33. Beginilah cinta mereka

62.7K 4.3K 989
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Haiii haiii 😊

Seneng banget part lalu komen nya tembus 😱 ini aku naikin target nya, ya. Biarkan semua ghost-reader keluar. Karena aku suka gantungin setiap part 😍

500 komen lahh. dikit itu. 😁

Ngomong ngomong, part ini ga ada Sadam, ya.




****

Malam semakin larut dan listrik belum juga menyala. Seperti prediksi dari santri-santriwan yang Azzam temui tadi, bahwa listrik nya akan kembali saat lepas shalat tahajjud, Azzam hanya bisa berpasrah untuk tetap di ndalem menemani istri nya. Ia pun juga merasa kelelahan.

Persediaan lilin di kamar sudah habis dan Azzam keluar sebentar untuk mengambilnya. Alih alih itu, Hana yang ada di dalam kamar masih penasaran dengan uang tabungan suami nya. Ia ingin menanyakan itu.

Sejak kapan? Dan bagaimana?

Melihat presensi Azzam yang menutup pintu kamar, lalu kembali duduk bersila di lantai kamar untuk menyalakan api lilin, Hana menatap nya terus. Azzam menyadari nya.

"Kenapa?"

"Uang tabungan itu... Untuk apa?"

"Masih penasaran?"

"Ih, Kazam mah gitu. Tadi langsung keluar tanpa ngejelasinnya.."

Azzam menggelar tawa kecil. Wajah nya terlihat karena pengaruh cahaya lilin di dekat nya. Hana melihat itu. Azzam pun kini beralih kembali untuk duduk di pinggiran kasur, sementara Hana hanya bisa menyandarkan diri di tembok kamar.

"Uang tabungan itu, saya kumpulkan dari hasil bekerja selama berada di Arab Saudi."

Azzam menyimpan tempat lilin itu di atas meja. Hana memperhatikan nya.

"Kazam kerja apa?"

"Pelayan di sebuah restoran. Orang orang disana ramah. Kamu tau? Saya tidak punya teman dari Indonesia selama berada di Arab Saudi. Saya menemukan teman saat mulai bekerja."

Hana mengangguk. "Terus, terus?"

"Orang orang disana baik. Mereka bahkan memberikan saya tempat tinggal dengan harga murah. Meski tempat nya sederhana, tapi sudah cukup layak untuk di huni."

Perlahan, terdengar rintik hujan. Hana terkejut dan melihat sekitar. Azzam menjeda cerita nya sejenak. Gadis itu mendekat untuk mendengar nya lebih jelas lagi.

Flashback..

Gus Azzam menapakkan langkah kaki nya ketika baru sampai di tempat kerja nya. Restoran sederhana yang menyajikan makanan lokal. Mendapat tawaran dari salah satu teman yang baru saja ia temui. Akbar.

"Ini teman ku, Muhammad Azzam. Yang ku ceritakan. Dia ingin bekerja disini."

"Wah.. baiklah. Kami senang kamu membawa nya. Kita kan sedang kekurangan orang? Pekerjaan akan menjadi lebih menarik jika ada orang baru..."

Azzam memasang senyum tipis. Ada seseorang di hadapan nya. sepertinya pemilik dari restoran sederhana itu. Jika di lihat, seperti lelaki berusia 30an. Berkulit sawo matang dan kumis kecil di dagu nya. Ia tinggi.

GUS AZZAM Where stories live. Discover now