WEI WEI terus meronta karna merasakan sesak, ia butuh bernafas untuk kelangsungan hidupnya.
Wei Wei menghirup udara sebanyak-banyaknya dengan rakus untuk mengisi paru-parunya walaupun matanya masih terpejam. Wei Wei merasakan tubuhnya terasa sangat sakit dan juga remuk, tengorokannya terasa sakit dan kering. Wei Wei butuh air untuk menghilangkan rasa hausnya namun karna ia merasa sangat lelah, hingga akhirnya ia tetap berada di tempatnya.
Namun tak berselang berapa lama hingga ia sadar, Wei Wei merasakan sesuatu benda yang tebal nan lembut menyelimuti tubuhnya sehingga dapat ia rasakan sebuah kehangatan yang membuatnya semakin merasa nyaman dan semakin terlelap.
Tapi, tunggu!
Wei Wei buru-buru terbangun dengan pemikiran bahwa sanya anak buah tua bangka itu berhasil menyelamatkannya karna sebelum ia kehilangan kesadaran ia melihat cahaya yang terang. Wei Wei menatap seisi ruangan dengan pandangan waspada.
Wei Wei mengernyitkan keningnya saat dirasakan ruangan yang ia tempati begitu terasa femiliar baginya. Ini bukan di rumah mewah tua bangka itu, karna nuangsa ruangan disini terkesan kuno sedangkan rumah tua bangka itu terkesan moderen.
"Apakah tempat kuno ini adalah surga?" Gumam Wei Wei
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, menampilkan beberapa wanita yang berpakaian seragam yang sama namun hanya ada seorang wanita yang nampak berpakaian berbeda.
'Apakah mereka bidadari di kayangan?' Batin Wei Wei
Wanita yang berpakaian berbeda segera menghampirinya dengan raut wajah haru,senang serta lega yang menjadi satu.
"Yang mulia, anda telah sadar?" Tanyanya dengan raut wajah lega serta bersemangat.
'Apa? Yang mulia?' Kerutan samar tercetak di kening Wei Wei
"Syukurlah, termikasih dewa kau telah menyelamatkan permaisuri kami" ucapnya penuh syukur.
Wei Wei menatap wanita berusia pertengahan 30-an itu dengan raut wajah bingung setengah mati, apa maksudnya? Wei Wei jelas tidak mengerti.
"Apa yang kalian tunggu. Segera kabari Yang mulia kaisar bahwa permaisuri telah sadar" perintahnya "dan satu lagi jangan lupa panggil tabib khusus kerajaan, tabib Yeng" lanjutnya lagi.
Wei Wei semakin bingung dan juga merasa pusing tujuh keliling dengan situasi yang ia hadapi kini, Wei Wei jelas tidak mengerti. Kaisar? Tabib kerajaan? Bukan kah ini di surga? Apakah memang surga seperti ini? Segala pertanyaan mulai berkecamuk dalam benaknya hingga kepalanya berasa mau pecah karna pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Tak berselang berapa lama seorang pria tinggi berkulit putih memasuki ruangan dengan wajah datar dan aura kepemimpinan yang mengintimidasi, walaupun ia menampilkan wajah datar namun Wei Wei akui ia sangat tampan terlebih balutan baju kebesaran khas kerajaan yang berwarna merah terang dengan beberapa simbol naga di beberapa bagian yang di jahit benang emas menampah penosanya berkali lipat.
Wei Wei bisa menebaknya dengan mudah bahwa pria tampan itu adalah kaisar. Terbukti dari sikap semua orang yang berada di ruangan yang menunduk memberi hormat.
'Apa aku juga harus mengikuti mereka? Batin Wei Wei bertanya
'Dulu saat aku mengikuti beberapa drama kerajaan, orang yang tidak memberi hormat pada kaisar hukumnya kematian. Memikirkan itu aku bergedik ngeri, lebih baik aku mengikuti mereka dan mencari aman saja' gumamnya dalam hati
Wei Wei ikut menunduk, walaupun posisinya masih duduk di atas peraduan. Mustahil baginya untuk berdiri terlebih kondisinya masih lemah dan Wei Wei jamin kakinya belum mampu mendopong tubuhnya.
"Hormat kami pada yang mulia kaisar, semoga yang mulia panjang umur seribu tahun"
Pria tampan itu mengangguk seraya memerintahkan mereka berdiri dan kembali ke posisi masing-masing. Pria itu melangkah mendekat keperaduan dan kini duduk di tepi peraduan menghadap dengan Wei Wei yang menatapnya bingung.
"Jika kau tidak pandai berenang, mengapa kau melompat ke kolam untuk menolong orang lain padahal dirimu juga hampir saja nyaris mati?" Katanya sarkatis.
'Apa maksudnya aku tidak pandai berenang? Hello kau tidak tau saja berhadapan dengan juara nasional lomba berenang 100 m serta lompat indah dengan ketinggian 10 m di daerahku dulu, bahkan aku masih rutin mengikuti lombah yang berhubungan dengan kolam berenang tersebut.
Dan apa maksudnya menolong orang lain? Padah jelas-jelas aku terjun dari jurang sendirian, tidak ada orang lain disana. Mengapa juga aku ingin menolong orang lain padahal niat awalku memang untuk mengakhiri hidupku' geram Wei Wei dalam hati
'Ini sangat membingunkan! Dimana aku sebenarnya? Apakah aku memainkan sebuah drama kolosan?' tanyanya pada diri sendiri dalam hatinya
"Kau tau kami panik saat mendengar kabar kau hampir membeku dikolam?" Tanyanya
Pertanyaannya menyentak Wei Wei dari lamunan, secara refleks Wei Wei jelas mengeleng karna memang tidak tau dengan situasi disini. Heii jangan berpikir Wei Wei bodoh! Wei Wei adalah siswa terpintar di sekolahnya dulu dengan IQ 180, bukannya menyombongkan diri karna memang begitulah kenyataannya.
Menghadapi situasi seperti ini jelas Wei Wei sangat bingung dan juga sangat-sangat tidak mengerti.
"Ck, kau bodoh atau idiot? Ini akhir musim gugur, suhu air kolom di istana jelas sangat dingin terlebih sebentar lagi musim dingin datang" jelasnya ketus
'Kau pikir aku tidak tau!' Gerutu Wei Wei dalam hati
"Ku peringatkan kau untuk terakhir kalinya permaisuri, jangan berbuat ulah karna kau sangat menyusahkan" katanya dengan nada mengancam tersirat penuh amarah.
'Dasar pria sinting! Apa-apaan sikapnya barusan? Datang-datang langsung bicara ketus dan marah-marah tidak jelas' Geram Wei Wei berapi-api dalam hati
'Aku menyesal mengatai ia tampan, ia tidaklah lebih dari pria dingin nan kejam bagiku' Gerutunya lagi namun masih di dalam hatinya karna jelas Wei Wei tidak berani mengatakannya langsung, mengingat betapa sadisnya hukuman-hukuman jaman kerajaan dahulu yang membuatnya merinding ketakutan.
'Ibu... Ayah..., sebenarnya Wei Wei ada dimana?' Gumamnya pilu
.
.
.
.
.
Seorang pria yang juga tak kalah tampan memasuki ruangan, ia memberi hormat kepada pria menyebalkan itu serta meminta izin untuk memeriksa Wei Wei. Bagi Wei Wei pria itu terlalu muda dan tampan untuk menjadi seorang tabib, hal yang jelas di luar pemikirannya. Wei Wei pikir tabib khusus kerajaan adalah orang yang berumur paruh baya seperti banyaknya film dan drama kerajaan yang pernah ia nonton, tapi melihat pria tersebut membuatnya yakin ia adalah orang yang cerdas karna menjadi tabib khusus keluarga kerajaan adalah hal yang tidak main-main.
Tabib khusus keluarga kerajaan itu memeriksa kondisi Wei Wei yang agak hangat efek demam, tabib itu memeriksa denyut nadinya dengan beralaskan kain sutra.
Menurut film atau drama klosan yang pernah Wei Wei nonton, hal itu dilakukan agar tabib tak melakukan kontak fisik dalam artian menyentuh kulit junjunganya terlebih saat ini posisinya adalah seorang permaisuri dimana hanya kaisar lah yang mampu menyentuhnya sepenuhnya. Memikirkan itu membuat semua bulu kudu Wei Wei meremang.
"Yang mulia, anda terkena demam dan juga flu, ini mungkin terjadi karna suhu air kolam renang yang sangat dingin. Hamba anjurkan agar anda istirahat total dan kurangi banyak pikiran, karna selain demam dan flu anda juga mengalami stress berat" kata tabib kerajaan yang menyentak Wei Wei dari lamunan.
"Stress?" Beonya
"Yah, yang mulia. Anda terlalu banyak pikiran dan hal itu tidaklah baik untuk kesehatan anda" jelasnya
"Apakah yang mulia ada keluhan lain?" Tanyanya
Wei Wei menggeleng.
"Kalau begitu hamba pa--"
"Tunggu dulu!" Potong Wei Wei sebelum tabib khusus keluarga kerajaan itu pergi.
"Ada apa, yang mulia?" Tanyanya bingun.
"Aku ingin menanyakan sesuatu" katanya "sebenarnya aku ada dimana?" Lanjut Wei Wei yang sontak membuat semua orang terkejut.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC