My Beloved Monster (TAMAT)

By FireFirena

9.1K 1.5K 258

Alert 18+ Mengenalmu membuatku sadar, bahwa hidup tidak hanya abu-abu saja. Irene Arlandria. Kau orang pertam... More

1. Monster Itu Bernama Yuu
2. Bodoh, Berandalan & Pahlawan
3. Alasan Tidak Melepaskan
4. Dibenci Itu Sebuah Pilihan
5. Berkunjung
6. Manunggaling Aku dan Kamu
7. Kau Adalah Hiburan Bagiku
8. Dia Milikku Pribadi
9. Berada Disisimu Adalah Keputusanku
10. Rumor
12. Sisi Rapuh Yuu
13. Bersama Terluka, Berpisah Binasa
14. Dia, Grizzy Avelon
15. Supremasi Cinta
16. Semua Demi Yuu
17. Guardian and Monster
18. Cinta & Hujan
19. Waktu Bersama
20. Malaikat dan Monster
21. Marketing Hati
22. Dia Yang Disangka Tak Pernah Ada
23. Goresan Hati
24. I'll Be Here
25. Yang Tak Terabaikan
26. Diambang Batas Kegilaan
27. Masih Disini, Tidak Akan Pergi
28. Harapan Yang Bermunculan
29. Kebahagiaan Yang Direnggut
30. Sebuah Perlindungan
31. I Love You
32. Malam Bersama
33. Aku, Kamu, dan Hantu Malam Minggu
34. Krisis Hati
35. Retak
36. Teruntuk Mu, Cintaku
37. Monster Pelindung
38. Dongeng Penenang
39. Pilihan Hati
40. Sebab Cinta
41. Hero
42. Hadiah
43. Rencana Masa Depan
44. Neurotik
45. Pengagum Rahasia Lainnya
46. It's Only Me
47. Jangan Berharap Tuk Pergi
48. Touch him
49. Deklarasi Permusuhan
50. Penolakan Untuk Pergi
51. Secercah Cahaya
52. Pemenuhan Harapan
53. Terlelap
54. Bahagia Dan Luka
55. Kebenaran Yang Mengganggu
56. Extra : Langkah Yang Tak Sampai
57. Extra : Akhir Bahagia

11. Pernyataan Cinta

215 38 0
By FireFirena

Sore hari. Semburat kemerahan semakin lenyap digantikan kegelapan. Langit berawan yang beberapa waktu lalu masih terlihat biru, kini berangsur menjadi orange. Keramaiam kampus menjadi sepi menyisakan segelintir orang.

Irene menghembuskan napas berat. Cewek itu melepaskan cardi tebalnya, kini dia hanya memakai singlet tipis dengan rok pendek selutut bergaris. Melihat dari balkon lantai teratas.

Dibawahnya ada klub luar ruangan yang tampak antusias mengumpan serta melempar bola. Tawa mereka terdengar begitu keras juga riang. Irene menatap datar. Dia sesekali ingin mencoba melakukan olahraga seperti yang lainnya, tapi karena suatu alasan dia tidak bisa.

Irene tidak sesehat seperti kebanyakan orang. Melompat dan berlari dengan bebas. Cewek itu sejak kecil memiliki asma. Terlalu banyak menforsis tenaga, Irene akan kesulitan bernapas.

Irene menggelosor duduk. Merogoh sesuatu dari dalam tasnya lalu menyesapnya kuat-kuat. Lagi, napasnya memburu.

Cewek itu menunduk dalam. Tidak ada yang tahu soal ini kecuali orang tuanya. Irene juga tidak berminat untuk menunjukkan sisi lemah dan seolah ingin dikasihani.

Fuu*

Irene terjingkat. Roknya nyaris terangkat. Setiap Yuu datang, Irene merasa cukup berolahraga. Spot jantung salah satunya. Cowok itu tiba-tiba saja muncul entah darimana dan langsung meniup pelan telinga Irene.

Eksitensinya itu sudah tidak ada bedanya dengan hantu.

"Ngapain lo disini?" Yuu ikut berjongkok.

"Bukan urusan lo." Irene menjawab ketus. Cewek itu tidak berniat untuk menatap wajah bahkan sampai bertemu pandang dengan iris segelap jelaga. Dia selalu nyaris gila setiap mengingat insiden memalukan yang terjadi di kantin dua hari lalu.

Insiden suap.

Membayangkan saja Irene sudah merinding duluan.

"Apa ini?" Yuu merebut sesuatu yang Irene coba sembunyikan dibalik punggung.

"Yuu. Balikin buruan!" cewek itu sedikit merangkak saat Yuu mundur menjauh. Tangannya belingsatan mencoba meraih yang seharusnya jadi miliknya. "lo makin lama makin ngeselin."

Yuu tidak peduli. Cowok itu justru melemparkannya hingga jatuh kebawah.

Dia itu, iblis.

"YUU!" Irene mendelik tidak terima. Napasnya terengah-engah. Dadanya mendadak sakit.

"Apa masalah lo, hah? Kenapa lo terus gangguin gue? Sejak awal kita gak saling kenal dan sekarang seharusnya tetap gitu. Mulai sekarang jangan pernah gangguin gue lagi. Bego!" Irene berlari menuju tangga. Cewek itu melupakan tas, hp bahkan membiarkan bahu yang bisa membuat cowok manapun menatapnya lapar, tetap dia biarkan terbuka.

Baru kali ini Irene sampai semurka ini. Padahal biasanya, dihina, ditoyor, diinjak, ditendang dan banyak di di di lainnya, dia tidak sampai pergi seperti tadi. Harus jadi semasokis apalagi dia hingga betah bertahan dengan cowok sadistik semacam Yuu, yang kalau melenceng sedikit saja bisa merubahnya menjadi psikopat.

Tapi yang barusan memang keterlaluan.

"Cewek bego. Lo mau pergi dengan penampilan begitu? Cari mati, emang" Yuu menyusul dengan membawa barang tertinggal Irene. Tanpa perlu berlari, cowok itu pasti bisa menyusul Irene. Maklum saja langkah kaki panjangnya seolah mampu membelah angin.

Irene masih berlarian sambil terus memegangi dadanya yang sesak. Luar biasa sesak seolah dia akan mati saat itu juga. Semakin lama bersama Yuu, semakin sadar Irene bahwa cowok itu tidak pernah berubah. Sikapnya brutal, perlakuannya kasar, bahkan Yuu seolah tidak pernah menghargai Irene sebagai lawan jenis.

Yuu tidak pernah segan berbuat kasar bahkan dengan orang yang setiap malam dia bisiki, akan selamamya dia lindungi.

Dia terus dipermainkan. Dijadikan seperti hewan peliharaan.

Irene sampai di lapangan. Kalau tidak salah seharusnya jatuh didekat sini. Irene mencoba mencari dibalik semak-semak. Tidak peduli walaupun para kakak tingkat yang tadi asyik bermain kini berhenti, gantian memperhatikannya.

Ada 5 orang cowok jangkung yang mulai mendekat. Salah satu dari mereka mengulurkan tangannya, berniat menurunkan lengan baju cewek yang sibuk meracau sambil ngos-ngosan.

Aaaaargh.

Irene berteriak. Jatuh telungkup kedepan dengan posisi yang amat memalukan. Roknya kali ini tersibak sempurna menampilkan celana dalam polos warna putih. Irene beku ditempat. Takut-takut cewek itu melihat kebelakang.

"Putih polos. Gak buruk juga, lah." salah satu cowok itu menyeringai. Kilatan mengerikan sesaat bisa Irene rasakan menghujam kearahnya.

"M ...maaf. Tolong lupain apa yang baru aja kalian lihat." Irene buru-buru membenarkan posisi roknya. Wajahnya memanas. Dia mundur ketakutan saat para cowok justru semakin mendekat.

"Tenang aja. Kita bakal tutup mulut asal lo mau main malam ini." Irene meringis saat dagunya didongakkan paksa.

Kenapa dia selalu sial?

"Saya gak peduli. Saya gak mau pergi." tubuh Irene bergetar hebat masih dengan menahan sesak napas.

"Oh, kalo kita sebar ini di sosmed sama sekalian kita tempelin di madin gimana?" Irene semakin bergetar saat melihat foto dirinya yang memalukan ada pada salah-satu ponsel para kakak tingkat.

Ini buruk.

"Jadi-"

"Yuu, tolongin. Mana janji lo yang bakal terus ngelindungi gue." Irene berteriak parau berharap sosok yang dia harapkan datang untuk menyelamatkannya sekali lagi.

Bugh!

Tiga orang terlempar sekaligus. Cowok yang menindik telinganya berdiri angkuh didepan Irene. Memberikan tatapan hina pada para cowok lalu menarik Irene agar mendekat padanya. Yuu memeluk posesif Irene yang ketakutan nyaris sesenggukan. "Lo gak perlu khawatir. Gue bakal selalu lindungi lo."

Irene salah sangka. Yuu tidak seburuk apa yang dia pikirkan. Cowok berandalan itu untuk kedua kali selalu datang setiap dia memanggil namanya. Cowok menyebalkan itu benar-benar datang setiap Irene dalam masalah.

Yuu menginjak ponsel yang menampilkan pemandangan yang membuat cowok itu murka. Yuu menggeram. Cowok itu mengusek ponsel yang sudah hancur lalu menendangnya kesembarang arah. "si cebol ini emang seru buat dikerjain. Tapi, satu-satunya yang boleh nyentuh dia cuma gue. Ngerti?" Yuu menyeringai setan.

Yuu melepaskan Irene. Melompat kedepan saat tepat ujung sepatunya menampar keras pipi lawan. Tidak butuh waktu lama semua orang-orang itu pingsan. Yuu benar-benar jago perihal menghajar orang. Seperti sudah bakat alami.

Untuk sesaat Irene dibuat terpana. Dadanya menghangat saat cowok itu mengatakan akan terus melindunginya.

"Cuma gue yang boleh macem-macemin dia." Yuu berjalan mendekat. Tersenyum manis sambil merentangkan kedua tangan lebar-lebar. "gue bakal selalu lindungi lo. Karena lo mainan sekaligus peliharaan gue yang tersayang." imbuhnya santai.

Irene lagi-lagi salah paham. Yuu itu berengseknya mendarah daging. Tentu saja cowok itu akan melindunginya karena tidak mau kalau satu-satunya peliharaannya sampai hilang. Irene menggeram. Cewek itu bersiap ditempat hendak menyerang bahkan menggigit jika Yuu maju lalu berbuat macam-macam.

Bisa jadi Yuu seribu kali lebih buruk dari yang dia pikirkan.

Yuu masih terus tersenyum. Dia bahagia karena mengatakan perasaan terpendam yang sejujurnya. Meskipun lidahnya sempat kelu, tapi dia berhasil. Yuu sangat mencintai Irene dan akan terus melindungi cewek itu. Yah, setidaknya begitu yang Yuu pikirkan saat ini.

Tapi, Yuu sedikit menaikkan alis saat setelah kokuhaku kenapa Irene justru menggeram dan menyalak seperti anjing gila. Apa dia salah bicara?

Grauk!

"SAKIT BEGO!" Yuu spontan berteriak nyaring saat hendak memeluk lengan kanannya justru digigit tidak berperasaan. Gigi Irene menancap membuat kulit lengan Yuu mengeluarkan darah segar dan menetes.

Tidak tinggal diam diserang anjing gila yang notabene adalah calon pacar karena Yuu yang baru saja menyatakan cinta, cowok itu mencubit kuat pipi Irene. Semakin kuat saat tancapan gigi Irene seolah meretakkan tulang.

"LEPASIN!" Yuu tidak menyerah.

"Gwak ...hiks"

Irene meringis. Menangis terisak namun tetap tidak melepaskan gigitannya. Dia sangat marah meskipun pipinya lebam nyaris biru. Sementara Yuu yang terus menyerapah. Mereka berdua sama-sama kesakitan. Saat monster beringas yang seolah tidak memiliki hati pada akhirnya mengungkapkan cinta.

Dan begitulah cara mereka tidak saling melepaskan. Selalu bersama dalam suka maupun duka.

Dengan cara-

Saling gigit dan cubit seperti anjing yang mengamuk pada majikannya.

***


*Pict sekedar pemanis hehe

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 115K 54
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
222K 22.9K 18
Complete ✔ ---------- Namaku Riana. Pencinta cogan kakak kelas yang selalu berpetualang mencari vitamin mata dimanapun aku b...
SOMEDAY By ladymezzy

Teen Fiction

6.7K 492 29
𝑹𝒂𝒏𝒊𝒂 𝒂𝒏𝒅 𝑫𝒂𝒗𝒊𝒏✨ [ complete - publish one by one chapter ] -A N O T H E R S T O R Y ...
1M 92.3K 47
Elios Lison Adalah seorang pria buruk rupa yang jauh dari kata sempurna. Hari hari yang ia lalui selalu bertemankan penderitaan dan kesepian. Ada saj...