My Beloved Monster (TAMAT)

By FireFirena

9.1K 1.5K 258

Alert 18+ Mengenalmu membuatku sadar, bahwa hidup tidak hanya abu-abu saja. Irene Arlandria. Kau orang pertam... More

1. Monster Itu Bernama Yuu
2. Bodoh, Berandalan & Pahlawan
3. Alasan Tidak Melepaskan
4. Dibenci Itu Sebuah Pilihan
5. Berkunjung
6. Manunggaling Aku dan Kamu
7. Kau Adalah Hiburan Bagiku
8. Dia Milikku Pribadi
9. Berada Disisimu Adalah Keputusanku
10. Rumor
11. Pernyataan Cinta
12. Sisi Rapuh Yuu
13. Bersama Terluka, Berpisah Binasa
14. Dia, Grizzy Avelon
15. Supremasi Cinta
16. Semua Demi Yuu
17. Guardian and Monster
19. Waktu Bersama
20. Malaikat dan Monster
21. Marketing Hati
22. Dia Yang Disangka Tak Pernah Ada
23. Goresan Hati
24. I'll Be Here
25. Yang Tak Terabaikan
26. Diambang Batas Kegilaan
27. Masih Disini, Tidak Akan Pergi
28. Harapan Yang Bermunculan
29. Kebahagiaan Yang Direnggut
30. Sebuah Perlindungan
31. I Love You
32. Malam Bersama
33. Aku, Kamu, dan Hantu Malam Minggu
34. Krisis Hati
35. Retak
36. Teruntuk Mu, Cintaku
37. Monster Pelindung
38. Dongeng Penenang
39. Pilihan Hati
40. Sebab Cinta
41. Hero
42. Hadiah
43. Rencana Masa Depan
44. Neurotik
45. Pengagum Rahasia Lainnya
46. It's Only Me
47. Jangan Berharap Tuk Pergi
48. Touch him
49. Deklarasi Permusuhan
50. Penolakan Untuk Pergi
51. Secercah Cahaya
52. Pemenuhan Harapan
53. Terlelap
54. Bahagia Dan Luka
55. Kebenaran Yang Mengganggu
56. Extra : Langkah Yang Tak Sampai
57. Extra : Akhir Bahagia

18. Cinta & Hujan

174 35 4
By FireFirena

Cowok itu terkikik kecil. Dia meraih kotak rokok diatas nakas samping kasurnya kemudian mengambil sebatang. Mengapit rokok itu diantara bibirnya, merogoh korek disaku jaketnya.

Sedetik sebelum rokok itu tersulut api, Yuu mematikan pematiknya. Dia teringat Irene yang memiliki gangguan pernapasan, alias sakit asma. Seketika itu juga nafsu merokoknya langsung lenyap.

Yuu memasukkan kembali sebatang rokok kedalam wadah.

Terjebak dalam keheningan seperti ini, dia sudah terbiasa.

Kehadiran cewek dia yang melengkapinya, kini setiap malam tidak akan bisa dirasakan lagi.

Yuu meringis. Rasanya hampa. Dia merasa ada kekosongan yang amat kentara disudut hati terdalamnya. Sesuatu yang dia inginkan dilarang untuk dirinya miliki. Sesorang yang sangat ingin dirinya rengkuh, tidak diperbolehkan lagi terlalu sering menempelinya.

Egois.

Baik Grizz maupun Papanya terlalu egois.

Mereka tidak pernah berubah dan selalu menjadikan Yuu sebagai objek permainan mereka. Dia tidak pernah sekalipun dibiarkan bahagia. Tidak terima jika salah satu keluarga yang tidak dianggap ini hidup bebas tanpa belenggu masa lalu.

Yuu mengeluarkan benda pipih dari saku jaketnya. Cowok itu men-scroll timeline Instakram, Facedook, dan akun sosmed lain miliknya. Karena tidak menemukan sesuatu yang menarik hatinya, dia memilih mematikan ponselnya.

Yuu kali ini tampak sedikit berpikir. Dia kembali menghidupkan ponsel lalu beralih membuka galeri. Disana ada setidaknya 500 lebih buah foto Irene yang sudah berhasil dia ambil dari segala sisi. Tanpa sadar senyuman kecil mengembang.

Cewek itu selalu bisa menghiburnya. Padahal hanya dengan melihat visual Irene yang tidak bergerak, Yuu sudah terangsang untuk terus mengusilinya. Menoyor, menggelitik, bahkan dia sangat suka membuat cewek itu menangis karenanya.

Semua kata-kata pedas yang keluar dari mulut kecilnya begitu terasa menusuk namun Yuu sukai.

Lalu, bagaimana mungkin jika mereka bersama, Yuu akan mengabaikan Irene begitu saja. No way!

Sebaliknya, itu adalah kesempatannya agar terus bisa menarik atensi cewek itu.

Yuu ingin membuat Irene terus melihatnya dengan mata berbinar antusias seolah ingin ngajak tawuran. Dia ingin Irene selalu sibuk dengan dirinya dan melupakan ada hal lain selain tentang mereka.

Cukup dia yang dilihatnya.

Cukup Yuu saja yang dipantulkan kedua manik cokelat terang itu.

"Lama-lama disini gue bisa beneran jadi sinting." Yuu bergumam. Cowok itu berdiri.

Malam begini, seharusnya Grizz sudah terlelap. Untungnya juga kepulangan sang Papa yang sudah dijadwalkan hari ini diundur karena kendala pesawat yang mendadak memerlukan perbaikan. Setidaknya beliau memerlukan waktu paling sedikit tiga hari sebelum sampai.

Benar-benar beruntung.

Yuu berjalan tergesa keluar rumah. Benar saja tidak ada satupun penjaga yang tampak seliweran seperti pada malam-malam biasanya. Dia tidak memedulikan, yang ada bagus malahan.

Tapi,

Yuu mendesah frustasi. Hujannya deras sekali. Petir terdengar menyambar beberapa kali, guntur pun demikian. Singkat kata poin keberuntungannya merosot hingga 70% jika harus diakumulasikan dengan bagaimana cuaca pada pukul 22.15 WIB, saat ini.

Bisa dibilang ini apes tingkat kuadrat padahal baru saja dia akan memulai rencananya untuk minggat.

"Ah, bodoamat."

***

"Hmm, sepi." Irene bergumam disela senandungan yang dia lantunkan.

Malam dingin menemaninya kali ini. Hujan diluar, luar biasa deras. Untuk yang kesekian kali dia tersungging lalu memberengut. Kedua hal itu terus terulang disetiap kali lembaran buku baru dibukanya.

Sepi.

Lagi-lagi hatinya menceracau sendiri.

"Yuu jam segini udah tidur belum, yah?" mulut kecil itu tanpa sadar menyebutkan nama seseorang yang sampai mati sesumbar akan dia benci.

Dia tinggal sendirian. Terbiasa menghabiskan banyak malam-malam hanya dengan dirinya sendiri ditemani dinginnya angin malam yang malu-malu masuk lewat celah jendela. Ditelan keheningan dan kebosanan. Kurang lebih siklus hidup cewek ini tidak jauh berbeda dengan sosok monster yang sedikit-banyak mulai mempengaruhi hidupnya.

"Yuu bego ....selamanya bego." dia sampai pada halaman ke 221. Novel Love is War, dan umpatan kesal yang ke 111, yang sebenarnya adalah bentuk kerinduan tersirat nya.

Dia itu tidak peka. Mereka berdua nyaris tidak ada bedanya. Jika Irene terus mengelak mengakui bahwa letupan-letupan yang sering dadanya rasakan disebut cinta, Yuu yang selalu mengutarakan namun lebih sering membuat salah paham.

Bisa dibilang mereka itu luar biasa tidak peka dan jatuhnya jadi pe'a.

Tok... Tok... Tok...

Karena mendengar suara ketukan di pintu rumahnya, Irene bergegas menghentikan aktivitas membacanya dan langsung beranjak turun dari kasur. Dia sudah menduga tidak ada orang kurang kerjaan yang mampir kerumahnya nyaris tengah malam seperti ini kalau bukan-

"YUU!" Irene terhenyak. Cewek itu refleks berlari menghampiri sosok jangkung didepannya yang sudah basah kuyup. "lo kenapa bisa basah gini? Kenapa lo nekat kesini kalo besok kita bisa ketemu di kampus?"

Irene menarik salah satu tangan terkulai cowok itu.

Dingin dan bergetar.

Irene meringis. Yuu pasti menahan dingin sejak tadi. Bibirnya nyaris membiru. Kulitnya pucat seperti mayat. Cowok itu terlihat begitu buruk saat ini. Irene mencoba menarik tangan itu agar membawa Yuu masuk kedalam, tapi tidak se inci pun tubuh Yu bergerak.

Dia menolak secara non verbal.

"Lo harus masuk kalo gak mau sakit." Irene kehabisan kata. Lirih cewek itu bahkan tidak membuat Yuu maju sedikit pun.

Dia kenapa?

"Irene?"

"A ...pa?"

"Gue suka sama lo."

Memerah. Irene buru-buru berbalik badan. Dia tidak bisa menahan agar tidak blushing saat dikatai suka oleh cowok. Dia menepuk-nepuk kedua pipinya -berusaha bangun karena sadar dia hanya akan dipermainkan lagi.

Ini salah satu kebiasaan Yuu.

Ini hanyalah modus lainnya agar membuat Irene semakin menggantungkan harapan kepada Yuu.

"Ikut gue."

Irene terhuyung-huyung saat tangannya ditarik paksa keluar dari balik pintu. Diseret dan dihempaskan ditengah teras, dibawah derasnya hujan yang membuat kepalanya seolah dihantam jutaan jarum.

Irene menyapu wajahnya kasar saat air tidak berhenti turun dari atas kepalanya. Dia menatap Yuu yang berdiri menjulang tepat didepannya. Hanya selisih beberapa senti. Meski begitu dia tidak bisa melihat dengan jelas visual tegas itu.

"Yuu kita harus masuk sebelum demam." Irene menarik kembali salah satu lengan tapi justru tangannya yang ditahan. Cewek itu menoleh. Menatap lurus cowok dengan ekspresi datar namun tersirat banyak tanda tanya.

"Dengerin gue." Irene balas menatap. Manik cokelatnya yang menyipit seolah tidak terbuka menumbuk dalam. "disini. Dibawah hujan ini gue mau bilang kalo gue suka lo, Irene."

Dia hanya dipermainkan.

"Gue suka lo."

Selamanya perasaan itu hanya sebatas majikan dan peliharaan.

"Gue cinta sama lo. Tolong jangan tinggalin gue karena gue bisa gila."

Tapi kenapa rasanya nyata sekali?

Irene meringis. Lagi-lagi sensasi seperti ini kembali dia rasakan. Bersama dengan cowok misterius ini membuat jantungnya selalu berdetak tidak normal. Dia juga tidak bisa berpikir jernih. Apapun yang dilakukan dan dikatakan cowok itu terasa tidak dapat dijangkau nalar.

Tangan Irene terulur mengusap lembut kulit dingin Yuu yang tersamarkan air hujan. Cewek itu mengulas senyuman pedih.

"Tolong jangan permainin gue lagi." sekali lagi dia diberikan harapan palsu yang tidak akan bisa dia wujudkan. "tolong jangan bikin gue semakin jatuh cinta sama lo lagi setelah gue sadar," dia menelan ludah susah payah, "gue gak akan bisa miliki lo."

Yuu menegang. Barusan dia mendengar bahwa sudah membuat sosok kecil yang seolah tak tergapai tangannya, dibuatnya jatuh cinta, kepadanya.

"Irene, gue-" tercekat. Belum sempat Yuu menyelesaikan kalimatnya Irene lebih dulu berbalik. Berjalan gontai kembali kedalam rumah.

Tentu saja Irene memihak dirinya sendiri. Dia tidak akan membiarkan dirinya lebih tersakiti dari ini. Sudah cukup dia rasa menanggung beban yang mustahil kedua tangan kecilnya genggam sendirian.

Dia tidak mau mencintai sendirian.

Dibuat sakit dan galau sendiri.

Irene tidak masalah jika dirinya diperlakukan tidak manusiawi oleh Yuu. Tapi, bermain dengan hatinya, Irene tidak akan mengizinkan.

"Irene gue cinta sama lo." sebelum kedua kaki pendek itu melangkah lebih jauh, Yuu mencengkeram kedua bahu kecil cewek itu, membuatnya berbalik balas menatap mata gelap yang seolah akan kalap.

Irene membola saat sentuhan kasar dibibirnya kian menekan memaksa mulutnya terbuka. Irene berontak tapi salah satu tangannya dicekal Yuu dan kepalanya ditekan agar semakin maju.

Yuu semakin menggila saat Irene mulai kehabisan napas. Jeda, cowok itu memundurkan wajahnya untuk melihat ekspresi cewek itu sekarang. Lalu mengakhirinya dengan kecupan lama dan dalam yang juga membuat Irene tidak berkutik.

"Jangan pernah bilang lo mau milikin gue. Karena gue yang seharusnya milikin lo, Irene." Yuu kali ini mengecup pucuk rambut Irene. Lalu memeluknya erat. Membiarkan cewek pendek yang bahkan untuk meraih lehernya saja harus berjinjit, terus sesenggukan.

Apa kali ini harapannya bisa sedikit dipercaya?

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 139 7
MAINSTREAM? TAPI JELAS BAKAL SERUUU HEHE.. TINGGALIN VOTE KOMEN, DAN FOLLOW ME SEBELUM BACA!! **** Bercerita tentang Richa Hannasya si janda anak sa...
347K 25.9K 24
BUKU KEDUA DARI TRILOGI OBSESSION. SANGAT DIHARUSKAN MEMBACA BUKU PERTAMA. 18+ ( Mengandung kata-kata kasar, adegan kekerasan, make out sesion and ki...
6.9M 341K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.1M 39.7K 14
(Buku sudah diterbitkan, Part tidak lengkap) Link Pemesanan ada di profile :) Aku, Kiera Lively, tidak mengerti cinta, tidak pernah merasakan cinta...