~Bitch Better Have My Money~
Rhianna
.
.
.
'Menembak David yang ada didapannya atau diserahkan saja?'
________________
Albert, Theo, Evan, dan Carla berjalan beriringan memsuki bangunan yang beberapa hari lalu mereka datangi. Namun sekarang bangunan itu sudah mempunyai sistem berbeda pada pintu masuk. Kemarin-kemarin pintu masuk akan terbuka begitu saja saat ada seseorang yang ingin masuk. Tapi sekarang pintu itu sudah ada pemindai sidik jari dan juga pemindai bola mata. Setiap orang yang ingin masuk harus melewati tahap pemindai dahulu.
Setelah pintu masuk terbuka, Albert dan yang lainnya langsung masuk ke dalam. Setiap langkah yang mereka ambil terlihat penuh dengan ketegasan dan juga kehormatan. Tidak ada sedikit pun rasa takut atau keraguan. Mereka siap dengan apa pun yang akan terjadi.
Pintu utama pertemuan langsung terbuka otomatis saat tubuh Albert, Theo, Evan, dan Carla berjalan menghampiri. Bola mata mereka kompak menatap satu orang yang sama. Berbarengan dengan itu kepala mereka menunduk hormat kepada si pemimpin. Kecuali Albert. Sean sudah terbiasa dengan hal itu.
Sean mempersilahkan mereka semua untuk duduk terlebih dahulu. Berdiskusi tentang apa yang sedang dihadapi, dan langkah kejam apa yang ingin mereka ambil untuk setiap permasalahan. Dengan tegas Sean membuka pembicaraan. "Sudah tahu dimana markas TR?"
"Sudah sir." Dengan kompak ketiganya menjawab. Albert tidak ikut menjawab. Albert merasa kedudukannya sama saja dengan Sean. Jadi Albert tidak ikut menjawab seperti yang lainnya. "Baiklah siapkan keperluan kalian. Aku sudah tidak sabar," ujar Sean diakhiri senyum manis, namun tersiat rasa kejam di dalamnya.
"Kau yakin hanya berlima saja?" bisik Albert kepada Sean. Sean menatap Albert santai, lalu ia berucap, "Kau takut?" Albert langsung terkekeh. Takut? Yang benar saja! Mendengar kekehan tersebut, Theo, Evan dan Carla langsung menatap kedua orang itu aneh. "Tidak aku tidak takut. Aku tidak takut kalau semisalnya nanti aku akan mati. Aku hanya tidak yakin kita bisa menang kalau hanya berlima saja!" balas Albert enteng. Sean langsung menahan tawanya. Ekspresinya kembali tenang saat ingin membalas ucapan Albert. "Kita tidak berlima Albert. Kau tidak mengetahuinya. Sebagiaan anggota HA sudah memantau di sana sebelum kau kemari. Anggap saja kita seperti umpan. Mereka akan berpikir mudah mengalahkan kita. Namun.... mereka akan terkejut nanti. Meraka akan terkejut saat peluru tersembunyi menembus mereka. Aku selalu memantau kerja kalian. Jangan meremehkan aku Albert!"
"Baiklah aku paham."
"Ini akan menjadi kerja tim! Perhatikan ini!" tegas Sean. Semua mata fokus pada layar proyeksi. Sean menjelaskan rencana yang nantinya akan mereka lakukan. Rencananya tidak sulit untuk dipahami. Albert, Theo, Evan, dan Carla langsung bisa paham dengan apa yang dijelaskan oleh Sean.
"Albert kau dengan Evan. Dan Theo kau bersama Carla," ucap Sean.
"Dan kau?" tanya Albert.
"Aku? Aku dengan diriku," jawab Sean acuh.
Mereka semua langsung keluar, dan menaiki mobil masing-masing. Sean sendiri menaiki mobil Ferrari hitam sama dengan yang dinaiki Theo dan Carla. Sedangkan Albert dan Evan menaiki mobil Hummer berwarna hitam.
Dengan kecepatan tinggi mereka mengendarai mobil dengan cepat. Terik sinar matahari menjadi saksi melajunya mobil mewah itu.
Ternyata tidak ada yang tahu kecuali Sean kalau di dalam bagasi mobil miliknya ada David. Sean sengaja membawa pria itu. Sean ingin menghabisi David secara bersamaan dengan anggota The Reaper. Biarlah para malaikat mau itu mati bersama tanpa tersisa.
Markas TR ternyata berada di Las Vegas, dan tidak terlalu jauh dengan markas HA yang berada di Las Vegas. Hanya butuh waktu tiga puluh menit sampai akhirnya mereka berada di sarang malaikat maut.
Melalui earpiece yang berada di telinganya, Sean berucap, "Tunggu di dalam mobil." Mendengar apa yang diucapkan oleh sang komando, Albert, Theo, Evan dan Carla masih tetap berdiam di dalam mobil. Sedangkan para anggota HA yang sudah berada di posisi sedari tadi, langsung bersiap saat mendengar suara dan juga kehadiran sang pemimpin.
Sean keluar dari mobil mewahnya. Ia membuka bagasi mobil, lalu menarik paksa David untuk keluar. David berjalan di depan Sean. Sengaja menjadi tameng untuk Sean. Saat sudah setengah perjalanan menuju markas TR, Sean langsung berhenti, lalu menembakan peluru ke udara yang mengakibatkan timbulan suara tembakan yang kencang.
"Tunggu perintah," titah Sean melalui earpiece.
Mendengar suara tembakan dari luar, membuat para anggota The Reaper keluar. Sean langsung menarik sebelah sudut bibirnya—tersenyum sinis. TR langsung menodongkan senjata kepada Sean. Sean sendiri menodongkan senjatanya kepada David.
"Wow. Tenanglah! Aku hanya ingin bertemu pemimpin dari para malaikat maut."
Seorang wanita berumur sekitar tiga puluh delapan tahun melangkah mendekati Sean. Wanita itu berdiri tepat berhadapan denga Sean. "Merasa tersanjung dengan kehadiranmu, Mr. Kennard," kekeh wanita itu.
"Terima kasih atas sambutannya, Katy," ucap Sean datar. Katy menanggapi Sean dengan senyum manisnya. Namun Sean masih bisa melihat kelicikan di dalam senyum itu. "Ada keperluan apa kau di sini? Kemarin-kemarin aku mendengar kalau kau ingin mengajak diriku berteman. Ralat! Maksudku mengajak TR berteman," ujar Kety yang masih setia tersenyum manis. Sean menanggapi perkataan Katy dengan menarik sebelah alisnya. "Kau datang sendiri?" tanya Kety.
Sean tidak menanggapi pertanyaan Kety. Tatapan matanya fokus dengan pistol yang ada di tangannya. Pikirannya menimbang nimbang apa yang harus ia lakukan kepada David. Menembak David yang ada di dapannya atau diserahkan saja? "Astaga, apa yang kau lakukan dengan David? Kau menyiksanya?" Nada suara Kety terdengar jauh dari kata khawatiran. Wanita itu hanya memasang wajah sok terkejut. "Tidak. Hanya sedikit bermain main dengannya," balas Sean santai.
"Kau ingin masuk?" tawar Kety ramah.
"Tidak," singkat Sean.
"Theo keluarlah sendiri!" titah Sean.
Beberapa detik kemudia Theo sudah berada di belakang Sean. Kety yang melihat Theo datang langsung tersenyum manis. "Wah, wah, wah. Ternyata kau tidak sendiri, Sean," sinis Kety.
"Aku tidak bilang kalau aku sendiri bukan?"
Saat salah satu dari anak buah Katy ingin menarik pelatuk ke arah Sean, Theo langsung menembaknya. Pria itu langsung tersungkur jatuh. Sepertinya salah satu dari malaikat maut sudah tumbang. "Sialan!" umpat Katy.
"Albert, Evan, dan Carla lakukan apa yang telah di rencanakan. Yang lain tunggu!" perintah Sean melalui sambungan earpiece.
Dengan cepat Katy mundur beberapa langkah dari hadapan Sean. Katy membiarkan anak buahnya berada di depannya, menjadi tameng untuknya dan menyerang terlebih dahulu. Sean yang sudah tau dengan apa yang akan terjadi, langsung menyiapkan pistolnya. Saat anggota TR siap menarik pelatuk, mobil Hummer berwarna hitam datang. Albert dan Evan sudah bersiap di dalam mobil itu. Tepat saat Sean mengambil lima langkah mundur, suara pistol langsung terdengar. Menandakan kalau perang dimulai.
Dengan David sebagai tameng pelindung, Sean menarik pelatuknya dan melawan. "Sekarang HA!" titah Sean.
Satu persatu peluru tersembunyi menembus para anggota TR. Sean langsung mendorong kasar David ke depan, lalu menembak tepat pada kepala pria itu. Munceratan darah keluar saat Sean menembak kepala David.
Albert dan Evan yang masih berada di dalam mobil Hummer, langsung mengendarainya cepat menuju Sean. Tepatnya di depan Sean. Saat mobil itu sudah berada di depan Sean, pintu mobil langsung terbuka. Albert dan Evan langsung beraksi di balik pintu mobil.
Tidak tinggal diam, Katy pun ikut melawan. Wanita itu cukup lihai dengan pistol yang berada di tangannya. Peluru-peluru yang Katy tembakan berhasil membuat Albert dan Evan kewalahan dan tidak bisa melawan. "Sialan! Wanita sialan!" umpat Albert.
Semakin lama TR bangkit menyerang. Sean tahu kunci dari pemenangan perang ini. Ia harus membunuh pemimpin TR. Katy. Sean harus membunuh Katy!
Dengan lihai, Sean membantai puluhan anggota TR. Namun tiba-tiba saja Katy sudah berada di belakangnya. Menodongkan pistol kearah kepala Sean. "Tamat," ujar Kety tepat di telinga Sean. Sean hanya tersenyum simpul mendengar perkataan Katy.
"KALIAN BERHENTI! ATAU PEMIMPIN KALIAN AKAN TIADA!" Teriakan Kety berhasil menghentikan semua kegiatan tembak menembak ataupun pertempuran. Albert, Theo, dan Evan menatap Sean dan Katy. Mereka bertiga menodongkan pistol kepada Katy. Semua anggota HA sudah siap menembak dan menghabisi Katy jika saja Sean mengizinkan.
"Turunkan pistolmu! Atau aku tembak dia?!" ancam Katy. Namun mau Albert, Evan sekali pun Theo tidak ada yang menurunkan pistolnya. "Suruh semua anggotamu menurunkan senjatanya! Jangan main-main dengan aku, Sean!" Sean sama sekali tidak menunjukan ekspresi takut. Pria itu benar-benar tenang.
"Semua turunkan senjata!" perintah Sean. Semua anggota HA langsung menurunkan senjata mereka. Mematuhi apa yang diperintahkan.
Albert menatap Sean tidak percaya. Kenapa pria itu malah menyuruh untuk menurunkan senjata?! Apa Sean sudah gila? Rencana gila macam apa ini?!
"Carla...." ujar Sean memanggil nama Carla pelan.
"Segera," balas Carla.
_________________
It's not perfect, but I hope you like it 💕
SORRY FOR TYPO
Jangan lupa dipencet bintangnya✨
Jangan lupa tinggalkan komentar, saran, dan kritiknya 😻
Note: Menghargai sesuatu hal kecil bukanlah hal yang memalukan. Cobalah untuk menghargai suatu karya walaupun masih kecil.
TERIMAKASIH