32. Tabungan?

61.1K 3.9K 543
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kembali dengan Nur. Aku harap kalian punya humor yg bagus soalnya part ini agak.. kocak. ahh udah, baca aja heheh.

Vote+komen nya jangan lupa 🔪

******








Kini menunjukkan pukul tujuh pagi. Semua penghuni ndalem telah sarapan pagi sebelum memulai aktivitas. Dan disini lah Azzam saat itu. Berdiri sepersekian menit, memandang istri dan Umma yang sedang mengobrol santai di dalam dapur.

Rasanya enggan untuk bergabung. Mungkin mengobrol masalah perempuan. Azzam menolehkan kepala melihat ke arah jam dinding.

Drtt... Drtt...

Pria itu terkejut di tengah lamunan nya, merasa ponsel nya berdering, ia meraih nya dan segera melihat siapa pelaku yang menelpon nya. Ia lagi lagi terkejut ketika melihat nomor tidak di kenal menghubungi nya.

"Assalamualaikum. Halo?"

"Oh, Waalaikumussalam. Lama amat."

Suara nya Sadam. Azzam menatap layar ponsel nya sendiri, kemudian mengambil langkah untuk segera keluar dari ndalem. Mengingat Umma bisa mendengar nya kapan saja.

"Bagaimana kamu menemukan nomor saya?"

Sadam terdengar menghela nafas. "Biasalah, punya orang dalam."

"Siapa?"

Sadam tertawa remeh.

"Hana."

"Berani sekali kamu menghubungi istri saya."

"Zam, inget, gua ini adik lo."

"Dan justru kamu adik saya, kamu salah. Dan saya melarang tegas. Apalagi Hana bukan mahram kamu. Dia ipar mu. Dan istri saya." Azzam menekan kata terakhirnya membuat Sadam terdiam begitu saja. Namun sesaat, lelaki itu terdengar tertawa jengkel.

"I-iya, iya. Serius amat. Lagi bercanda juga."

Azzam mendengus. Mengeluarkan helaan nafas panjang. Sementara telepon itu beraksi hampir dalam satu menit, dan beberapa detik tanpa percakapan setelah Sadam memanasi Kakak nya dan berakhir beralasan bercanda.

"Kenapa kamu menghubungi saya?"

"Sengaja. Gabut."

"Sadam..."

"Oke, oke, Zam, ketawa dikit napa. Kan gua disini sebagai adik yang berbakti pengen bikin lo terhibur."

"Sebaiknya pikirkan candaan yang benar benar waras untuk di cerna, Sadam. Apalagi kamu membawa-bawa Hana dalam candaan yang kamu maksud itu. Saya tidak suka."

GUS AZZAM Where stories live. Discover now