26. Kehilangan di Pasar

72.7K 4.2K 296
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM INI, BIAR GA KETINGGALAN INFO UPDATE + SPOILER :

@nnourshanie
@mhmdd_azzam
@hanaafsheen_
@wattpadnour_

Part ini di ketik buru buru. Sempat mungkin ada yang typo/salah.

*****

Suasana di hari menuju masa siang di pesantren Al-Furqan. Mobil Abdul telah ia siapkan. Abdul dan Sahra akan segera kembali pulang ke rumah mereka setelah menghabiskan satu malam di ndalem dan saling berbagi kasih dengan anak perempuan mereka.

"Bunda sama Ayah bakalan doain kamu terus biar jadi perempuan sholeh, berilmu, jadi perempuan kuat, jadi istri dan menantu baik untuk suami dan mertua kamu."

Hana membuka pejaman mata dan menatap Sahra sang bunda. Ia tersenyum.

"Aamiin. Hana masih belajar dan proses juga. Doain terus ya, bun"

Bunda tersenyum haru dan mencium kedua pipi anak nya dengan manja. Rasanya masih belum percaya bahwa yang ia sentuh adalah Hana. Setelah bertahun tahun bersama nya dan merawat nya, Hana belum pernah selembut dan semanja ini.

"Kalau kamu rindu, kabari bunda. Kapan kapan ke rumah. Bunda masakin makanan kesukaan kamu."

"Iya ya, jadi kangen masakan bunda."

"Gimana barang nya? Udah siap semua kan?"

Hana dan Bunda menoleh bersamaan ketika mendengar suara Umma Hansa yang terdengar dan wanita itu mendekati mereka dengan membawa kotak makan yang entah isi nya apa. Namun seperti nya Hana mengetahui itu. Ia menaikkan kedua alis nya.

"Oh, udah. Semua nya sudah siap. Tinggal berangkat." Respon Bunda. Ia melihat ke arah barang barang nya yang ada di teras ndalem.

"Bun, bunda beneran mau ke Bandung selama tiga hari, ya?"

"Iya. Ayah kamu ada kerjaan disana. Bunda harus ikut, kan kalau Ayah pergi, ga ada siapa siapa selain bunda. Kamu ada disini."

Hana cengengesan mendengar nya.

"Nah, Iki. Bekal untuk perjalanan jauh. Rumah sama ke Bandung lumayan memakan waktu. sekalian di coba coba juga."

Bunda sedikit terkejut melihat pemberian Umma. Hana yang berdiri di tengah tengah mereka hanya bisa menyimak. Ia mengulas senyum manis.

"Bunda pokoknya harus cobain masakan Umma! Ngga kalah enak!"

"Wah, iya? Pasti Bunda cobain. Umma kan memang terkenal sama masakan nya. Bunda pernah dengar langsung dari alumni alumni pesantren ini." Menerima nya dengan senang hati, Bunda ikut memuji nya.

Sesuai dugaan, Umma merespon tersipu. Ia berdehem kecil dan memasang senyum. "Jazakallahu Khairan, kalau memang masakan nya enak. Jangan lupa di makan nanti."

"Na'am."

Hana dan Umma tertawa kecil mendengar jawaban Bunda. Hana menggelengkan kepala nya. Hingga mata nya mengarah ke arah jarum jam di dinding. Ia menyudahi tawa nya dan melihat sekitar.

GUS AZZAM Where stories live. Discover now