Tentang Kamu dan Rindu โœ…

By lailiazzda

25.7K 1.6K 307

Ini adalah cerita tentang aku yang tak bisa seumur hidup dengan seorang lelaki yang sudah jelas seumur hidupn... More

Bagian 1 - Aku
Bagian 2 - Sebuah Rencana
Bagian 3 - Sebuah Mimpi
Bagian 4 - Terdiam
Bagian 5 - Rumah Makan Padang
Bagian 6 - Begadang
Bagian 7 - Sekolah Damara
Bagian 9 - Jam Gadang
Bagian 10 - Kepergok!
Bagian 11 - Pelukan Pertama
Bagian 12 - Seribu Rumah Gadang
Bagian 13 - Homestay
Bagian 14 - Video Call
Bagian 15 - Seribu Rumah Gadang (2)
Bagian 16 - Puncak Bangun Rejo
Bagian 17 - Puncak Pinang Awan
Bagian 18 - Kebun Teh Liki
Bagian 19 - Lubuak Paraku
Bagian 20 - Berpisah dengan Sumatera Barat
Bagian 21 - MOS
Bagian 22 - Cekcok
Bagian 23 - Rancak Bana!
Bagian 24 - Penolakan
Bagian 25 - Hadiah
Bagian 26 - Hamil?!
Bagian 27 - Melahirkan
Bagian 28 - Hilang
Bagian 29 - Masalah
Bagian 30 - Kejutan atau Trauma?
Bagian 31 - Kalimantan Selatan bersamamu
Bagian 32 - Berantem
Bagian 33 - Bullying
Bagian 34 - Fitnah
Bagian 35 - Merantau
Bagian 36 - Kuliah
Bagian 37 - Sisi Lain
Bagian 38 - Janggal
Bagian 39 - Sedikit Diriku Untukmu
Bagian 40 - Jujur
Bagian 41 - Harta Karun
Bagian 42 - Pulang
Bagian 43 - Mungkin Saja
Bagian 44 - Tempat Pulang
Bagian 45 - Album Foto
Bagian 46 - Khusus Buatmu, Dam.

Bagian 8 - Danau Talang

855 54 2
By lailiazzda

Fun fact Damara adalah seorang wibu

---


"Kamu mau ajak aku kemana, Dam?" tanyaku ke Damara.


"Kamu suka danau?" Damara malah merespon pertanyaanku dengan balik nanya.


"Semuanya aku suka yang penting jalan-jalan."


"Bagus!" Damara memalingkan mukanya ke arahku sebentar, "Aku mau ngajak kamu ke Danau Talang, di Kabupaten Solok." Damara tersenyum dan kembali fokus menyetir.


"Emang kesana gak jauh?"


"Hmm... bentar cek jam dulu." Damara memperhatikan jam di mobilnya yang nunjukin pukul 11 siang.


"Kalo dari sini ke Danau Talang, sekitar 1,5 jam-an lah. Artinya, masih sempet baliknya ke Jam Gadang jadi pas sampe sana udah malem." Damara kembali memfokuskan pandangannya ke depan.


"Oh, gitu... ya udah. Aku ngikut kamu aja." Damara cuman membalas dengan senyumannya.


Suasana mobil kembali hening. Sampai gak berapa lama Damara berkata, "Apa kamu gak kepo sama cewek yang ngaku-ngaku calon pacarku tadi, Nin?" Damara tertawa.


"Ngapain kepo? Dia, kan, katamu cuman ngaku-ngaku dan itu udah jelas dari ucapanmu ke dia tadi," kataku santai.


"Hmm... bener juga." Aku tahu sebenernya Damara pengen ngegibahin cewek tadi, tapi aku males karena aku gak peduli juga.


"Dari pada mikirin yang begitu mending play musik hpku nih! Ku colok, ya!" Aku pun ngehubungin hpku ke radio mobil Damara dan ngeplay lagu 'ONE OK ROCK – Riot!!!' dan respon Damara tercengang.


"WAH KAMU TAU ONE OK ROCK JUGA YA, NIN?" kata Damara heboh.


"Beuh jangan ditanya. Semua lagunya keren-keren!"


"Samaa! Aku juga suka lagu-lagu ONE OK ROCK! Emang kamu suka musik Jepang, ya?"


"Iyaaa! Kamu tau BabyMetal, Scandal Band, 48Family, sama Nogizaka46 gak, Dam?" kataku semangat.


"YA AMPUN WOTA! KITA SAMA!"


"Asiiiiikk!" Kami heboh satu sama lain. Akhirnya aku dan Damara menemukan kaum sesama kami.


"Mantap, Gan! Kalo gitu kita nyanyi lagu Rock dan Metal sampe mampus!" kataku mengangkat jari membentuk lambang metal begitu juga Damara. Kami pun gila-gilaan nyanyi lagu yang bener-bener hampir semuanya masing-masing dari kami tahu dan hafal sampai akhirnya capek sendiri.

~~~

Gara-gara terlalu banyak teriak ricuh sambil nyanyi lagu, suara kami pun sampe serak dan kehausan. Aku lalu nyodorin botol air mineral yang ada di samping kursi ke Damara dan dia mengambilnya.

"Tadi itu seru parah!" kataku masih menggebu selesai minum air.


"Iya, nanti kita konser lagi, ya! Di rumahku ada ruang karaoke!" Damara merespon pun sambil menggebu juga.


"Mantaaap!" akhirnya gak lama kami diam-diaman lagi karna perlu charger energi yang terkuras. Seperti biasa, aku perhatikan setiap jalan yang ku lalui. Banyak kebun teh dan kebun sayur melintang. Aku bersyukur banget bisa diajak ke tempat yang indah seperti ini.


"Nin, mau ngerasain sejuknya udara Solok, gak? Biarku buka sunroof mobilnya. Kamu bisa berdiri dan hirup udara Solok sepuasnya!" Damara langsung membuka sunroof mobilnya.


"Asiiiikk!" Aku lalu cepet-cepet berdiri. Damara pun membuka semua jendela mobilnya dan benar saja, udaranya bener-bener segar dan sejuk. Membuatku kepengen lama-lama berada disini. Hingga akhirnya Damara menghentikan mobilnya.


Aku yang ngira sudah sampai, bergegas keluar dari mobil sebelum Damara membukakan pintu mobilnya untukku. Tapi, yang pertama ku lihat bukannya danau, aku malah melihat banyak rumput dan ilalang. Di sana juga sunyi. Cuman ada aku dan Damara.

"Kalo mau ke tepian Danau Talangnya, kita harus turun jalan kaki. Mobil gak bisa lewat, aku gak bawa motor, kalo pake motor juga terlalu ekstreme jalannya," kata Damara mensejajarkan tubuhnya di sampingku yang sedang merasakan hembusan angin.


"Kalo gitu, ayo jalan kaki sekarang!" kataku semangat.


"Yokk! Tapi harus hati-hati, curam. Sini mana tanganmu," Damara memegang tanganku dan bergegas untuk menuju tepian Danau Talang.


Dari belakang pun Damara kelihatan keren pakai seragam putih abu-abu yang dikeluarkan dengan rambut yang ditiup angin ditambah tangan dan senyuman hangatnya. Gak kelihatan sama sekali bahwa Damara orang yang dingin yang kayak aku lihat di sekolahnya tadi.

Setelah hampir satu jam berjalan dan melewati jalanan terjal, akhirnya, kami pun sampai di Tepian Danau Talang. Disana aku melihat begitu indahnya pemandangan Danau Talang yang bersih. Nampak pula ekosistem di bawahnya karena airnya yang masih jernih tanpa ada sampah. Aku langsung duduk di Tepi Danau Talang.

"Bagus bangettt!" kataku takjub.


"Yakan? Sudah ku duga kamu bakal suka makanya aku bawa ke sini." Damara pun ikut duduk di sampingku, "eh di sana ada perahu! Naik, yuk, Nin!" Damara menunjuk sebuah perahu kayu kecil yang lagi tersandar gak jauh dari tempat duduk kami.


"Ayooo!" Kami bergegas dan melepas sepatu supaya gak basah. Aku naik duluan ke perahu itu. Perahu itu kemudian didorong Damara agar bisa mengapung di danau dan setelah itu Damara pun naik ke perahu dan mulai mendayung perahunya. Perahu terus didayung Damara lumayan jauh dari tepian dan akhirnya berhenti.


"Ini namanya Danau Talang. Danau Talang ini letaknya di Kaki Gunung Talang."


"Kamu suka muncak?" tanyaku.


"Aku pernah muncak dua kali," jawab Damara, "Kamu pasti juga suka gunung." Damara menebak.


"Kenapa kamu tau?" tanyaku lagi.


"Namamu Anindia Rinjani. Rinjani, kan, nama gunung." Aku mengangguk karena baru sadar. Aku lalu nyeritain awal mula Papa dan Mama memberi namaku dan Kak Lisa selalu terselip nama keindahan gunung di Indonesia.


Damara tentunya dengerin ceritaku dengan seksama dan di sana jadi ajang keterbukaan aku dan Damara yang saling bercerita alasan di balik nama kami masing-masing, juga bercerita hal yang gak penting sambil ketawa-ketiwi.

"Kamu mau foto? Sini aku fotoin." Damara mengeluarkan hp di sakunya.


"Mau,"


"Senyum yang manis ya! Satu, dua, tiga!" Aku pun berpose, "coba kamu balik badan lagi, Nin, mumpung anginnya lagi lumayan kencang ni." Aku ngangguk lalu balik badan dan memperhatikan segala keindahan Danau Talang sampai gak sadar aku ngangkat tanganku karna kesenengan.


"Udah, nih. Mau liat?" Damara menyodorkan hasil foto di hpnya.


"Bagus banget, makasih Damar! nanti kirimin, ya!" kataku sambil menggeser-geser layar hp Damara.


"Astaga kita belum tukeran sosmed, lho!" kata Damara.


"Oh, iya, bener juga! Ayo bagi nama akun sosmed kamu, Dam!" kini aku yang ngeluarin hp dari dalam tas dan menyodorkannya ke Damara.


"Biar aku ajaa. Nih," Damara kembali nyodorin hpnya ke aku. Aku lalu mengetikkan sosmedku.


"Nih," Aku mengembalikan hp Damara.


"Okeeh..." Damara lalu langsung ngirimin foto-foto hasil jepretannya tadi ke chat.


"Eh Nin, udah jam 3 nih, balik, yuk?" Damara memperhatikan jam di hpnya.


"Eh, tapi sebelumnya kita harus foto bareng dulu!" kataku lalu membuka kamera depan hpku dan foto berdua dengan Damara.


"Damara Hussein ganteng!" pujiku.


"Ah yang benul?" Damara merespon sambil menggaruk kepalanya.


"Iya beneran coba kamu liat di foto ini. Masa kamu gak sadar, sih?"


"Cepet, ah, kita balik nanti kemaleman banget baru balik ke rumah." Damara langsung membalikkan tubuhnya.


"Ih! Gemes! Kamu salting, ya, aku puji?" Aku menggodanya sambil ketawa.


"Mana ada!" jawab Damara yang mulai mendayung perahu.


"Ih Kak Damar gemez!"


"Udahan woi!" Damara ikutan ketawa. Sampai di tepian, aku masih saja menggodanya. Hingga akhirnya Damara berbalik dan menutup mulutku dengan tangannya.

"Cukup. Gemes banget kayaknya, ya!" kata Damara. Bukannya nepis tangannya dari mulutku, aku malah mencubit pipinya yang tirus itu dan kabur ke atas.

"Anin! Sepatumu dibuang aja apa gimana?" Damara teriak dan aku baru sadar kakiku tanpa alas.


"Ih jangan!" Aku berbalik dan mengambil sepatuku.


"Kotor banget kakimu. Sana, cuci dulu di danau!" Damara masang muka sok jijik.


"Mau ku tempelin kaki kotorku ini ke mukamu yang ganteng dan gemezin itu?" kataku sambil ngangkat kaki.


"Ya ampun masih aja ni anak. Jangan!" Aku menjulurkan lidahku dan ke tepian danau untuk mencuci kakiku. Setelah bersih, aku menunggunya kering karna kalo langsung dipasangi sepatu bakalan mengotori sepatu dan mungkin bakalan bau.


"Ya ampun Maemunah, lama banget..." Damara menghampiriku.


"Hah? Emang temenmu mau ke sini juga?" tanyaku.


"Masih lama ngeringin kakinya?" Damara malah balik nanya ke aku. Aku lalu memasang sepatu.


"Udah."


"Oke. Ayo ke mobil."


"Terus Maemunah gimana, Dam?"


"Gak jadi kesini!" Damara kelihatan sebal. Entah itu gara-gara aku atau Maemunah. Kami kemudian mulai berjalan menuju mobil.

Lima menit sebelum sampai mobil, aku memperlambat jalanku karna ngerasa cukup capek. Damara yang sadar lalu menghentikan jalannya lalu bilang, "Cape, ya? Sini ku gendong aja deh," Damara langsung menurunkan badannya.


"Asikk! lumayan gak capek!" tanpa malu aku langsung memeluk bahunya itu. Damara lalu menggendongku di belakang hingga sampai mobil. Dia membukakan pintu mobil dan menurunkan aku langsung di tempat duduk mobil.


"Sudah sampai tuan putri!" Damara tersenyum.


"Makasih Damar! Jadi enak!" kataku.


"Iyaa... Bentar, ya, aku ke belakang dulu. Kunci aja ini mobilnya tapi pas aku dateng bukain, ya!" Damara menyodorkan kunci mobilnya.


"Kamu mau kemana?"


"Ada lah. Deket aja. Bentaran doang, kok."


"Ya udah. Hati-hati, ya."


"Oke." Damara lalu pergi. Entah ke mana, tapi baru sebentar dia sudah hilang. Cukup lama nunggu, akhirnya Damara balik juga.

"Udah?" tanyaku. Damara menjawab dengan anggukan.


"Deket sini ada warung. Kamu mau?" tanya Damara sambil masang seatbelt-nya.


"Mau!"


"Kamu gapapa makan di warung?"


"Kenapa emang kalo makan di warung?" kataku balik nanya.


"Oke langsung otw warung!"

~~~

Setibanya di warung aku dan Damara memesan menu yang sama. Telur Balado dan perkedel dengan es teh.

"Biasanya temen kelas terutama cewek gak mau loh diajak ke warung kalo jalan-jalan," kata Damara sambil menyantap makanannya.


"Ruginyaa. Padahalkan makanan di warung enak dan murah juga," kataku.


"Nah, iyakan?! Oh, iya, kalo kamu mau nambah bilang, ya, Nin!" kata Damara lagi.


"Iyaa... Segini aja udah kenyang banget, kok, Dam."


"Okee." Kami pun menyelesaikan makan di warung itu dan balik ke mobil dengan waktu yang sudah nunjukin pukul setengah 5 sore.


"Masih sanggup gak ke Jam Gadang?" tanya Damara memastikan keadaanku.


"Jangan ditanya!" kataku semangat. Mendengar itu, Damara langsung tancap gas mempercepat laju mobilnya menuju ke Jam Gadang, Bukittinggi.

Continue Reading

You'll Also Like

173 74 9
Kisah perjalanan hidup Eni Ratuloly sebagai seorang gadis asal Timur yang selalu tegar menghadapi kenyataan bahwa dirinya tidak terlahir sebagai pere...
608K 7.7K 29
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.2M 107K 25
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
3.7K 445 31
Ini tentang hari-hari 'kelam' mencari rumah. Rumah yang tak hanya perihal bangunan. Sebab tidak semua langkah memiliki tempat untuk berpulang bukan...