

"Bapak duluan aja, Jordi sama Jesi mau keliling rumah dulu," ucap Jordi. Pak Iwanpun mengangguk dan meninggalkan kedua pasutri itu.

"Jordi, ini rumah kita? Gimana ceritanya, apa jangan-jangan kamu minta uang ke papa buat beli rumah ya, yaampun Jordi, kamu gak boleh gitu. Kita tinggal di kontrakan kecil aja yuk, aku gak mau ngerepotin orang tua kita, Jordi ayo pergi," celoteh Jesika dengan menarik tangan Jordi membuat Jordi tertawa menatap cewel tersebut.

"Kok kamu ketawa?"

Jordi menyudahi tawanya. "Ini rumah kita Jesi, rumah yang udah aku bangun dengan jerih payah aku sendiri yang aku kumpulin sejak empat tahun lalu," jelas Jordi menatap rumah kokoh dihadapannya.

Rumah yang ia bangun dengan hasil kerja kerasanya selama empat tahun dan bangunan dihadapannya kini bahkan sudah satu tahun lamanya namun tidak pernah ditinggalinya hanya sesekali mengechek keadaan rumah tersebut. Jordi menitipkan rumah tersebut pada pasutri yang sudah dipercayainya itu sejak lama bahkan pernah bekerja sementara dirumahnya lebih tepatnya dirumah keluarga besarnya.

"Kamu punya rumah? Kok bisa? kan kamu masih SMA? Pasti korup uang ortu ya, ngaku kamu!" seledik Jesika.

Jordi menggelengkan kepalanya. "Enggak! Apa-apaan korup, enggak dong. Ntar aku ceritain, intinya ini rumah udah aku siapin jauh sebelum kenal kamu. Itu karena biar nantinya aku punya persiapan untuk keluarga kecil aku berteduh yang sekarang itu adalah kamu sama anak kita," ucap Jordi membuat pipi Jesika memerah karena blushing. Jordi mengusap perut Jesika yang tertutupi oleh blouse yang dikenakan cewek itu.

Jordi sialan!! Pipi gue panah gini, sialan. Umpat Jesika dalam hatinya.

Pasutri itu melangkah menuju halaman samping yang sama luasnya dengan halaman depan dengan rerumputan tumbuh disana.

"Halamannya luas banget," puji Jesika.

"Ntar kalo anak kita udah lahir, gue mau buat taman bermain buat mereka disana," ucap Jordi menunjuk kearah halaman yang tidak jauh dari mereka berada.

STILL LOVE YOUWhere stories live. Discover now