Best Part

By mariaulfa17

1.3M 86.4K 5K

You're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #2... More

Prolog
Part 1 : Introduce
Part 2 : Chat
Part 3 : Canteen
Part 4 : The Same Thing
Part 5 : Cousin
Part 6 : Party
Part 7 : Liar
Part 8 : Mood Booster
Part 9 : Satnight
Part 10 : Accidentally
Part 11 : Little Things
Part 12 : Naufal's Girlfriend?
Part 13 : Another Girl
Part 14 : Break Up
Part 15 : Trying
Part 16 : Give Up
Part 17 : Voice Call
Part 18 : Jealous?
Part 19 : Dinner
Part 20 : Hurt
Part 21 : Drunk
Part 22 : Over Again?
Part 23 : Tell Everything
Part 24 : Just A Friend
Part 25 : Fighting
Part 26 : Something Happen
Part 27 : Problem
Part 28 : With You
Part 29 : The Reason
Part 30 : The Other Side
Part 31 : Give Some Help
Part 32 : Take Care of Her
Part 33 : The Feeling
Part 34 : Back to School
Part 35 : Feel Worried
Part 36 : Realized
Part 37 : Somebody Else
Part 38 : Unexpected
Part 39 : Never Felt Like This
Part 40 : Regret
Part 41 : Changed
Part 42 : Let It Be
Epilog

Part 43 : Should I?

17.8K 1.2K 115
By mariaulfa17

Mobil berwarna merah milik Gio telah sampai di salah satu tempat makan yang berada di jalan R.E. Martadinata. Setelah mematikan mesin mobilnya, Gio mengajak Adella untuk turun dari kendaraan beroda empat tersebut.

Begitu keduanya telah mendapatkan tempat duduk, salah satu pelayan langsung menghampiri ke meja mereka dengan memberikan daftar menu. Tak lama dari itu, pelayan tersebut pergi seakan memberikan waktu bagi keduanya untuk melihat dulu daftar menunya.

"Lo mau makan apa, Del?" tanya Gio.

Adella menyimpan daftar menunya, lalu ia membalas ucapan Gio, "Green tea latte aja."

"Kenapa pesen minum aja?"

"Gak apa-apa, lagi males makan aja."

"Kapan gemuknya kalo makan aja males?" Gio tertawa pelan, lalu ia kembali berkata, "Makan ya, Del? Dikit aja."

Adella mendengus pelan seraya berkata, "Yaudah makanannya samain aja kaya punya lo."

"Nah, gitu dong."

Ketika keduanya sudah tahu mengenai menu apa yang akan dipesan, Gio berinisiatif untuk memanggil salah satu pelayan yang kebetulan lewat di hadapan mereka. Pelayan tersebut pun langsung menghampiri meja mereka. Setelah menyebutkan pesanan untuk masing-masing, pelayan itu pergi dengan membawa kembali daftar menunya.

Sembari menunggu pesanan datang, Adella langsung saja bertanya mengenai maksud dan tujuan Gio yang telah mengajaknya kesini, "Jadi lo mau ngomong apa?"

Gio berdeham sebelum mengeluarkan suaranya. "Gue masih sayang sama lo, Del. Gue pengen balikan sama lo."

Adella sudah tidak terkejut lagi dengan ucapan Gio barusan, pasalnya gadis itu sudah menduga bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Gio hingga memaksa dirinya untuk menerima ajakan laki-laki itu. Lagipula, Adella pun sudah paham mengenai tipikal mantan yang akan kembali sekedar untuk menyesali perbuatannya di masa lalu dan mengajak balikan.

"Maaf, Gio. Tapi, gue gak bisa."

"Kenapa? Apa udah ada cowo lain yang bisa bikin lo move on dari gue?"

Adella hanya menganggukkan kepalanya.

"Siapa?" Rasa penasaran dalam diri Gio semakin menjadi-jadi kala Adella mengatakan dirinya sudah menyukai laki-laki lain.

"Naufal," jawab Adella. "Naufal Baskara."

Gio tampak sedikit terkejut setelah mendengar nama laki-laki yang berhasil mencuri hati Adella. "Lo pasti bercanda."

"Nggak, gue gak lagi bercanda."

Gio tersenyum miring. "Lo tau kan kalo dia itu playboy? Terus apa sih yang bikin lo suka sama dia?"

"Iya, gue tau. Tapi, dia sekarang udah nggak gitu." Pertanyaan kedua dari mulut Gio membuat pikirannya kembali teringat dengan semua yang telah dilakukan oleh Naufal hingga mampu membuat dirinya jatuh cinta pada laki-laki mantan playboy itu. "Dia udah banyak berjuang buat gue. Dia juga selalu bisa bikin gue seneng. Wajar bukan kalo gue suka sama dia?"

"Tapi kenapa? Kenapa di saat gue mau balikan sama lo, lo justru udah suka sama cowo lain?"

Nada bicara Gio menjadi lebih tinggi dari sebelumnya, bahkan terdengar sedikit menyentak di telinga Adella. Adella yang diperlakukan seperti itu merasa tak terima dan menjadi terpancing emosi.

"Dulu lo kemana aja? Tiba-tiba gak ada kabar dan jadian sama cewe lain. Lo bahkan gak sempet bilang putus sama gue. Terus di saat gue galau dan mengharapkan lo buat ngajak balikan, apa lo dulu ada? Apa lo ngelakuin itu? Nggak kan?" Adella menghela napasnya, berusaha meredakan amarahnya sesaat. "Sekarang giliran gue udah bisa nemu cowo lain yang bisa bikin gue jatuh cinta, lo dengan gampangnya ngajak balikan. Tapi sorry, gue gak bodoh. Gue gak mungkin lebih milih lo daripada Naufal. Karena gue tau jelas siapa yang lebih pantes untuk gue pilih."

"Kenapa sih lo selalu bahas masalah itu?" Gio mendengus dengan kasar, sedikit kesal karena Adella selalu membahas masalah itu. "Gue kan udah minta maaf. Lagian kejadiannya juga udah lama. Itu cuma kebodohan gue di masa lalu, gak perlu lo ungkit-ungkit lagi."

"Gue selalu bahas masalah itu karena emang semua salah lo. Kalo lo dulu gak ngelakuin itu, mungkin kita gak akan putus dan gue juga gak akan move on sama Naufal."  

"Iya, gue tau kalo gue yang salah," jawab Gio dengan pasrah. "Justru gue ngajak balikan itu karena gue pengen memperbaiki apa yang jadi kesalahan gue di masa lalu, Del."

"Tapi, lo harus tau kalo perasaan seseorang itu bisa berubah seiring berjalannya waktu. Dan itu berlaku sama gue." Adella menghembuskan napasnya pelan. "Gue udah suka sama cowo lain, Gio."

"Okay, gue ngerti sekarang." Gio menatap Adella. "Gue juga gak seharusnya maksa supaya lo mau balikan sama gue."

"Maaf, Gio," ucap Adella dengan wajah sedikit memelas, bagaimanapun perasaan bersalah itu tetap ada.

"Gak apa-apa, lo gak salah."

"Tapi lo tenang aja, gue yakin cepat atau lambat, pasti akan ada cewe yang lebih baik dari gue." Adella menyunggingkan senyumnya. "Buat lo," lanjutnya.

Gio hanya mengangguk pelan sembari tersenyum simpul. "Naufal beruntung bisa dapetin lo."

Mendengar nama Naufal, pikirannya menjadi teringat akan hubungan yang sedang tidak baik di antara dirinya dengan Naufal. Seketika perasaannya menjadi sedih dan tidak karuan. Rasa bersalah lagi-lagi menghantui pikirannya.

"Del, kenapa?"

Suara milik Gio menyadarkan Adella dari lamunannya.

Adella menggeleng sambil tersenyum tipis. "Gak apa-apa kok."

"Gue tau lo bohong." Gio tertawa pelan. "Jadi kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Kenapa lo jadi diem pas gue sebut nama Naufal?"

"Dia salah paham pas tau gue pergi sama lo." Adella menundukkan kepalanya. "Pergi yang kemarin itu," jelas gadis itu.

Gio yang merasa belum jelas dengan inti permasalahannya langsung bertanya lagi, "Dia salah pahamnya gimana?"

"Jadi kemarin itu, dia juga ngajak gue pergi. Lo juga ngajak di hari yang sama. Karena gue masih kepo sama alesan lo yang gak sempet bilang putus sama gue itu, alhasil gue lebih pilih pergi sama lo." Adella menghela napasnya sebelum melanjutkan ceritanya. "Pas lo jemput ke rumah gue, kayanya dia ada di belakang mobil lo atau gue kurang tau persisnya dimana, yang jelas dia tau kalo gue pergi sama cowo lain. Dan yang bikin dia kecewa banget karena hari itu dia udah nyiapin semuanya buat nembak gue. Tapi, gue dengan gampangnya malah batalin gitu aja."

"Kayanya kehadiran gue ini bener-bener di waktu yang salah, ya? Gue hadir cuma bikin masalah di hidup lo jadi makin banyak." Gio menundukkan kepalanya, merasa bersalah karena dirinya bagaikan penghalang bagi Adella untuk bahagia dengan laki-laki yang disukainya.

"Yaudah lah, Yo. Semua udah kejadian, gak akan bisa balik lagi juga." Adella menyunggingkan senyumnya. "Sekarang gue tinggal nunggu waktu aja, Naufal balik lagi atau pergi cari yang lain."

"Gue yakin, Naufal pasti pilih opsi pertama."

"Kenapa lo bisa seyakin itu?"

"Karena Naufal gak mungkin ngelakuin hal bodoh kaya gue," balas Gio. "Tapi kalau dia ngelakuin itu, gue yang bakal rebut posisi dia dari hati lo," lanjutnya sambil tertawa cekikikan.

"Semoga aja."

"Semoga apa? Semoga Naufal ngelakuin hal bodoh dan gue yang rebut posisi dia dari hati lo?"

Adella memutar kedua bola matanya. "Ya ngga lah, gila aja!"

"Yah kirain." Gio memajukan bibirnya pertanda bahwa ia kecewa. "Tapi ngomong-ngomong, gue kangen loh bisa ngobrol kaya gini sama lo."

"Gue emang ngangenin." Adella menjulurkan lidahnya.

"Iya, lo emang ngangenin." Gio mengusap-usap puncak kepala Adella dengan lembut. "Walaupun gue gak bisa jadi pacar lo, please biarin gue jadi temen atau sahabat lo ya, Del? Biar gue bisa ada di sekitar lo terus."

Adella mengangguk mantap. "Gue gak nyangka seorang Gio bisa bersikap sedewasa ini."

"Itu karena gue udah 19 tahun," jawab laki-laki itu dengan membanggakan dirinya sendiri.

"Iya juga sih."

Adella pun tertawa, sama halnya dengan Gio. Kini suasana yang terjadi di antara keduanya sudah lebih baik dari sebelumnya. Sudah tidak ada lagi amarah yang dilontarkan satu sama lain. Semua itu sudah digantikan dengan canda dan tawa. Terlihat dari keduanya yang sudah bisa bercanda satu sama lain.

"Maafin gue ya, Del," ujar Gio setelah tawa keduanya terhenti.

"Udah gak usah minta maaf terus, gue bukan tuhan," sahut gadis itu yang disambut oleh tawa dari Gio.

Tawa Gio harus terhenti saat sang pelayan menghampiri tempat duduk mereka dengan membawa makanan dan minuman yang sudah dipesan oleh keduanya. Setelah pelayan tersebut pergi dari hadapan keduanya, Gio dan Adella pun segera mencicipi makanan masing-masing.

**

Laki-laki itu telah sampai di depan rumah mewah milik seseorang yang sangat ingin ditemuinya malam ini. Ia sudah menekan bel rumah sebanyak tiga kali. Namun, pintu menjulang tinggi berwarna putih itu belum juga terbuka. Dengan sabar, ia memencet belnya sekali lagi. Berharap bahwa kali ini akan ada seseorang dari dalam rumah yang membukakan pintu. Kali ini harapannya terkabul karena suara decitan pintu yang sedang dibuka terdengar nyaring di telinganya. Seorang laki-laki yang diyakini bernama Naufal, kini tengah berdiri di hadapannya.

Naufal berdeham seraya berkata, "Nyari siapa?"

"Nyari lo."

Naufal mengernyitkan dahinya pertanda bingung. Ia berusaha mengingat siapa sosok laki-laki ini hingga berani datang ke rumahnya. Naufal pun menatap laki-laki yang berada di hadapannya dari rambut hingga ke ujung kaki. Hingga akhirnya, ia berhasil mengingat sesuatu. Laki-laki ini merupakan sosok yang tadi siang sedang bersama Adella di depan gerbang sekolah.

"Lo siapa? Lo mau apa nyari gue?" tanya Naufal. "Karena gue gak ngerasa punya masalah sama lo."

Naufal sengaja bertingkah seolah-olah dirinya tidak mengenal siapa laki-laki ini. Walaupun memang kenyataannya Naufal tidak kenal, Naufal hanya pernah melihat. Itu pun hanya satu kali.

Laki-laki itu mengulurkan tangannya. "Kenalin, nama gue Gio."

Mau tak mau, Naufal pun membalas uluran tangan tersebut. "Naufal." Begitu uluran tangan keduanya terlepas, Naufal kembali berbicara. "Lo ngerasa ada masalah apa sama gue?"

"Gue gak punya masalah sama lo. Gue cuma mau nanya aja, lo kenal Adel kan? Adella Callista?"

"Kenal, kenapa?"

"Gue tau lo suka sama dia. Gak perlu tanya gue tau dari mana karena udah bukan rahasia lagi kalo seorang Naufal Baskara bisa berubah untuk gak jadi playboy lagi cuma gara-gara suka sama satu cewe," ucap Gio panjang lebar. "Sekarang, lo cukup dengerin kata-kata gue. Kalo lo bener suka sama Adel, kejar sebelum semuanya terlambat. Kalo ada masalah, omongin baik-baik. Bukannya malah ngejauhin dan cari yang lain."

"Maksud lo apaan sih?"

Gio tersenyum miring. "Gue juga tau lo gak bego, lo pasti ngerti maksud gue itu apa."

Naufal menaikkan sebelah alisnya, lalu ia membalas ucapan Gio, "Iya, tapi kenapa? Kenapa lo malah bantu gue? Bukannya lo juga suka sama dia?"

"Gue udah maju lebih dulu daripada lo. Gue udah nembak Adel, tapi dia gak suka sama gue. Dia sukanya sama lo." Kalimat terakhir Gio ucapkan dengan penuh penekanan. Tak lama dari itu, ia berkata lagi, "Gue ngasih tau karena gue gak mau lo melakukan hal bodoh yang berujung penyesalan persis kaya yang udah gue lakuin.

Naufal diam sekaligus terpaku di tempatnya. Butuh beberapa menit bagi laki-laki itu untuk mencerna semuanya. Hingga lamunannya tersadar oleh Gio yang menepuk pundaknya.

"Goodluck, bro."

Setelah mengucapkan hal tersebut pada Naufal, Gio meninggalkan sang pemilik rumah dan berjalan menuju mobilnya.

**

Setelah menghabiskan hampir tiga jam bersama Gio, kini Adella sedang terbaring di atas tempat tidurnya. Pertemuan dengan Gio untuk yang kedua kalinya ini dirasa lebih menyenangkan bagi Adella. Entah lah apa yang membuat Adella merasa seperti itu. Mungkin karena gadis itu tidak perlu menjadi musuh dengan seseorang yang pernah mewarnai masa lalunya. Mungkin juga karena gadis itu menyukai pola pikir Gio yang menjadi lebih dewasa.

Gadis itu segera tersadar dari lamunannya saat ponsel berwarna rose gold itu berbunyi dan memunculkan nama Papa di layar. Adella pun segera mengambil benda pipih tersebut sembari menggeser layar ke arah kanan untuk menerima panggilan masuk dari Papanya itu.

"Hallo?" sapa Bian pada anak gadisnya.

"Iya, kenapa Pa?"

"Papa dapet kabar kalo istri Pak Agus lagi sakit, bener?"

Adella mengangguk pelan. "Iya bener Pa, aku aja baru tau tadi siang sih. Emang kenapa, Pa?"

"Papa sama Mama rencana mau jenguk. Kamu mau ikut atau diem di rumah?"

"Aku mau ikut aja deh, Pa."

"Yaudah kamu siap-siap. Biar nanti Papa sama Mama gak perlu turun dulu. Sekarang Papa sama Mama lagi di jalan, bentar lagi sampe kesitu."

"Siap, Pa."

Begitu sambungan telepon telah terputus, Adella segera bangun dari atas tempat tidurnya dan berjalan ke arah lemari untuk mencari baju yang akan dipakainya kali ini. Pilihan gadis itu terjatuh pada celana skinny jeans berwarna hitam yang dipadukan dengan sweater polos berwarna abu-abu.

Kini Adella beralih ke bagian rambut, ia mengambil jepit rambut yang biasa disebut jedai untuk mengikat semua helaian rambutnya. Bunyi klakson mobil berhasil mengejutkan dirinya yang sedang mengikat rambut. Adella pun berjalan ke arah jendela untuk mengecek dari mana asal bunyi klakson mobil tersebut. Pandangannya tak sengaja melihat mobil milik Bian yang sudah berada di pekarangan rumah. Hal itu membuat Adella segera keluar dari kamarnya dan berlari menuju mobil Bian.

**

Laki-laki bernama Gio itu telah pergi dari rumahnya sejak dua jam lalu. Selama itu pula, Naufal tak henti-hentinya memikirkan ucapan Gio. Sebagian dari dirinya tidak mempercayai apa yang diucapkan oleh Gio, bagaimana mungkin Gio bisa mengatakan bahwa Adella menyukai dirinya? Padahal sudah jelas Adella masih memikirkan mantannya. Tapi sebagiannya lagi ada hasrat untuk mempercayai semua yang dikatakan oleh Gio. Kini Naufal bingung harus melakukan apa. Haruskah ia mengikuti saran dari laki-laki yang baru saja dikenalinya?

Akhirnya, Naufal pun memutuskan untuk meminta pendapat pada teman-temannya. Tangan laki-laki itu bergerak mengambil benda pipih berwarna hitam dan mulai mengirimkan sebuah pesan singkat pada teman satu komunitasnya di grup chat Line.

FIGHT NEVER END COMMUNITY (40)

Naufal Baskara : Oyy dimana lo semua

Dean A : Di rumah om

Ryan : Lagi pengajian pa di mesjid

Revy Wirasena : Lo mesjid mana yan? Gue mau nyusul nih, bosen ke bar terus

Naufal Baskara : Anying bacot lo semua

Farrel Mahardika : Cafe fal kenapa?

Yoga : Di jalan fal kenapa

Naufal Baskara : Sini ke rumah gue

Naufal Baskara : Yang lain juga kalo bisa

Naufal Baskara : Penting nih ada yg mau gue omongin

Ganindra Aldo : Wah? Apaan tuh? Saya jadi penasaran

Ryan : Kenapa fal? Lu hamil? Bilang sama gue siapa yg hamilin lu

Zaldi : Anjing yan hahahaha

Naufal Baskara : Serah setan

Naufal Baskara : Buruan lah kesini gue lagi serius nih

Rio : Siap gue otw

Dean A : Oke gue juga

Ryan : Aku kata si mama ga boleh keluar malem gimana dong?

Farrel Mahardika : Ngomong yan sama pantat gue

Naufal Baskara : Awas aja lo yan sampe dateng kesini ga akan gue kasih masuk

Ryan : Jangan gitu lah fal kita kan temen😚

Setelah mengirimkan sebuah pesan singkat pada teman-temannya, Naufal beralih membukan akun Instagramnya. Pandangannya tak sengaja melihat Instagram Stories--salah satu fitur baru dari Instagram dan biasa disebut dengan Snapgram dari akun milik Adella. Naufal pun langsung membuka Snapgram tersebut untuk melihat apa yang baru saja di upload oleh Adella. Wajah Adella bersama Bian yang sedang melakukan boomerang menjadi isi snapgram Adella kali ini.

Walau hanya beberapa detik, tapi sanggup membuat Naufal ingin melihatnya lagi dan lagi. Ingin sekali mengomentari isi snapgram Adella dan mengatakan bahwa dirinya rindu berada di dekat gadis itu. Tapi buru-buru Naufal menepis jalan pikirannya agar tidak melakukan hal itu, tidak untuk saat ini. Usai melihat snapgram Adella, laki-laki itu pun menyimpan kembali benda pipih tersebut pada nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Kini pikirannya sudah dipenuhi oleh Adella. Semua ucapan Gio yang ada kaitannya dengan gadis itu pun kembali terngiang-ngiang dalam kepalanya.

Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka dan memunculkan beberapa orang yang tak lain adalah teman-temannya. Suasana kamarnya menjadi jauh lebih ramai setelah delapan laki-laki itu tiba. Beberapa dari mereka ada yang memilih untuk duduk di sofa yang tak jauh letaknya dengan meja belajar. Ada juga yang langsung menghampiri Naufal dan duduk di atas tempat tidur bersamanya.

"Ngapain lo pake dateng kesini?" tanya Naufal pada Ryan.

"Ya..gue juga kan gak mau ketinggalan cerita lo. Siapa tau gue bisa langsung suruh itu orang tanggung jawab atas anak yang ada di dalem perut lo itu, Fal," jawab Ryan dengan cengiran khasnya.

Semua yang berada di kamar Naufal tertawa setelah mendengar celotehan dari mulut salah satu sahabatnya itu.

Naufal yang merasa dirinya menjadi bahan candaan Ryan langsung menoyor kepala sahabatnya itu. "Setan lu, Yan! Lu kira gue cowo apaan."

Setelah tawa teman-temannya mulai reda, giliran Rio lah yang bertanya pada sang tuan rumah, "Jadi ada apaan nih, Fal?"

"Gue butuh saran dari lo semua."

"Saran apaan? Lo aja belum cerita masalahnya," sahut Ryan.

Naufal pun menghela napasnya sebelum mulai menceritakan permasalahannya kali ini. Berawal dari Leon yang tiba-tiba menghubunginya hingga Gio yang datang ke rumahnya. Tak lupa Naufal pun menceritakan bagian dimana Leon dan Gio yang mengatakan bahwa Adella suka padanya hingga keduanya yang meminta Naufal untuk memperbaiki hubungan yang terjadi di antara dirinya dengan Adella. Naufal benar-benar menceritakan semua yang diucapkan oleh Leon dan Gio pada teman-temannya.

Begitu Naufal telah selesai berbicara, Ryan tertawa cekikikan sembari berkata, "Fal, lo serius minta saran sama kita semua tentang masalah ginian?"

"Ya kalo gue bisa sendiri, ngapain harus nyuruh lo semua kesini?"

Farrel tertawa cekikikan. "Sejak kapan seorang Naufal Baskara bego dalam masalah cewe?"

"Terus sekarang gue harus ngapain?"

Zaldi yang semula sedang memandang layar ponselnya menjadi teralihkan untuk menatap ke arah Naufal. "Serius, Fal? Serius lo gak tau harus ngapain?"

"Bener sih kata si Farrel, tumben lo goblok dalam hal cewe," sahut Yoga.

"Mungkin Naufal yang sekarang udah lupa gimana caranya dapetin hati cewe," timpal Revy yang disambut tawa dari teman-temannya. "Maklum lah udah gak jadi playboy."

"Ah, anjing lo semua! Bukannya ngasih saran, malah ngeledekin gue," gerutu Naufal.

"Ya lo tinggal tembak si Adel lah, Fal. Gitu aja kok sampe gak kepikiran." Kini giliran Rio yang angkat bicara.

"Kalo itu doang sih ya gue juga tau." Naufal mendengus pelan, lalu ia berbicara lagi. "Cuma masalahnya, gue takut kecewa lagi. Gue takut apa yang udah gue rencanain gak sesuai sama ekspektasi. Persis kaya kemarin."

Bagaimanapun juga ucapan Naufal itu ada benarnya. Mendadak semua teman-temannya diam. Terlalu bingung untuk memberikan jalan keluarnya. Salah satu dari mereka larut dengan pikiran masing-masing, terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara untuk membangkitkan semangat Naufal dalam memperjuangkan Adella. Hingga beberapa menit kemudian, giliran Farrel lah yang menyuarakan isi pikirannya pada Naufal.

"Iya sih, tapi kalo menurut gue gak ada salahnya lo coba lagi. Siapa tau aja kali ini hasilnya sesuai sama harapan lo."

"Apa gue harus coba lagi?" batin Naufal.

**

Yupppp tinggal publish epilog abis itu udahan dehhh!🙅

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 100K 56
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.5K 107 5
Hidup dengan dua pria tampan membuat Ana membenci takdir hidupnya... tidak, bukan berarti Ana membenci Papa dan adik kembarnya yang memiliki paras ta...
75.4K 11.4K 56
Cover by : @ssinze Park Shin Hye adalah sosok wanita yang cantik, menarik, memiliki tubuh memukau dan yang paling penting kaya raya. Statusnya seba...
1.8K 123 82
EPHEMERAL Sejenak beralih dari ~Don't Leave Me~ dan ~Psychopath Doctor~, Ucu Irna Marhamah kembali menulis novel romance di tahun ini. Hope you like...