~Miss You~
Louis Tomlinson
.
.
.
'Perbuatan Baik Kita Tidak Akan Diingat. Hanya Perbuatan Buruk Yang Selalu Mereka Ingat Tentang Kita.'
________________
11:00 PM
Sepi. Mansion—nya terasa sepi. Biasanya saat Sean kembali selalu ada mata biru yang menatapnya. Setiap sarapan pasti selalu ada pembicaraan yang aneh. Auristela mampu memusatkan dunianya terfokus hanya pada wanita itu. Bagai mesin waktu, Auristela juga membuat dirinya mengingat kejadian masa lalu. Kepahitan. Namun wanita itu juga bisa memancarkan warnanya bagai pelangi, dan menyembuhkannya.
Seakan akan, Auristela adalah paket kumpelit untuknya. Wanita itu bisa menyakitkan untuknya, dan juga bisa menyembuhkannya. Wanita itu bisa membuatnya bahagia, namun seketika bisa membuatnya kebingungan. Auristela berhasil mengobrak abrikan dirinya dan hidupnya.
Apa ini bentuk dari kerinduannya? Atau hanya menyayangi kejadian tadi? Entahlah, Sean tidak mengerti terhadap apa yang ia rasakan sekarang. Tapi yang pasti, ia seperti merasa kosong dan hampa. Sean tidak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap dirinya.
Apa dampak kehadiran Auristela begitu besar untuk Sean, hingga kepergiannya bisa membuat Sean kebingungan. Kebingungan tanpa adanya Auristela.
Ini gila! Semua yang Sean rasakan terhadap Auristela itu gila!
Lama terlarut dalam pikirannya, Sean memutuskan untuk pergi meninggalkan mansion yang ia tempati sekarang. Mungkin mansion yang ia tempati sekarang ini akan kosong dalam waktu yang lama atau mungkin untuk selamanya. Tidak akan ada yang menempatinya.
Para pelayan juga sudah Sean pindahkan bekerja ke suatu tempat. Yang pastinya tempat yang akan ia tinggali. Seperti yang ia bilang tadi, sepi. Dikarenakan mansion—nya sudah tidak ada siapa siapa lagi kecuali dirinya. Namun tempat barunya bukan berada di kota ini. Bukan di kota New York. Yang berarti ia akan jauh dari Auristela.
Sean berjalan keluar sembari membawa satu koper berukuran sedang. Saat ia keluar dari kamarnya, matanya menatap kamar yang sempat di tempati Auristela. Sean berjalan menuju kamar itu. Sean langsung membuka pintu kamar Auristela. Terlihat rapih dan bersih. Kamar bernuansa putih dan biru itu terlihat tenang.
Bahkan pakaiaan wanita itu masih berada di dalam lemari kaca. Masih tersusun rapih. Wanita itu tidak mengambil apa pun yang pernah Sean berikan untuknya. Auristela meninggalkan semua yang Sean berikan.
Sean melanjutkan langkahnya menuruni tangga. Kakinya terus berjalan meninggalkan mansion megah dan mewah itu. Sean masuk ke dalam mobil Ferrari berwarna putih elegan. Mengendarainya cepat menembus jalanan.
Usaikah ini?
Besok pagi Sean akan berangkat ke mansion barunya. Tentu saja itu salah satu tempat rahasia. Sekarang ini Sean ingin pergi ke markas HA terlebih dahulu. Bukan untuk rapat. Sean hanya ingin mengunjungi saja. Menyapa semua orang yang ada di sana. Tunggu, menyapa? Itu bukan Sean! Lebih tepatnya akan mengejutkan para HA.
Dan benar saja! Kehadiran Sean disambut dengan keterkejutkan semua anggota. Sean tidak ambil pusing. Ia malas. Sean lebih memilih terus melangkah memasuki suatu ruangan. Ruangan itu khusus untuk dirinya. Khusus untuk pemimpin HA. Di depan pintu itu ada tulisan, 'The King Of Darkness From Hells Angels.' Yups! Kepanjangan HA adalah Hells Angels.
Tepat saat pintu gerbang markas HA terbuka, setiap orang yang memasukinya akan melihat tulisan,'Our Good Deeds Will Not Be Remembered. Only Bad Deeds They Always Remember About Us.' Tulisan itu tertulis besar dan jelas. Itu seperti moto dari Hells Angels.
'Perbuatan Baik Kita Tidak Akan Diingat. Hanya Perbuatan Buruk Yang Selalu Mereka Ingat Tentang Kita.' Moto itu selalu ada disetiap markas HA. Tidak hanya di Amerika. Namun di seluruh negeri. Tepat markas HA berada!
Sambil meminum segelas wishky dan menghisap sebatang rokok, Sean menikmati kesunyian yang nyata. Memejamkan matanya. Mata biru berbinar itu muncul saat Sean memejamkan matanya. Apa ini karena whiskey yang ia minum? Apa hanya sebatas khayalan?
"Segalanya terasa sangat luar biasa! Ini lah saatnya kembali tenggelam dalam gelap." Pikiran dan tubuh Sean sudah terbawa pengaruh alcohol. Mulutnnya merancau tidak jelas. Entah apa yang dimaksud dari ucapannya tadi. Kesadaran Sean sudah menghilang ke awang-awang. Namun Sean masih terus meminum minuman sialan itu. Semua terasa berubah.
"Akhirnya bisa tertidur," ucap Sean. Dan benar saja, kepalanya sudah terjatuh di atas meja. Matanya sudah terpejam. Memasuki gelapnya alam mimpi.
* * * *
Pagi harinya Sean langsung pergi menuju Las Vegas, di mana mansion rahasia terbarunya berada yang nantinya akan ia tempati. Sean keluar dari ruangannya. Kakinya berjalan keluar dari markas HA. Setiap Sean melintas, orang-orang yang ia lewati menunduk penuh hormat padanya.
Helicopter sudah ada di depan gedung bangunan markas HA. Tidak ingin berlama lama, Sean langsung menaikinya dan juga mengemudikannya. Sean tidak mau membawa siapa pun untuk kali ini. Tidak Albert atau anggota HA yang lain. Bahkan tidak orang asing lagi!
Helicopter itu sudah terbang di udara. Waktu yang harus ditempuh Sean kurang lebih lima jam untuk sampai ditujuannya. Dan setelah kurang lebih lima jam akhirnya Sean sampai di mansion barunya.
Mansion ini lebih sedikit sederhana dari pada mansion miliknya yang ada di New York. Namun mansion ini lebih terlihat menenangkan karena cukup jauh dari pemukiman. Pintu mansion terbuka. Semua para pelayan berbaris rapih di sisi kanan dan kiri. Mereka menunduk hormat kala kaki Sean melangkah masuk ke dalam.
"Anda ingin makan apa tuan? Biar saya buatkan," tanya pelayan bagian dapur saat melihat Sean duduk di meja makan. "Roti lapis saja," jawab Sean tidak peduli. "Baik, saya akan buatkan." Pelayan itu menunduk hormat, lalu pergi meninggalkan Sean.
Mata hijaunya memandangi kaca bening yang ada di seberang sampingnya. Rerumputan hijau segar terlihat di luar sana. Segelas teh hijau dan roti lapis berisi keju dan ikan tuna diletakan di atas meja makan. "Ini roti lapis Anda." Pelayan itu menyerahkan roti lapisnya kepada Sean dengan kepala tertunduk hormat. "Kalau Anda tidak menyukainya saya akan buatkan lagi." Mata yang tadinya melihat rerumputan hijau, kini langsung beralih menatap pelayan wanita yang sedang tertunduk. "Tidak usah."
Pelayan itu langsung pergi setelah menyelesaikan tugasnya. Sean bukan tipe orang yang harus memakan makanan kelas atas. Ia tidak terlalu suka makan mahal. Menurutnya semua makanan itu sama saja. Hanya untuk mengisi perut yang lapar dan juga untuk mengisi tenaga.
Setelah roti lapisnya habis termakan, Sean langsung berdiri berjalan kearah kaca bening tadi. Sambil meminum teh hijaunya, Sean memperhatikan luar mansion—nya. Mansion ini terasa sepi dan sunyi. Sangat menenangkan.
Sean menyukainya.
"Dunia terlihat sangat indah dari luarnya ya. Tetapi sayangnya dunia terlihat begitu gelap di dalamnya. Sungguh miris." Sean terkekeh dengan ucapannya sendiri.
"Gelap tak bercahaya...."
______________
It's not perfect but I hope you like it!
SORRY FOR TYPO
Jangan lupa pencet bintangnya [*]
Jangan lupa tinggalkan komentar, saran dan kritiknya!
Btw, makasih banget buat kalian yang udah baca karya aku. Dan makasih juga sama yang udah Vote dan juga komen dicerita ini.
Kasih kritiknya ya kalau ada sesuatu yang menurut kalian kurang. Biarkan aku belajar dari kritik kritik kalian :)
Terima kasih.