Sweet 25 | Bagian 3

Comincia dall'inizio
                                    

"Bokap Lo lebih tajir!" Balas Daniell

"Lah bokap kita sama, gila!" Ucap Tata sambil menoyor kepala Daniell.

"Lah, sia!" Balas Daniell tak lupa dengan toyoran juga.

"Haha!" Mereka berdua tertawa, saking kencangnya tertawa bahunya sampai terguncang.

"Iiih!" Tiba-tiba saja Tata mencubit lengan Daniell.

"Astaga! Gila ya, Lo?" Kesal Daniell.

"Gue kesel sama, Lo! Gara-gara Lo, Gue jadi ketemu sama Lave," ungkap Tata.

"Hah serius? Cie ketemu sama mantan, Uhuy!" Goda Daniell.

Daniell memang tidak benci ataupun dendam pada Lavender. Walau tidak bisa dipungkiri kalau dirinya sempat marah juga. Namun seiring berjalannya waktu ia mulai bisa menerima. Bukankah tidak baik memiliki dendam terlalu lama? Tapi jika amit-amitnya, Lavender kembali menyakiti kakak tersayangnya, Daniell bersumpah tidak akan pernah memaafkannya lagi.

Tata sudah benar-benar sangat kesal pada Daniell. "Bacot!"

"Lo, mau makan gak?" Tanya Daniell.

"Mau lah!"

"Pak, bubur ayamnya satu lagi sama es tehnya dua lagi," pinta Daniell.

"Siap, tunggu sebentar ya Mas, Mba."

"Astaga, Niell!" Teriak Tata tiba-tiba.

Uhuk uhuk!

Bubur yang berada dimulut Daniell menyembur dengan sempurna ke wajah Tata.

Daniell tersedak, "gila Lo ya, Ta."

"Lo lebih gila!" Teriak Tata.

"Haha mampus! Salah siapa ngagetin, Gue."

"Iiih ... Gue jijik," rengek Tata hampir menangis. Selain perfeksionis, Tata ini sangat jijikan orangnya.

Daniell memberikan Tata beberapa lembar tissue, "nih."

"Lo kenapa tiba-tiba teriak?" Tanya Daniell lembut.

"Lo jorok!" Kesal Tata.

Daniell bingung, padahal wajah Tata baru tersembur. Sebelumnya belum ada kejadian-kejadian yang bisa dibilang menjijikkan. "Maksud lo?"

"Lo makan bubur diaduk!"

"Astaga-" Daniell benar-benar speechless dengan pemikiran kakaknya.

"Iih kok masih lengket sih?!" Keluh Tata saat meraba wajahnya.

"Sorry," pinta Daniell dengan tulus.

Melihat keadaan Tata, Daniell berinisiatif untuk mengajaknya pulang. "Pulang aja gimana? Buburnya biar dibungkus."

"Iya deh," putus Tata pada akhirnya.

"Pak buburnya dibungkus aja ya," pinta Daniell pada Sang Penjual Bubur.

"Oh iya Mas, sebentar."

Sweet 25Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora