Audy?

1.7K 86 3
                                    

Selamat Membaca :)

Jordi langsung melangkahkan kakinya kekamar Jesika dengan beberapa kantong di tangannya. Setibanya ia di depan kamar Jesika, Jordi langsung masuk kesana dan menemukan Jesika yang duduk dengan menatap horor dirinya.

"Jordi, gue masih kesel lihat muka lo!" ketus Jesika. Jordi hanya mengangkat bahunya acuh. Ia hendak melangkah kearah Jesika namun urung karena ucapan Jesika.

"Lo ngelangkah gue geplak lo!"

"Lo ngedengus gue geplak!"

"Lo ngedekat, gue lempar lo!"

Jordi menghembuskan nafasnya kesal. Ia bersiap untuk duduk dilantai.

"Lo duduk, gue gorok lo ya!"

"Lo protes gue sambel lo!" ucap Jesika saat melihat Jordi yang hendak protes.

"Lo nafas, gue lempar lo!"

"Bunuh aja gue sekalian," kesal Jordi mendengus melihat Jesika.

"Jangan dong. Lo belum nanda tanganin peralihan warisan ke gue dan anak gue, jangan mati dulu," balas Jesika. Jordi melebarkan matanya menatap Jesika yang nampak anteng setelah mengucapkannya.

"Anak kita!" koreksi Jordi.
"Belum nikah aja udah minta warisan," cibir Jordi. Jesika mengangkat bahunya acuh.

🍁🍁🍁

Malam harinya, Jesika melangkahkan kakinya kekamar Audy karena rasa bosannya. Ia dapat melihat gadis itu tengah menulis sesuatu di buku yang bersampul ungu.

"Nulis apa?" tanya Jesika. Audy nampak gelagapan dan segera menutup bukunya. "Gak ada kok."

Jesika terkekeh pelan. "Gak ada, tapi panik gitu pas tau gue datang," ucap Jesika.

"Jesi," panggil Audy dengan menatap cewek itu. "Iya."

"Jagain ayah ya," ucap Audy. Jesika mengangkat alisnya bingung. "Lo kenapa sih?"

"Aku cuma takut aja Jes," lirih Audy.

"Lo takut apa Dy? Gue disini," balas Jesika.

Audy menggelengkan kepalanya. "Gak ada kok, oh ya kapan kalian nikahnya?"

"Dua minggu lagi," jawab Jesika.

Audy menundukan kepalanya. "Jesi, apapun nantinya yang akan terjadi, kalian harus tetap menikah ya," pinta Audy membuat Jesika menatapnya.

"Maksud lo apa sih Dy? Lo aneh deh."

"Jesi, please aku mohon. Aku gak mau nantinya cuma gara-gara itu kalian nikahnya diundur. Aku takut." Audy menatap Jesika dalam. "Lo ngaco deh Dy."

"Iya anggap aku ngaco. Tapi please kamu janji ya?" Jesika menggelengkan kepalanya dengan tawa hambarnya. "Iya iya," balas Jesika yang membuat Audy bernafas lega.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka. Bahkan, satu air matanya lolos begitu saja tanpa ia ketahui sebabnya.

Malam kini telah pagi, matahari kini menggantikan tugas bintang dan malam untuk menyinari dunia. Jesika,  cewek itu kini tengah menatap pantulan dirinya di cermin. Pagi ini ia telah rapi dengan dress selututnya untuk pergi ke gramedia, mencari novel yang menarik hatinya.

STILL LOVE YOUOnde histórias criam vida. Descubra agora