AMORA melemparkan tubuhnya keatas kasur, matanya menerwang langit-langit kamarnya. Bayangan Adam mulai berirama di sekitar indranya, rasa hangat yang menempel untuk pertama kalinya di bibir Amora membuat cewek itu sepertu kehilangan separuh nyawanya.
"Sialan! Itu first kiss gue," pekik Amora, menggelegar.
Amora diam, menyentuh bibirnya sendiri. Ketika bayangan Adam berkelebat, Amora membelalak dan langsung mengusap bibirnya dengan punggung tangan.
"Sial sial sial! Najis najis najis!" teriak Amora. Mengapa ciuman pertamanya harus jatuh kepada cowok sinting juga menyebalkan itu.
"Amora,"
Mendadak suara Bundanya membuat tubuh Amora kaku. Cewek itu meringis, membalikan tubuhnya mendapati wanita yang paling ia takuti di dunia ini tengah berdiri di ambang pintu dengan kerutan di dahinya.
"Bunda." Amora cengengesan.
Kerutan di dahi Bunda semakin dalam "Kamu kenapa?" tanyanya lagi.
Wanita itu mendekati Amora yang kini meringis, merutuki kebodohannya sendiri di atas tempat tidur. Pasti Bundanya berpikir bahwa anak perempuan satu-satunya ini tidak beres.
"Apa-apaan ini! Kenapa wajah kamu memar gini?" teriak Bunda.
Amora membelalak, aish! Amora lupa bahwa bundanya belum melihat kondisi wajahnya semenjak insiden pemukulan yang terpaksa Amora lakukan itu.
"Kamu berantem lagi, hah? Sama siapa? Jawab Bunda." cecar Bunda.
Amora gelagapan, sial! Semuanya gara-gara Adam, semua masalah yang datang semuanya berasal dari ketua Osis gila itu.
"Anu... ini, Amora jatuh." elaknya.
"Jatuh sampai muka memar? Kamu pikir bisa bodohin Bunda. Setiap hari mukulin samsak dengan entengnya kamu bilang memar di wajah kamu karena jatuh? Sekalipun muka kamu jatuh di atas aspal, lukanya gak memar kayak gini."
Amora meringis, cewek itu menghela napas dan mulai memasang telinganya. Karena setelahnya Bunda ceramah panjang lebar, melarangnya untuk ini dan itu. Memotong uang jajanya sesuai kesepakatan yang sudah di buat jika Amora mengingkari janjinya untuk kembali berkelahi.
Amora mendesah pasrah, ceramahan yang hanya beberapa menit itu berhasil membuat kepalanya berdenyut nyeri. Lagi-lagi bayangan Adam yang melintas di pikiraannya.
"Argh! Kenapa setan itu muncul terus sih," pekik Amora, melambaikan tangannya di atas kepala. Berharap bayangan Adam dan kejadian barusan hilang dari pikirannya.
Drrtt!
Ponselnya bergetar di atas tempat tidur, dengan gerakan malas Amora meraih ponselnya. Dahinya berkerut melihat sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal.
Senengkan, sekarang udah terkenal? Mau lagi?
Hah?
Kedua alis Amora salung bertautan, apa maksudnya pesan ini. Senang? Terkenal? Mau lagi? Amora sama sekali tidak paham dengan isi pesan asing itu.
Siapa lo? Tiba-tiba kirim pesan gak jelas, dasar makhluk astral.
Amora menggeram, mengapa semua orang membuatnya kesal hari ini.
Tidak lama getaran di ponsel Amora mulai terdengar lagi. Amora segera membuka pesan masuk itu, bukan pesan lagi. Melainkan foto yang di kirim orang tidak di kenal berhasil membuat Amora ingin segera membantingkan ponselnya.
Roti lo ketinggalan, kasihan dia manggil-manggil minta di makan sama lo.
Amora tahu siapa pelakunya, ia tahu orang asing dengan nomor yang tidak ia kenal itu. Siapa lagi jika bukan si iblis Adam, kurang ajar!
**
Sementara Adam yang kini terkekeh geli melihat ponselnya. Sepertinya apa yang ia lakukan berhasil memancing kemarahan cewek idiot itu. Karena setelah mengirim sebuah foto, pesan selanjutnya yang ia terima adalah makian.
"Lo kesambet apaan? Dari tadi senyum terus Dam." tanya Ardi heran, hari ini Adam tidak di rumah Juna ataupun rumahnya. Adam membeli sebuah apartemen sederhana untuk tempat tinggalnya sendiri.
Adam menoleh sebentar "Gak apa, mau kemana lo?"
Ardi sudah terlihat rapi dengan jeans dark blue dan jaket berwarna merah.
"Ke anak-anak motor! Bosen gue ngerem terus,"
Adam manggut-manggut "Hati-hati lo."
Ardi mengangkat bahu, lalu keluar dari apartemen Adam. Kondisi Ardi sama dengan Adam, mereka adalah salah satu dari banyaknya orang yang menjadi korban broken home. Bedanya Ayah Ardi bekerja di bidang politik, sementara Ibunya sudah meninggal lima tahun yang lalu karena penyakit kanker yang di deritanya.
Adam mengela napas, kedua tangannya dibarkan menjadi sebuah bantalan kepalanya. Cowok itu menatap langit-langit kamarnya, pikirannya kembali memerwang kedalam kejadian tadi siang. Adam mendesah mengingat apa yang sudah ia lakukan kepada cewek idiot itu.
Adam sendiri tidak mengerti, mengapa ia tiba-tiba gemas dengan semua kalimat yang keluar dari mulut Amora. Saking kesalnya, Adam membungkam mulut Amora dengan bibirnya sendiri. Meski hanya dua bibir yang menempel, tetap saja membuat Adam shock.
Seulas senyum terukir ketika Adam membayangkan kembali ekpresi terkejut Amora.
Lucu..
Adam mengerjap, apa tadi? Lucu? Sejak kapan cewek idiot bin bar-bar itu lucu? Adam menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia butuh refreshing agar pikirannya kembali jernih.
Drrtt!
Adam menoleh, melihat layar ponselnya yang berkelap-kelip di atas tempat tidur. Cowok itu mendesah ketika mendapati nama cewek di layar ponsel.
Call - Sasa
Adam malas, ia tidak habis pikir mengapa Sasa selalu saja menghubunginya. Apa cewek itu benar-benar gila? Sudah membuat temannya patah hati lalu beralih mengejarnya. Adam akui jika Sasa memang cantik dengan tubuh indah yang menjadi type para cowok. Tapi bagi Adam, Sasa tidak ada bedanya dengan cewek murahan.
Deringan ponsel Adam kembali terdengar, masih nama yang sama. Adam menggeram, Sasa benar-benar mengganggunya.
"Ada apa?" tanya Adam tanpa basa-basi.
"Kamu sibuk, Dam?"
Adam memutarkan kedua bola matanya jengah, suara lembut yang di buat-buat itu membuatnya kesal.
"Hm."
Helaan napas terdengar disana "Yah, padahal aku mau ajak kamu ke party temen aku."
"Sorry."
Hanya itu yang Adam katakan untuk membalas ucapan Sasa. Karena setelah itu Adam langsung menutup teleponnya, memutuskan secara sepihak.
Drrttt!
Adam menggeram, mau apalagi cewek itu. Dengan cepat Adam kembali mengambil ponselnya. Tapi bukan nama Sasa yang terlihat disana, melainkan sebuah pesan dari Amora.
Lagi, pesan yang Amora kirimkan berhasil membuat cowok angkuh seperti Adam tersenyum geli.
Kurang ajar! Lo gak ada kerjaan lain selain bikin gue kesel? Gak di ponsel gak di dunia nyata, ngusik gue terus lo. Berhenti buat gue kesel, gara-gara lo nama baik gue tercemar.
Adam terkekeh, tangannya sibuk mengetik sesuatu di atas ponsel. Tidak memerlukan waktu lama, Adam langsung membalas pesan Amora. Kenapa rasanya begitu menyenangkan meski balasan yang ia dapatkan berupa pesan umpatan.
Kenapa marah? Harusnya lo bersyukur di cium cowok ganteng.
Sepertinya Amora sendiri sedang tidak ada pekerjaan karena pesan yang baru saja ia kirim sudah mendapatkan balasan.
NAJIS!
Pesan singat itu berhasil membuat Adam terbahak-bahak. Adam membayangkan bagaimana kesalnya ekpresi Amora saat ini.
"Manis." gumamnya tanpa sadar.
--
TBC!
Anjaaaaayy, Adam kok jadi gemesin gini wakakakakak!
KOMENTAR SEDIKIT AKU TERPAKSA GANTUNG CERITA SATUNYA LHO *ketawajahat*
Udah dua part! Tinggal satu lagi yaa:*
KOMENTAR YANG BANYAK! VOTE JUGA JANGAN LUPA:*
Sangkyu:*