46. Hujan dan Maaf

57.9K 2.8K 1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

hallow.

wihh, kaget. part yang lalu tiba tiba 1k vote

*****

*****

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.



Ruang rawat inap yang satu ini sedang mencoba untuk mengatur keberisikan nya. Ada banyak sandal dan sepatu yang bejejeran di depan sana. Samar samar, terdengar suara percakapan banyak pria yang ada di dalam ruangan.

Salah satu nya Marvin. Cukup heboh sembari memegangi kamera ponsel nya dan mengambil foto Azzam yang sedang menggendong bayi nya disana.

"Nahh, gitu, Gus. Satu kali lagi."

"Vin, udah dari tadi satu kali nya" Azzam mulai lengah. Marvin menurunkan ponsel nya, pria itu mengisyaratkan Azzam untuk bertahan.

Sampai sampai di senggol oleh Aidan yang ada di dekat nya. "Martin, udah. Lu bisa bisa di hajar kalau Gus kecil nya nangis."

Marvin menatap Aidan dengan jengkel. "Bentar. Sekali.. lagi."

Marvin menepati perkataan nya yang kali ini, ia memasang senyum lebar dan tertawa. Bima dan Hendra pergi untuk melihat hasil melihat fotonya.

Kapan lagi Azzam bisa di ajak berfoto?

"Eh, tapi bentar." Marvin mengangkat pandangan nya dan menatap tajam ke arah Aidan.

"Maksud lo tadi apa?"

"Maksud apa nya?" Aidan bertanya balik. Marvin menatap nya semakin tajam.

"Maksud lo apa tentang gue yang di hajar kalau Gus kecil nya nangis?"

"Oh? Itu?" Aidan melirik Azzam. "Ngga takut kalau di hajar Azzam?"

Marvin tertawa kecil. "Mana mungkin?"

"Oh? Mungkin aja."

"Ya mana mungkin, akhi. Gue kan sahabat deket nya Gus Azzam." Marvin cukup bangga. Azzam hanya memperhatikan percakapan mereka dari sana. Aidan di buat jengkel dengan kata kata nya.

"Sadam aja saudara nya sendiri pernah di hajar tuh."

"Lahh, nama gue pula!"

"Contoh doang, Dam."

Sadam yang ada disana. Menyandarkan dirinya di kursi. Mendengus kesal.

Haris mencoba untuk memperbaiki suasana dengan mengajak mereka untuk tidak bertengkar kata lagi. Memang susah di atur, tapi tak berlangsung lama sampai mereka mau mencoba untuk beralih ke pembicaraan yang baru.

"Hana dimana?" Aidan menanyakan nya pada Azzam. Azzam menoleh dan melihat tirai pembatas di belakang nya.

"Sedang tidur." Jawab nya. Aidan mengangguk.

GUS AZZAM Onde histórias criam vida. Descubra agora