Rasya menengok ke belakang, mendapati Bagas yang memanggil namanya dengan sedikit teriak itu.

Bagas berlari sedikit, agar lebih cepat berhadapan dengan Rasya.

"Ada apa?" saat Bagas sudah ada di hadapan-nya.

"Gue mau bicara sama lo ...," Bagas melirik Fathur sebentar, lalu matanya beralih menatap Rasya kembali. "Empat mata."

Rasya menghela nafas sebentar. Ia jadi tak enak dengan Fathur karena Bagas mengajaknya berbicara saat mereka sedang berdua.

Fathur melihat gelagat Rasya yang tak enak padanya. Kemudian ia berdehem untuk membuyar lamunan Rasya.

"Sya, kalo gitu, gue ke kelas duluan aja, ya. Gak enak ganggu privasi kalian." Setelah mengucap itu, Fathur pergi dari hadapan Bagas dan Rasya.

Sial, umpatnya, sambil berjalan. Karena Bagas menganggu waktu mereka berdua.

"Lo mau bicara apa?" tanya Rasya penasaran.

"Ini soal kita, perjodohan itu."

Rasya mengamati sekitar, takut-takut ada yang menguping mereka berdua.

"Ck, bisa gak sih, lo gak usah bahas hal ini sekarang? Ini masih di sekolah, gue gak mau sampai orang tahu tentang hubungan kita," jawab Rasya dengan nada berbisik pelan. Karena ia tidak ingin ada yang mendengar percakapan-nya.

"Kalau gitu, ayo ikut gue!"

"Ikut kemana si? Udah ya, nanti aja kita lanjut." Baru saja Rasya ingin berbalik untuk meneruskan jalannya, tapi Bagas segera meraih tangan-nya dan di seret menuju rooftop, andalan-nya saat sedang suntuk atau ketika membolos.

Berjalan dengan cepat, hingga Rasya harus menyamai langkah Bagas yang begitu lebar.

Ketika sampai di rooftop, Bagas menitah Rasya untuk duduk di kursi kayu yang di buat oleh-nya.

"Gimana soal perjodohan kita? Apakah lo masih sanggup untuk meneruskan?"

Rasya bergeming, tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Ia bingung untuk menjawab apa.

"Papah, kemarin bicara soal pertunangan sama gue. Dia bilang, pertunangan kita akan di percepat. Tapi gue gak bilang kalau setuju, justru gue bilang, kalau gue gak ingin memberatkan sebelah pihak, dan itu lo. Gue gak mau ketika nanti pertunangan itu terjadi, bikin lo jadi beban."

"Kenapa perjodohan ini harus ada? Kenapa masalahnya semakin rumit?" ujar Rasya dengan mata menatap langit biru, yang cerah.

"Takdir," jawab Bagas singkat.

Rasya menoleh ke samping. Bagas yang sedang menatap langit juga, seperti dirinya barusan. Tersenyum atas jawaban Bagas.

"Benar juga. Ini semua, emang takdir."

Bagas menghela nafas. Ia berdehem untuk memulai pembicaraan kembali.

"Kalau menurut lo ini memberatkan, kenapa lo terima ketika perjodohan kemarin berlangsung? Lo bisa aja tolak, bukan?"

Rasya memejamkan matanya sekejap, lalu membukanya kembali. Tersenyum miris lantaran pertanyaan Bagas.

"Gue sebagai anak, bisa apa? Hanya dapat menuruti keinginan orang tua. Terlebih mereka berharap banyak atas jawaban gue, dan itu hanya jawaban iya yang dapat membuat mereka senang dan bahagia."

"Gak ada rencana menggagalkan perjodohan ini, gitu?"

Rasya mendengus sebal pada Bagas. Bisa-bisanya memberi pertanyaan seperti itu.

"Lo pengen perjodohan ini batal? Lalu melihat ke-dua orang tua kita sedih dan kecewa, gitu?"

Bagas mengangkat bahunya. Kemudian ia berucap, "Lalu bagaimana dengan keadaan lo? Gue gak mau, gara-gara hal ini, lo jadi tertekan. Maka dari itu, gue mau lo jujur dari sekarang. Biar ke depan-nya enak, supaya gue bisa kasih toleransi sama orang tua kita."

Rasya menggeleng dengan cepat. Entah mengapa, kata-kata Bagas barusan membuat ia sedikit tak rela, jika perjodohan mereka batal begitu saja.

"Gue gak mau buat mereka kecewa, Gas. Apa salahnya kita sebagai anak berbakti pada mereka. Kalau soal perasaan kita masing-masing, itu bisa di atasi, berjalan dengan sendirinya. Kita gak akan tahu, perasaan kita bisa aja tumbuh, entah beberapa bulan atau beberapa tahun ke depan."

Bagas mengangguk, menyetujui kata-kata Rasya.

Bahkan sekarang gue udah mulai cinta dan sayang sama lo, Sya. Sekarang lo memang belum menyadarinya, tapi lambat laun, lo pasti tahu akan perasaan gue, arti dari perkataan gue ini. Bagas berucap dalam hati, ia tidak akan mungkin seberani itu untuk mengungkapkan perasaannya sekarang.

Tapi kini ia jadi tahu, jika Rasya masih ingin meneruskan perjodohan mereka. Meskipun, tidak sepenuhnya yakin dari hati. Kini ia paham, kalau Rasya tidak ingin mengecewakan orang tua mereka. Itu siatu hal yang bagus menurutnya, tapi tetap saja membuat Bagas jadi tidak enak pada Rasya.

________

Don't forget to vote 😊

See you in the next part ...

Thank you ❤

Gasya (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora