Tanggung Jawab

2.9K 122 3
                                    

Selamat Membaca:)

"Saya ayah dari anak yang dikandung anak om!" seorang berjalan menuju pertengkaran itu terjadi. Jesika menatap orang tersebut dengan terkejut.

"Jordi," lirih Jesika. Yaps, orang itu Jordi. Jordi awalnya hanya berniat mengembalikan handphone Jesika yang tertinggal didalam mobilnya.

Namun, ketika mencapai pintu utama. Dirinya menyerngit heran pertengkaran hebat itu dan dirinya mendengar persoalan anak yang dikandung Jesika dan hal itu membuat Jordi masuk kerumah megah tersebut dengan tatapan tegasnya kala melihat Jesika yang terduduk dilantai dengan bercucuran air mata.

"Berengsek!" Geram Yendri kemudian membuangkan cambuk ditangannya dan menghajar Jordi membabi buta.

Jordi, cowok itu sama sekali tidak melawan. Dirinya hanya menerima setiap pukulan yang diberikan Yendry .

Jesika semakin terisak ditempatnya menatap Jordi yang kini terdapat banyak lembam. "Pah, hentikan!" teriaknya namun tidak diubris oleh Yendri.

Jesika ingin mendekati Yendri yang segera ditahan oleh Farah yang mencekram bahunya dengan keras.

Jordi menerima semua itu karena dirinya sadar itu semua adalah kesalahannya sendiri. Dirinya masih sempatnya tersenyum kepada Jesika seolah mengatakan dirinya tidak apa-apa.

Audy memejamkan matanya. Tubuhnya semakin berat saja. Matanya panas. Bik Asih yang tidak tegapun memapah tubuh Audy ke kamarnya.

Jesika mengehempaskan tangan sang mama dan berdiri mengambil guci yang tepat disampingnya kemudian membantingnya.

"PAPAH, HENTIKAN!" teriaknya. Semua anggota terkejut. "Papah, udah," isaknya terduduk lemas. Yendri menatap Jesika sekilas, kemudian pergi kekamarnya yang diikuti Farah karena takut emosinya akan melukai Jesika sendiri.

Jordi merangkak mendekati Jesika yang terisak di tempatnya. Jesika membuka matanya, menatap Jordi yang masih tersenyum melihatnya.

"Jordi, kenapa lo gak balas papah? Kenapa lo diam aja saat dipukuli?" Jesika memegang luka diwajah Jordi dengan isakannya.

"I-ini pasti sakit," lirihnya. Jordi memegang tangan Jesika. Menatap manik mata gadis itu. "Ini semua adalah hukuman buat gue. Jangan nangis," ucapnya pelan.

"Iya tapikan ini sakit," lirihnya dengan sesenggukan hebat. Jordi terkekeh pelan. "Ini gak sakit kok."

"Bohong!"

Jordi mengelus perut rata Jesika. "Bayi, bilangin ke mamanya jangan nangis lagi, papa gapapa kok. Lukanya gak sakit," guman Jordi diperut Jesika.

Jesika semakin terisak, Jordi memaksakan tubuhnya untuk duduk didepan gadis itu. Membawa tubuh gadis itu kedalam dekapannya. "Jangan nangis lagi, Ini gak sakit kok." Jordi mengelus rambut panjang Jesika dari belakang. Jesika menganggukan kepalanya, menghapus jejak air matanya.

"Kok lo bisa ada disini?"

"Oh iya, gue mau balikin hp lo. Ketinggalan tadi," jawab Jordi memberikan handphone Jesika. Cewek itu sudah tidak menangis lagi.

"Makasih."

"Gimana keadaan Audy?" Jesika menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Gue gak tau, bibi udah bawa dia kekamarnya."

"Gue khawatir sama dia," guman Jesika pelan. "Udah jangan terlalu khawatir, Audy itu gadis kuat."

"Yaudah gue balik dulu. Ntar malam gue datang."

"Ngapain?"

"Mau ketemu ini," ucap Jordi dengan kekehannya menunjuk perut rata Jesika. Jesika nampak tersipu mendengar hal itu.

STILL LOVE YOUWhere stories live. Discover now