Astaga, gak nyangka aku cerita ini masuk 10 besar rank TeenFic. Sekarang mejeng di rank#9 >o< Ah, kalian luar biasaXD
Terimakasih buat yang udah dukung dan suport cerita ini:* sebagai hadiah, teteh update lahi hari ini:* dukung terus anak-anak Teteh ya gengs:*
Ah, soal lapak baru itu. Itu nanti, sesudah cerita ini kelar. Jadi nyeritain kehidupan mereka setelah ini. Lagi pula belum jelas juga mereka ship sama siapa. Siapa tahu nanti teteh rubah Amora pasangan Budi :v
Jadi nikmatin aja ceritanya ya:*
**
TIMING Yang memang pas, atau takdir tidak memihak kepadanya. Tidak sengaja bertemu dengan anak Osis di depan kelas membuat Amora harus bisa menelan pahitnya pulang ke rumah setelah membantu Dinda membersihkan kelas. Cewek itu entah kenapa langsung pergi meninggalkannya.
"Mau pulang?" Adam bertanya dengan nada biasa saja.
Amora mendengkus, sepertinya cowok angkuh itu lupa jika dirinya masih marah kepada Adam dengan apa yang terjadi di kantin tadi siang. Membuat Amora kehilangan selera makan dan harus merasa kelaparan di kelas.
"Bukan urusan lo!"
Amora membalas dengan nada tidak acuh, beranjak hendak segera pergi.
"Mau ke mana?" Adam menarik pergelangan tangan Amora.
Para Osis yang ada dengan Adam hanya bisa diam dengan helaan napas kesal. Tidak semua, yang melakukan itu hanya Sasa dan Rini yang berdiri di belakang Adam.
"Adam, yuk masuk. Rapat Osis sebentar lagi di mulai." Sasa mengingatkan dengan delikkan sebal ke arah Amora.
Adam menoleh sebentar lalu mengangguk "Ikut gue rapat."
Amora membelalak "Apa!?"
"Ikut gue rapat Osis sebentar, nanti pulang bareng." lanjut Adam.
Amora berdecih "Gak perlu! Gue gak mau balik sama lo, lagi pula Kenan udah nungguin gue."
Amora yang hendak pergi kembali di tahan oleh Adam.
"Gak boleh, lo pulang sama gue."
"Gue gak mau!"
"Mor, jangan bikin gue kesel." ingat Adam.
Amora menautkan alisnya "Siapa yang bikin lo kesel? Gak kebalik tuh? Lo yang bikin gue kesel."
Juna yang melihat paksaan Adam mulai terusik, maju ingin melerai keduanya. Sayang Sasa yang sigap langsung menarik Juna, menatap Juna tajam untuk mengingatkan cowok itu diam di tempatnya. Dan Juna hanya bisa mendesah, pasrah ketika Sasa melakukan itu.
"Justru itu, tungguin gue dulu sebentar. Bisa, ya?" tanya Adam, suaranya sedikit melembut.
Amora diam, lalu menggeleng "Gak! Kenan udah nungguin gue di luar."
Helaan napas berat keluar dari mulut Adam, menoleh ke arah Juna dan yang lainnya.
"Kalian masuk duluan, nanti gue nyusul." perintahnya.
Juna menghela napas, menatap Amora dengan ekspresi tidak terbaca. Sasa yang tak jauh dari Juna langsung menarik lengan cowok itu, di ikuti Rini dan Keyla di belakangnya.
"Ayo." ajak Adam.
Satu alis Amora terangkat "Ke mana?"
Adam mendesah lelah "Katanya Kenan nungguin lo di luar. Nah, gue anter ke sana."
Amora tidak tahu apa yang ada di pikiran Adam, tapi ia merasa Adam cukup aneh, bahkan sangat aneh. Untuk apa cowok itu mengantarnya keluar? Ah, untuk apa Amora memikirkan itu. Ia seharusnya bersyukur jika kali ini Adam melepaskannya.
"Kenapa diem di situ? Cepetan."
Amora mengerjap, mendelik sebal ke arah Adam. Baru saja ia sedikit memuji sikap aneh cowok angkuh ini, sekarang sikap menyebalkannya sudah kembali.
Cowok itu beranjak, berjalan lebih dulu dengan Amora yang mengekorinya dari belakang. Tidak ada yang membuka suara di antara mereka sepanjang perjalan. Adam terlihat fokus dengan langkahnya, sementara Amora sibuk dengan pikirannya.
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke parkiran. Adam langsung berjalan ketika matanya menangkap seorang cowok absurd tengah duduk di atas motor sembari bercermin di kaca spion.
"Ken." tegur Adam.
Kenan yang asyik mengusap bibirnya mendongkak, mendapati Adam yang sudah berdiri di depannya.
"Loh? Ngapain lo di sini? Gue mau nganterin Amora, jangan ikut nebeng." cerocos Kenan, tidak terima.
Jelas saja tidak terima jika motor kesayangannya di naikki tiga orang. Mengangkut beban tubuh Amora saja sudah lebih dari cukup.
Adam mengerling malas "Buat apa gue naik motor lo."
Kenan melotot "Lah? Lo gak tahu, motor gue itu spesial."
"Gue gak peduli, sana lo balik duluan. Amora balik bareng gue." ujar Adam.
Satu alis Kenan terangkat, menatap Amora yang tengah berdiri di belakang Adam dengan gelengan kencang.
Kenan yang paham langsung mengangguk mengerti "Sorry Dam, gue gak bisa biarin Amora telat. Barusan Ayah telepon, suruh cepat pulang." elaknya.
Amora tahu jika yang Kenan katakan bohong, dan ia merutuki kebodohan alasan cowok absurd itu. Mana mungkin Adam percaya, daripada itu, Amora kesal dengan sikap Kenan yang seakan menganggap Adam teman semenjak pemberian uang bensin tempo hari. Padahal, Kenan dulu sangat benci dengan anak Osis.
"Yaudah, lo anter dia balik kalo gitu."
Tanpa di duga, Adam langsung percaya dengan bualan Kenan. Kenan tersenyum bangga, sementara Amora menganga tidak percaya.
Adam membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah Amora.
"Hati-hati pulangnya, kalo udah sampe kabarin gue." ucapnya, mengusap pucuk rambut Amora.
Amora tidak bergerak, atau menepis apa yang baru saja Adam lakukan. Bahkan ketika punggung Adam sudah mulai menjauh, Amora baru sadar ketika Kenan memanggilnya.
Ada apa dengan gue? Kenapa rasanya berdebar gini? Amora membatin.
**
Dinda memaki-maki kebodohannya sendiri, dengan napas yang tidak beraturan. Cewek itu berlari kembali memasukki sekolah dengan langkah terburu-buru. Dinda melupakan ponselnya yang tersimpan di kolong meja. Setelah berhasil mendapatkan sandi Wifi, Dinda buru-buru masuk ke dalam kelas dan menyimpan ponselnya di sana.
"Untung gak ada yang ngambil." desah Dinda, lega. Mengusap dadanya dengan napas yang mulai teratur.
Senyumnya mengembang ketika melihat layar ponsel yang ber Walpaper Oppa yang sangat di idolakannya itu terpajang di sana.
"Maafin aku Oppa, aku lupa gak bawa kamu pulang." gumam Dinda, mengelus wajah pria tampan di layar ponsel.
Dinda tersenyum, memasukkan ponselnya ke dalam saku rok sekolah yang belum sempat ia ganti. Beranjak keluar dari kelas yang sudah sangat sepi.
Bruk!
"Akh!"
Dinda memekik ketika tubuhnya ambruk di atas lantai akibat menabrak sesuatu.
"Sakit."
"Lo gak apa-apa?" tanya seseorang.
Dinda meringis, mengusap sikutnya yang terasa perih akibat terbentur lantai cukup keras.
"Sorry, gue gak lihat lo barusan." lanjutnya.
Dinda masih mendesah ketika melihat sikutnya sedikit terluka. Cewek itu menggeleng, lalu mendongkak.
"Gue gak apa-apa...." ringisan di wajah Dinda perlahan terhenti, di ganti dengan ekapresi kaget.
"Maaf, luka ya?" lirihnya.
"Ah? Eng..gak apa-apa." balas Dinda, gelagapan.
Cowok itu melihat luka kecil di sikut Dinda "Tuh kan luka, gue obatin ya."
Ketika cowok itu hendak meraih tangan Dinda, cewek itu langsung menghindar dengan ekspresi takut.
"Ga..gak, gak usah. Ini cuma luka kecil," jawabnya.
"Tapi..."
"Udah lah Juna, ngapain sih kamu mikirin dia. Dia bilang gak apa-apa, ayok ah, anter aku pulang!" seru cewek di sampingnya.
Dinda melihat Juna dan Sasa secara bergantian, lalu buru-buru pergi meninggalkan dua orang itu. Juna sendiri hanya bisa menautkan alisnya melihat kepergian Dinda, ada rasa aneh setiap kali melihat ekspresi ketakutan di wajah cewek itu.
Juna menggelengkan kepalanya, melangkah kembali ketika satu tangannya di tarik oleh Sasa.
Mungkin cuma perasaan gue,
TBC!
Aish, Amora awas kamu suka Adam:v
Adam lemah kalo udah soal urusan Ayah:v
Dinda takut tiap deket sama Juna:v
Sasa masih terus monopoli Juna buat dirinya:v
Siapa pasangan favorit kalian?
#selamatmalamminggu
#yangjomblojangannangis
#musimhujan
VOTE KOMENTAR DAN SHARE
Sangkyu:*