~Ready To Run~
One Direction
.
.
.
'Seandainya ada matahari yang membawanya lari dalam kegelapan. Ia tidak ingin tersesat dalam kegelapan. Namun sepertinya terlambat. Ia sudah berada dalam kegelapan yang pekat dan nyata.'
_______________
Seperti hari-hari biasa yang membosankan. Bangun dari tidur, mandi, sarapan, dan berkeliling mansion. Hidup Auristela benar-benar terasa monoton. Rasanya seperti hidup dalam kesepian. Hanya sendiri tidak ada siapa-siapa. Menyebalkan!
Tapi mau bagaimana lagi?
Athena juga sudah tidak ada di mansion ini. Entah kemana si pirang itu pergi. Enak sekali hidup Athena. Bisa berkeliaran kesana kemari sesuka hati. Beda dengannya.
Sudahlah, tidak seharusnya Auristela membanding bandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Seharusnya Auristela tetap bersyukur. Hidup yang sudah di berikan tuhan harus ia nikmati sekalipun dunia terasa kacau.
Namun pagi ini berbeda dari pagi sebelumnya. Pagi ini Auristela benar-benar melihat mata tajam berwarna hijau yang telah hilang selama seminggu lebih. Kilatan di mata hijau itu benar-benar tidak bisa Auristela abaikan. Mata hijau itu memusatkan seluruh perhatiannya.
Mata itu menyihir Auristela.
Auristela masih menatap kilatan mata hijau milik Sean. Pemilik mata itu berdiri di bawah terik sinar matahari yang cerah. Sepertinya pria itu tidak mengetahui kehadiran Auristela. Atau mungkin memang sengaja mengabaikan kehadiran Auristela.
Mata hijau itu menatap lurus ke depan dengan tajam. Bibir Sean juga tersenyum kecil. Namun bukan senyum biasa. Dalam senyumnya itu seperti ada kekejaman yang nyata. Terlihat mengerikan, namun tetap terlihat menawan dengan wajah tampannya.
Sean hampir sempurna.
Banyak orang yang mengatakan kalau di dunia ini tidak ada orang yang sempurna. Tapi sayangnya semua perkataan itu salah. Ada yang sempurna di dunia ini. Sean. Sean adalah orang yang sempurna.
"Kenapa kau memandangiku?" tanya Sean tanpa mengubah arah pandangnya. Auristela terkejut. Aish. Ternyata Sean memang sudah mengetahui kehadiran Auristela. Pria itu benar-benar terlihar tenang, namun peka.
Sean sadar akan sekitar.
"Kapan kau kembali? Bagaimana dengan pekerjaan mu di Landon?" tanya Auristela.
Kenapa Auristela merasa biasa saja saat Sean sudah ada bersamanya? Namun saat Sean tidak ada bersamanya, pikiran Auristela di penuhi oleh pria itu. Aneh. Apa maksud dari semua ini?!
"Aku hampir menyelesaikannya, namun fokusku hilang begitu saja." Pandangan Sean langsung dipusatkan pada Auristela. Wanita itu seperti sedang berpikir keras dengan ucapan Sean. Terlihat lucu dan juga manis.
Sean tidak menyangkalnya. Sean tidak munafik. Sean memang mengakui kalau Auristela adalah seorang wanita cantik. Sangat cantik!
Auristela tidak mengerti dengan perkataan Sean. Kata-kata itu sulit dimengerti olehnya. Apa yang dimaksud Sean? Kenapa sulit dipahami!
"Jadi pekerjaanmu belum selesai, begitu?" tanya Auristela memperjelas.
"Mungkin bisa disebut seperti itu," ujar Sean cuek. Pria itu seperti tidak mau membahasnya lagi.
"Jadi kau akan kembali ke London lagi?" Ada rasa sedih di benak Auristela saat kata 'kembali ke London' terucap dari bibir tipisnya. Namun kesedihan itu langsung sirnah kala Sean memberi jawaban atas pertanyaannya.
"Tidak sepertinya. Albert yang akan mengurusnya," jawab Sean.
"Albert? Albert teman sekaligus rekan kerjamu, ya?" tanyanya. Auristela akan terus bertanya ketika ada sesuatu yang tidak ia ketahui atau yang ia ingin ketahui.
"Berhenti bertanya tentang diriku atau pun yang bersangkutan denganku." Pertanyaan Auristela sudah terlalu jauh untuk orang baru dalam hidup Sean. Cukup untuk Auristela mengetahui tentang duniannya. Auristela hanya orang asing. Wanita itu tidak berhak tahu menahu tentang dirinya, kehidupannya, dan juga dunianya.
"Kau begitu misterius, membuat diriku ingin tahu lebih tentang dirimu." Jujur Auristela benar-benar di buat ingin tahu lebih oleh Sean. Selain mempunyai aura menyeramkan, Sean juga memiliki aura misterius.
'Kau begitu berwarna membuatku ingin tahu lebih tentangmu,' ucap Sean dalm hati. Sean ingin tahu apa yang membuat Auristela sangat ceria menjalani hari demi harinya. Padahal dunia ini terlalu gila untuk disebut sumber kebahagiaan.
Sean hanya ingin tahu tentang sumber kebahagiaan Auristela. Tidak lebih dan tidak akan pernah lebih dari itu!
"Mungkin itu hanya menurut dirimu," jawab Sean acuh.
Apa benar hanya menurut Auristela? Auristela rasa tidak. Sean benar-benar mempunyai aura misterius yang pekat. Bahkan aura misterius seperti menjadi daya tarik sendiri yang dipunyai pria itu. Mungkin pria itu yang tidak terlalu mengenal dirinya sendiri.
"Mungkin kau yang tidak terlalu mengenali dirimu sendiri," ucap Auristela polos.
Ucapan yang keluar dari mulut Auristela membuat Sean menegang. Tubuhnya menjadi kaku. Apa benar perkataan yang di ucap Auristela tadi? Sean tidak mengenal dirinya sendiri? Omong kosong!
Ucapan itu terus terngiang ngiang seperti musik yang menyala di kepalanya. Sean langsung melangkahkan kakinya pergi dari taman. Ia menabrak punggung Auristela saat ingin masuk ke dalam mansion.
"Apa aku salah berucap?" tanya Auristela pada dirinya sendiri. Auristela takut menyakiti perasaan Sean. Auristela tidak mau menaruh luka pada orang lain walau hanya goresan tipis. Luka tetaplah luka. Kecil atau pun besar sama saja. Sama-sama bisa menyakitkan. Auristela tidak mau menyakiti orang lain.
Benar bukan? Sean benar-benar misterius. Sean bisa menyenangkan dan juga bisa menyeramkan, lalu dia bisa menjadi misterius dalam waktu tak terduga. Sean bisa berubah kapan saja. Pria itu tidak kenal waktu. Suasana akan berubah sesuai keinginan Sean.
Sekali saja ucapan yang salah atau perkataan yang menyinggung, aura pria itu langsung berubah berbeda. Sean seperti mempunyai kepribadian ganda. Membayangkannya saja membuat Auristela merinding ngeri. Tidak terbayang kalau itu semua memang benar!
Tapi sepertinya dugaan Auristela salah. Sean tidak mungkin memiliki kepribadian ganda. Sean sepertinya hanya terluka. Luka yang dalam tentunya.
Sebuah luka yang menganga lebar. Tidak ada satu pun orang yang berusaha menutup luka itu. Bahkan Sean sendiri pun tidak ingin menutup luka tersebut. Sean membiarkannya terbuka lebar. Pria itu seperti terus menerus menikmati rasa sakit yang diakibatkan lukanya.
Apa Auristela yang harus menutup luka itu?
Atau mungkin Sean hanya lelah karena baru saja kembali dari London? Dan dia hanya membutuh kan istirahat.
Sepertinya memang seperti itu.
* * * *
Sean membanting pintu kamarnya kencang. Ucapan Auristela tadi membuat dirinya tenggelam dalam amarah. Seperti ada perahu yang di naikinya, lalu tenggelam begitu saja karena kehabisan waktu. Sean selalu memberi tahu dirinya kalau semua akan baik-baik saja. Namun nyatanya tidak baik baik saja.
Kepalanya ia tundukan. Kedua telapak tangannya terkepal kencang. Matanya ia pejamkan. Pikirannya sedang terenung kacau.
Setiap ia berbalik melihat ke belakang—melihat dunianya yang lalu, semua itu seperti mengejarnya dan menghancurkannya.
Mungkin ucapan Auristela tadi menyadarkannya. Tidak ada cara mengubah keadaannya kalau dirinya tidak melupakan dan terus menatap ke belakang lagi. Terus menatap luka lama yang samakin hari semakin menggerogotinya.
Seandainya ada matahari yang membawanya lari dalam kegelapan. Sean tidak ingin tersesat dalam kegelapan. Namun sepertinya sudah terlambat. Dirinya sudah berada dalam kegelapan yang pekat dan nyata.
Apa ia harus berlari sekarang? Tidak! Sean harus mengenal siapa dirinya terlebih dahulu. Auristela berkata kalau ia tidak mengenali dirinya sendiri. Sean harus membuktikan dan menunjukan kalau ucapan wanita itu tidak benar. Ternyata Auristela itu memang salah! Sean tahu siapa dirinya. Sean mengenal dirinya sendiri!
Ya! Ia adalah Sean. Sean Fiennes Kennard. Seorang pria yang memiliki puluhan club malam. Pria yang memiliki banyak casino di penjuru dunia. Pria dengan bisnis narkoba terbesar di dunia. Pria yang juga memiliki bisnis senjata illegal. Pria yang siap menghabisi siapa pun yang menghalangi dunianya.
Ada masa depan di hidupnya yang tidak bisa ia ramal. Namun jika ia tetap di jalurnya pasti tidak akan ada yang mengncam dirinya sekali pun yang berpotensi meghancurkannya.
Dia Sean. Seorang criminal. Sean seorang mafia.
Sean seseorang yang berbahaya.
Auristela sudah salah besar tentangnya. Sean sudah mengenali dirinya sendiri sejak lama. Auristela saja yang terlalu bodoh!
______________
I'ts not perfect. But I hope you like it !
Jangan lupa bintangnya di pencet [*]
SORRY FOR TYPO
Tinggalkan komentar, saran dan kritiknya