~Upset With Me~
David Archuleta
.
.
.
'Aku tidak bisa menerima seseorang, saat hatiku tidak siap.'
__________________
Seorang wanita melangkah masuk ke dalam apartmen sederhana dengan pemandangan kota New York yang indah. Sunyi dan sepi. Sudah bertahun tahun lamanya dirinya tidak mendatangi apartmen ini. Kenangan demi kenangan indah mulai teringat kembali saat matanya memandangi setiap inci ruangan apartmen tersebut. Saat matanya memandang salah satu pintu kamar, tiba-tiba ekspresinya berubah. Bibirnya tersenyum kecut kala ingatan masa lalu teringat. Bodoh. Dulu dirinya benar-benar bodoh.
"Kau tinggal di sini?" tanya Athena memecah suasana yang hening. Valeska langsung menoleh menatap Athena. "Dulu," jawab Valeska sembari tersenyum. Athena mengernyit bingung. Valeska pernah tinggal di tempat sesempit ini? "Dulu?" heran Athena. Athena benar-benar tidak menyangka kalau dulu Valeska pernah tinggal di tempat yang percis seperti kandang ini! "Iya. Dulu. Dulu sekali saat aku sedang merintih karirku," jelas Valeska.
Baik. Athena tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Sekarang kau sudah tinggal di mansion mewah. Luasnya berlipat lipat dari bangunan ini bukan?" kekeh Athena. Valeska hanya menanggapi ucapan Athena dengan senyuman manis. Teramat manis. "Tapi, bangunan ini memiliki sejarah," ujar Valeska sembari berjalan menuju sofa, lalu ia duduk di sofa kecil yang berdebu tersebut.
Athena mengikuti langkah Valeska. "Ya kau benar. Tapi kau juga sedang membuat sejarah dengan rekor-rekor music mu." Valeska yang mendengar ucapan Athena kembali tersenyum manis. Tangannya langsung memeluk Athena erat. "Terima kasih," ucap Valeska. Athena mengangkat kedua alisnya bingung. Kenapa Valeska berterimakasih? "Untuk?" bingung Athena.
"Untuk kau yang mau menjadi temanku."
Athena membalas pelukan Valeska. Kepalanya menggeleng cepat saat mendengar ucapan Valeska. "Semua orang ingin berteman dengan mu Vale! Tidak hanya aku! Semua. Semua!" Valeska menarik diri. Matanya menatap Athena dalam. "Itu karena setatusku sebagai penyanyi. Mereka ingin berteman karena aku terkenal. Itu palsu!" ujar Valeska. Athena hanya menanggapinya dengan senyuman kecil.
"Baiklah mari kita pulang!" ajak Valeska. Berlama lama di tempat yang penuh dengan kenangan membuat dadanya sesak. Tapi hanya apartmen inilah harapannya agar bisa bertemu satu orang yang selama ini ia tunggu. Selalu ia tunggu.
Valeska selalu menunggu. Valeska tidak peduli berapa lama waktu yang harus ia habiskan.
"Tunggu apa lagi? Mari," balas Athena. Mereka berdua berjalan beriringan. Mereka berdua benar-benar terlihat seperti teman sejati.
Mobil Ferrari hitam sudah menunggu di bawah sana. Puluhan orang mengelilingi mobil mewah itu. Saat Valeska dan Athena turun, teriakan teriakan terdengar. Valeska langsung tersenyum menyapa mereka. Orang-orang berteriak memanggili nama Valeska, bahkan tak sedikit orang yang memanggil nama Athena.
"Please, take a photo with me, Vale! I'm a big fan of you!" Suara teriakan dari salah satu penggemar, membuat Valeska menghmpirinya untuk befoto bersama. Keriuhan semakin menjadi jadi saat Valeska berfoto dengan salah satu penggemar.
"Vale! Take a photo with me too."
"Vale, I also want!
"Vale."
"Vale!"
Melihat kondisi yang semakin tidak kondusif, membuat Valeska dan Athena langsung masuk ke dalam mobil. Tiga penjaga dengan pakaiaan hitam membantu mereka masuk. Ketukan-ketukan pada kaca mobil semakin jelas terdengar. Cepat, Athena menginjak pedal gas mobil.
"Astaga! Mereka semua benar-benar gila!" keluh Athena. Valeska tertawa mendengar ucapan Athena. "Tapi mereka yang membuatku ada di posisi seperti ini," jawab Valeska yang diakhiri dengan tawa. "Ya, kau benar! Tanpa mereka kau tidak akan ada dan bukan siapa-siapa!" kekeh Athena.
'Deg!'
Tanpa mereka? Valeska baru tersadar. Bukan. Bukan tanpa mereka Valeska bisa menjadi seperti ini. Kalau tidak ada yang mendukungnya dahulu, ia tidak akan bisa menjadi seperti ini. Seseorang yang dahulu selalu mendukungnya sepenuh hati. Seseorang yang selalu mengorbankan apa pun demi dirinya. Seseorang yang selalu Valeska nanti.
Satu orang yang membuat Valeska berhutang kata terimakasih dan kata maaf.
"Kau tak apa? Apa kau terluka?" Pertanyaan Athena menyadarkan Valeska. Langsung saja bibir Valeska tersenyum menanggapi pertanyaan Athena. "Tidak. Aku baik-baik saja!" ucap Valeska.
Tiga puluh menit berkendara, akhirnya Valeska dan Athena sampai di mansion mewah milik Valeska. Pintu gerbang langsung terbuka lebar secara otomatis kala mobil Ferrari hitam berada tepat di depan gerbang.
"Salah satu mansion megah yang pernah aku lihat!" ujar Athena dengan nada bangga. Valeska tertawa kecil saat mendengar ucapan Athena. Kepalanya menggeleng pelan—membantah ucapan Athena."Tidak. Ini tidak megah!" elak Valeska.
"Kau merendah untuk meninggi!" Valeska yang mendengar ucapan sindiran dari Athena, langsung dibuat tertawa. "Astaga, bukan seperti itu maksudku!" ucap Valeska.
"Sudahlah lupakan."
Valeska dan Athena melangkahkan kakinya—berjalan masuk ke dalam mansion mewah tersebut. Athena yang merasakan suasana sunyi saat berada di dalam mansion, langsung bertanya kepada Valeska. "Kau tinggal sendiri?" tanya Athena saat sudah berada di dalam mansion. "Tidak juga. Kadang teman-temanku suka datang ke sini. Tapi mungkin, sekarang mereka sedang sibuk." Athena mengangguk anggukan kepalanya mengerti.
"Kau tidak punya kekasih?" Athena kembali bertanya. "Aku tidak pernah mendengar gossip tentang hubungan asmara mu, Vale," lanjut Athena.
"Ya seperti itulah. Aku memang sudah lama tidak menjalin hubungan," jawab Valeska cuek.
"Kenapa?" bingung Athena. Valeska itu cantik, kaya, terkenal, dan memiliki banyak karya. Wanita itu hampir sempurna! Dan tidak mungkin jika tidak ada pria yang menyukai Valeska. Demi tuhan! Pasti banyak yang jatuh hati dengan Valeska!
"Karena aku masih menunggu," jawab Valeska lembut.
"Menunggu apa? Kau menunggu siapa?" tanya Athena.
"Seseorang yang aku tunggu dan aku harap dia akan datang." Pandangan mata Valeska meredup. Seperti ada sesuatu yang meremas hatinya. Sesak. Valeska merasa sesak. "Maksudku, aku tidak bisa menerima seseorang, saat hatiku tidak siap," lanjut Valeska.
Hening. Tidak ada suara yang terdengar kembali. Merasa ada keanehan, Valeska langsung berdeham, dan melontarkan pertanyaan kepada Athena, "Bagaimana denganmu?" Athena yang mendengarnya langsung memberikan tatapan bingung kepada Valeska. "Apa?" tanya Athena.
"Kekasih." Paham dengan maksud Valeska, Athena langsung tersenyum ceria. Pikirannya langsung mengingat Sean. "Aku tidak tahu dia kekasihku atau bukan. Tapi aku akan menikahinya." Membayangkan menikah dengan Sean membuat Athena merona malu. "Siapa namanya?" tanya Valeska.
"Rahasia. Nanti akan kuberi undangannya!" Valeska melototkan kedua bola matanya. Valeska juga memberikan tatapan menggoda pada Athena. Tawanya langsung pecah kala Athena mengikuti tingkahnya.
"Menginaplah Athena," pinta Valeska. Athena langsung menganguk mengiyakan. "Tentu saja. Tapi kalau ada Auristela pasti lebih menyenangkan bukan?" saran Athena.
"Tunggu apa lagi? suruhlah dia datang!"
"Ya, kau benar!"
Athena langsung menghubungi Auristela melalui sambungan telepon. Dering pertama tidak diangkat oleh Auristela. Dering kedua dan ketiga masih belum diangkat juga. Namun saat Athena ingin menutup panggilan teleponnya, sambungan telepon tersebut langsung terhubung. Terdengar suara Auristela di seberang sana.
'Ada apa pirang?'
Aish! Menyebalkan. Pirang, pirang! Dirinya punya nama! Athena. Namanya Athena Minerva Luvly! Sudahlah lupakan. Jalang yang satu ini susah diberitahunya.
"Datanglah ke mansion Valeska. Kita akan mengadakan party kecil kecilan," pinta Athena
'Sekarang?' tanya Auristela.
"Tentu saja!"
'Tidak bisa kalau seperti itu! Aku sibuk. Seharusnya kau buat janji denganku terlebih dahulu!'
"Menjijikan! Memangnya kau sibuk apa? Mulung?" Athena langsung tertawa geli kala membayangkan Auristela benar-benar mulung.
'Sialan!'
"Sehari saja Auristela," mohon Athena.
'Aku benar-benar tidak bisa Athena.'
'Cepat Auristela!' Athena mendengar suara pria di sebrang sana. Sepertinya pria itu sedang bersama Auristela.
"Kau sedang kencan dengan Xavion ya? Ah lupakan. Have fun!"
Panggilan telepon langsung Athena matikan. Athena berjalan menghampiri Valeska. "Bagaimana?" tanya Valeska. Athena menggeleng pelan. "Dia sedang berkencan dengan Xavion," jawab Athena santai. "Xavion?" Tiba-tiba dada Valeska terasa sesak saat mengetahui Xavion sedang berkencan dengan Auristela. Ada rasa tidak rela dalam dirinya.
"Iya. Xavion Lorenzo. Pria yang bersama Auristela minggu lalu," jelas Athena.
"Ah ya, aku inga!" Tidak. Valeska tidak lupa. Valeska hanya pura-pura lupa untuk menutupi rasa sedihnya saja.
___________________
It's not perfect, but I hope you like it✨
Maaf jika part ini tidak memuaskan 🙏
SORRY FOR TYPO
Jangan lupa bintangnya dipencet 🌟
Jangan lupa tinggalkan komentar, saran, dan kritiknya💕
TERIMAKASIH 😻