43. Meninggalkan Pesantren

49.7K 2.7K 937
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

TARGET : 800 KOMEN

mustahil ngga sih kalau update tiap hari? wgwg.

mustahil ngga sih kalau update tiap hari? wgwg

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••••

Hari ini, Hana merasa sangat gelisah.

Azzam mendengar nya dari Umma nya. Umma menyenggol lengan nya dengan sikunya. Pria itu terdiam dan tak mengatakan apapun ketika mendengar nya. Namun di balik itu, ada rasa penasaran.

"Istri kamu dari tadi jalan kesana kemari. Sudah Umma suruh duduk, tapi dia nungguin kamu.." sahutnya berbisik. Agak agaknya khawatir karena perempuan itu juga dalam keadaan sedang hamil.

Saat ini, ia melihat Umma pergi ke halaman belakang melalui luar ndalem, mungkin untuk menyiram tanaman nya.

Sementara Azzam, ia melepaskan sandalnya dan masuk ke ndalem. Tepat apa yang di katakan Umma. Istrinya sedang berjalan kesana kemari tanpa ingin berhenti. Ia memegangi perut buncit nya.

"Na?"

Hana langsung berhenti di detik itu juga. Ia menoleh dan berbalik badan disaat bersamaan. Mata nya membulat sempurna. Ia langsung berjalan ke arah suami nya dan mencium tangan nya.

"Kata Umma, kamu—"

"Kazam." Perempuan itu memegangi tangan nya. Erat. "Aku takut."

Ia menyahut cepat. Alis Azzam terangkat setelah mendengar nya. "Takut apa, hm?"

Hana menunjukkan raut gelisah, khawatir, ia takut. "Aku takut, khawatir sama anak kita nanti."

Ia langsung menggerakkan kaki nya. Mengayunkan tangan suami nya seperti sedang kesal. "Aku takut terjadi apa apa sama dia. Aku takut kalau dia ngga bisa mengontrol dirinya. Aku takut kalau dia salah arah. Aku takut.."

Ternyata, ketakutan Hana begitu dalam meski awalnya Azzam sempat ikut di buat khawatir dan ia juga bingung. Hana seakan ingin menangis jika terus membayangkan nya.

Azzam mendekatkan wajah nya. Pria itu tersenyum, ia menggeleng dan menghapus air mata Hana. Hana menghapusnya cepat. Mata nya memerah.

"Kenapa tiba tiba berpikir seperti itu?"

"Takut aja. Aku pas masih jauh, rasanya kayak di cekam. Ngga ada yang bener. Aku takut kalau dia ngalamin hal yang sama. Terlebih lagi kalau dia tak bisa memuliakan seorang wani—"

Mata Hana membelak terkejut. Ia menutup mulutnya dengan tangan nya. Sementara Azzam, ia menatap istri nya dengan bingung. Ia memiringkan kepalanya.

"Memuliakan apa, na?"

"M-muliakan orang tua nya, berbakti pada pesantren." Sargah nya cepat.

Azzam terdiam. Ia mencerna apa yang terjadi barusan. Hana mulai gelisah melihat raut wajah suaminya seakan mulai tau apa yang ingin ia sampaikan namun tiba tiba terpotong.

GUS AZZAM Where stories live. Discover now