Best Part

By mariaulfa17

1.3M 86.4K 5K

You're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #2... More

Prolog
Part 1 : Introduce
Part 2 : Chat
Part 3 : Canteen
Part 4 : The Same Thing
Part 5 : Cousin
Part 6 : Party
Part 7 : Liar
Part 8 : Mood Booster
Part 9 : Satnight
Part 10 : Accidentally
Part 11 : Little Things
Part 12 : Naufal's Girlfriend?
Part 13 : Another Girl
Part 14 : Break Up
Part 15 : Trying
Part 16 : Give Up
Part 17 : Voice Call
Part 18 : Jealous?
Part 19 : Dinner
Part 20 : Hurt
Part 21 : Drunk
Part 22 : Over Again?
Part 23 : Tell Everything
Part 24 : Just A Friend
Part 25 : Fighting
Part 26 : Something Happen
Part 27 : Problem
Part 28 : With You
Part 29 : The Reason
Part 30 : The Other Side
Part 31 : Give Some Help
Part 32 : Take Care of Her
Part 33 : The Feeling
Part 34 : Back to School
Part 35 : Feel Worried
Part 36 : Realized
Part 37 : Somebody Else
Part 38 : Unexpected
Part 39 : Never Felt Like This
Part 40 : Regret
Part 41 : Changed
Part 43 : Should I?
Epilog

Part 42 : Let It Be

12.7K 1.1K 89
By mariaulfa17

Setelah hampir seharian menghabiskan waktu bersama teman-temannya, tepat pukul 10 malam laki-laki itu baru tiba di rumahnya. Biasanya Naufal akan pulang lebih malam lagi, namun kali ini dirinya sedang malas mampir ke bar ataupun club. Naufal memang lebih suka berada di luar rumah, tak heran jika laki-laki itu pulang ke rumah sekedar untuk tidur saja. Bahkan, tak jarang juga dirinya lebih memilih untuk tidak pulang dan menginap di rumah temannya. Selain sudah menjadi kebiasan, pikirannya yang sedang tak karuan pun mempengaruhi Naufal untuk lebih menyibukkan diri dengan teman-temannya. Itu semua agar pikiran Naufal menjadi sedikit teralihkan untuk tidak memikirkan ataupun galau pada Adella.

Kini laki-laki itu sudah berada di atas tempat tidurnya, berniat untuk memejamkan matanya setelah seharian beraktifitas di luar rumah. Belum sempat Naufal merealisasikan niatnya, ponsel berwarna hitam itu tiba-tiba saja berdering.

"Siapa sih? Nelepon malam-malam gini, gak bisa besok lagi apa? Ganggu orang aja," gerutu Naufal pada seseorang yang telah menggagalkan niatnya untuk tidur.

Tangan Naufal bergerak mengambil ponselnya. Sebelum menggeser layar untuk menerima panggilan, ia sempat mengerutkan dahinya karena yang muncul pada layar hanya lah sederetan nomor yang tidak dikenal. Setelah menimbang-nimbang, dirinya memutuskan untuk menerima panggilan tersebut.

"Hallo?"

"Hallo? Ini bener sama Naufal Baskara kan?"

Lagi-lagi Naufal mengerutkan dahinya, bagaimana bisa sang penelepon mengetahui dirinya?

"Iya, bener. Lo siapa?" tanya Naufal to the point.

"Gue Leon," balas laki-laki dari seberang sana.

"Leon siapa? Gue gak punya tuh temen yang namanya Leon."

"Gue emang bukan temen lo, tapi gue sahabatnya Adel."

Ternyata seseorang yang telah menggagalkan niatnya untuk tidur itu merupakan sahabat dari Adella. Pantas saja saat laki-laki dari seberang sana menyebutkan namanya, Naufal seperti pernah mendengar dan sudah tidak asing dengan nama itu.

"Ada urusan apa lo nelepon gue?" Naufal bertanya to the point.

Leon berdeham sebelum mulai berbicara. "Gue cuma mau kasih tau aja kalo lo salah paham. Lo gak seharusnya marah yang berlebihan sama Adel."

"Lo gak berhak ngatur gue," tegas Naufal.

"Iya, gue tau. Gue emang cuma orang asing yang sama sekali gak ada hak buat atur-atur lo. Gue cuma gak tega aja liat Adel nangis gara-gara lo," jelas Leon. Lalu, ia kembali mengeluarkan suaranya. "Gue ngomong gini karena gue tau lo suka atau mungkin sayang sama Adel, jadi gue pikir gak seharusnya lo bikin dia sedih."

"Kalo dia sedih, apa kabar gue? Lo juga cowo, gue pikir lo tau gimana kecewanya gue sekarang." Naufal diam sesaat, mencari kata-kata yang pas untuk kalimat selanjutnya yang akan ia ucapkan. "Lo harus tau satu hal, sedih yang dia rasain sekarang gak ada apa-apanya sama rasa kecewa dan sakit hati gue."

"Iya, gue tau, gue juga paham banget sama perasaan lo. Tapi disini gue cuma mau ngasih tau sekalian ngingetin lo aja. Adel itu suka sama lo, pikirin baik-baik kalo mau ngambil keputusan sebelum lo nyesel dan kehilangan dia."

Belum sempat Naufal berbicara lebih banyak lagi, Leon sudah lebih dulu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Hal itu cukup membuat Naufal kesal, namun ia berusaha untuk meredam amarahnya dan berencana untuk kembali merealisasikan niatnya yang sempat tertunda.

Naufal menyimpan ponselnya ke nakas yang letaknya di samping tempat tidur. Lalu, ia membenarkan posisi bantal dan tubuhnya terlebih dahulu agar bisa tidur dengan nyaman. Lima menit kemudian, Naufal mulai resah. Hal itu karena setiap kali Naufal berusaha untuk memejamkan matanya, kata demi kata yang diucapkan oleh Leon selalu tengiang-ngiang di dalam pikirannya. Merasa kesal dengan dirinya yang tak kunjung tidur, laki-laki itu pun mengubah posisi tubuhnya yang semula terbaring menjadi duduk.

"Bangsat! Omongan dia berhasil bikin gue gak bisa tidur," gerutu Naufal sembari mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

**

Bel istirahat telah berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar dari dalam kelasnya. Hal yang sama dilakukan oleh Adella dan ketiga temannya. Ketika mereka sedang berjalan ke arah kantin, keempat orang tersebut tak sengaja berpapasan dengan Naufal dan ketiga temannya.

"Naufal," sapa Adella.

Naufal hanya menoleh sekilas pada Adella sebelum akhirnya ia kembali berjalan ke arah yang berlawanan dengan gadis itu. Ketiga teman Naufal pun tak lama mengikuti langkah laki-laki itu dari belakang.

Adella yang diperlakukan seperti itu tentu saja sangat kecewa. Ia tidak menyangka jika Naufal masih bersikap seperti itu hingga detik ini.

"Naufal masih marah sama lo, Del?" tanya Vira.

"Kayaknya sih gitu, Vir." Adella menundukkan kepalanya.

Luna dan Evita yang tidak mengetahui apa-apa, saling menatap satu sama lain sembari bertanya-tanya mengenai sikap Naufal yang berubah sangat drastis. Lain halnya dengan Vira, gadis itu sudah tidak heran dengan Naufal yang bersikap seperti itu karena memang dirinya sudah mengetahui semua yang terjadi di antara Adella dan Naufal.

Luna yang sudah tak tahan untuk mengeluarkan isi pikirannya langsung memberikan pertanyaan bertubi-tubi pada Adella dan Vira. "Naufal marah sama Adel? Kok bisa? Gara-gara apaan?"

"Iya kok bisa, sih? Perasaan kemarin masih baik-baik aja," timpal Evita. "Dean juga gak cerita apa-apa tuh sama gue."

"Udah lo berdua gak usah banyak tanya, nanti gue kasih tau." Vira mewakili Adella untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-temannya.

Luna dan Evita pun mengangguk, mengiyakan ucapan Vira.

Turut prihatin dengan keadaan Adella sekarang, ketiga temannya pun langsung mengelus-elus pundak Adella sebagai bentuk untuk menenangkan salah satu sahabatnya itu.

"Sabar ya, Del. Gue yakin kok nanti Naufal pasti gak gitu lagi," ucap Vira yang disertai dengan anggukan kepala dari Luna dan Evita.

**

"Dean udah nunggu di parkiran, gue balik ya," pamit Evita pada ketiga temannya yang lain.

"Hati-hati, Vit."

Tepat satu menit setelah Evita pergi, Luna bangkit dari tempat duduknya. "Gue juga pulang duluan ya, udah dijemput."

Adella dan Vira menoleh ke arah Evita seraya berkata, "Hati-hati, Lun."

"Lo pulang naik apa?" tanya Adella pada Vira setelah Luna pergi dari pos satpam. Mereka memang biasa menunggu jemputan disini. Hal itu karena letak pos satpam dekat dengan gerbang sekolah. Di pos satpam pun sengaja disediakan kursi yang dibuat dari kayu untuk siswa maupun siswi yang biasa menunggu jemputan disini.

"Naik ojek online," jawab Vira. "Lo sendiri naik apa?"

"Gue dijemput, lo udah pesen?"

Vira menganggukkan kepalanya. "Drivernya juga udah deket."

Adella ber-oh ria. Lalu, benaknya kembali memikirkan Naufal. "Vir, kalo Naufal udah ada cewe lain gimana?"

Vira yang semula sedang memperhatikan letak drivernya kali ini menjadi teralihkan dan menoleh ke arah Adella. "Gak usah mikir kejauhan, Del. Naufal sayang sama lo, gak mungkin dia secepet itu dapetin yang baru."

"Tapi kalo pemikiran gue bener gimana?"

"Yaudah berarti dia gak bener-bener sayang sama lo."

"Terus gue harus gimana kalo Naufal udah dapet yg baru?"

"Ya, lo juga tinggal cari yang baru."

Adella memutar kedua bola matanya dengan kesal, sementara yang diperlakukan seperti itu justru tertawa cekikikan.

Tawa Vira harus terhenti saat ponsel miliknya berdering yang menandakan adanya telepon masuk. Buru-buru Vira menerima panggilan tersebut karena ia yakin yang meneleponnya kali ini merupakan driver dari ojek online yang sudah dipesannya.

"Hallo, Pak? Oh okay bentar, aku kesitu sekarang."

Setelah sang driver mematikan sambungan teleponnya, Vira pun bangkit dari tempat duduknya dan pamit pada Adella.

"Del, gue balik duluan gapapa? Soalnya ojek online gue udah nyampe."

"Iya gapapa, Vir," balas Adella. "Lo pulang aja. Kayanya jemputan gue juga bentar lagi dateng."

Akhirnya, Adella beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah gerbang untuk mengecek keberadaan Pak Agus. Hal itu karena Pak Agus tak kunjung menjemput dirinya, padahal ia sudah minta jemput dari setengah jam yang lalu. Ketika Adella sedang mencari keberadaan Pak Agus, tiba-tiba saja mobil berwarna merah datang menghampirinya. Adella yakin bahwa mobil yang baru saja menghampirinya bukanlah Pak Agus. Karena setahu Adella, keluarganya tak memiliki mobil seperti itu.

Beberapa menit kemudian, terjawab sudah siapa pemilik mobil tersebut saat seorang laki-laki dengan mengenakan seragam asal sekolahnya turun dari dalam mobil. Lalu, ia berjalan menghampiri gadis yang masih terkejut akan kehadiran dirinya.

"Hai," sapa Gio tepat di saat dirinya telah berada di hadapan Adella.

Adella mengerjapkan matanya, tak menyangka jika Gio berani menghampirinya ke sekolah. "Gio? Lo ngapain disini?"

"Jemput lo," balas Gio dengan senyum manisnya.

"Hah? Perasaan gue gak minta jemput deh."

"Emang lo gak minta, gue yang pengen," ucap Gio. Lalu, ia menarik lengan Adella. "Yaudah yuk!"

"Hah? Kemana?"

Gio menoleh ke arah Adella. "Makan sekalian jalan-jalan aja."

Mendengar ajakan Gio, Adella langsung saja melepaskan genggaman laki-laki itu. "Nggak ah, lagian gue lagi nunggu dijemput."

"Bentar kok. Serius gak akan lama. Gue cuma mau ngobrol aja," ucap Gio dengan nada sedikit memohon.

Belum sempat Adella memberikan jawaban atas ajakan Gio, dering ponselnya sudah lebih dulu menginterupsi. Nama Pak Agus muncul pada layar ponselnya. Buru-buru ia menggeser layarnya ke kanan dan menempelkan benda pipih itu di telinga kanannya.

"Hallo, Pak Agus udah dimana?"

"Kayanya hari ini bapak gak bisa jemput neng Adel. Maaf ya neng baru ngasih tau sekarang soalnya istri bapak lagi sakit. Jadi mau gak mau bapak harus pulang dulu ke rumah."

Adella ber-oh ria sebelum dirinya kembali berbicara. "Yaudah gak apa-apa, Pak Agus. Cepet sembuh buat istri bapak yg lagi sakit ya."

"Makasih banyak, neng."

"Iya samasama, Pak. Oh iya nanti malem aku sama keluarga usahain buat jenguk ya, Pak."

"Gak usah neng, gak usah repot-repot," tolak laki-laki berusia sekitar 45 tahun itu.

"Udah gak apa-apa kok, Pak."

"Oh iya atuh, terserah neng Adel aja." Akhirnya, Pak Agus memilih untuk menyerah dan tidak berdebat lagi dengan anak dari majikannya itu. "Udah dulu ya, neng."

"Iya, Pak."

Adella menjauhkan benda pipih itu dari telinga kanannya saat sambungan telepon sudah lebih dulu dimatikan oleh Pak Agus. Tak lama dari itu, Gio kembali mengeluarkan suaranya.

"Kenapa? Gak jadi dijemput?" tanya Gio sambil terkekeh pelan.

Adella hanya mendengus sambil menatap Gio dengan malas. Hal itu karena tak ada lagi alasan bagi dirinya untuk bisa menolak ajakan Gio.

"Jadi gimana? Mau kan?" Gio kembali menawarkan pada Adella mengenai ajakannya itu.

"Yaudah, tapi kali ini aja."

Gio tersenyum senang. "Iya, kali ini aja."

Naufal bersama ketiga temannya sedang berjalan beriringan menuju tempat parkir yang berada di luar sekolah. Tempat tersebut menjadi tempat parkir favorit Naufal dan teman satu komunitasnya. Tak heran jika yang menyimpan mobil disitu rata-rata anggota komunitas FNE. Tiba-tiba langkah Naufal harus terhenti saat pandangannya tak sengaja melihat Adella yang sedang berbincang dengan seorang laki-laki tepat di depan gerbang sekolah. Langkah ketiga temannya pun ikut terhenti saat menyadari ada yang ganjal dengan tingkah laku Naufal.

Ryan menepuk pundak Naufal. "Kenapa, Fal?"

Dean pun menimpali ucapan Ryan, "Iya, ada apaan?"

Pandangan Naufal lurus menatap Adella yang tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. Lalu, ia berbicara. "Gue pikir dengan gue cuekkin gitu, dia bakal nyesel. Tapi ternyata gue salah besar."

Mendengar jawaban Naufal yang seperti itu membuat ketiga temannya justru saling menatap satu sama lain dengan sebuah tanda tanya besar dalam pikiran masing-masing.

"Hah? Maksud lo apaan, Fal?" tanya Revy.

Naufal diam, tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Revy. Menyadari Naufal yang tak kunjung bersuara membuat ketiga temannya menoleh secara bersamaan ke arah laki-laki yang ternyata sedang melamun dengan pandangan lurus ke depan. Ketiganya mengikuti arah pandang Naufal, ingin mengetahui apa yang sedang ditatap oleh Naufal hingga melamun seperti sekarang. Ternyata Adella lah yang menjadi alasan dibalik tingkah laku Naufal jadi seperti ini.

"Yaudah lah Fal, lupain Adel. Masih banyak kok cewe yang lebih baik dari dia." Kini giliran Dean yang menepuk pundal Naufal sekaligus menyadarkan laki-laki itu dari lamunannya.

Naufal menoleh ke arah Dean. "Iya, gue tau. Gue cuma gak nyangka aja, dia bisa secepet itu dapet yang baru."

Revy pun turut berbicara. "Yaudah sekarang lo mikirnya gini, kalo dia bisa bahagia, kenapa lo ngga?"

Naufal menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Bukan masalah bahagia, tapi ini jadi bukti kalo dia sama sekali gak ada rasa sama gue."

"Mungkin dia emang bukan buat lo, Fal," ucap Ryan. "Lo harus inget kalo sesuatu yang bukan buat lo, sekeras apapun usahanya, tetep gak akan bisa jadi milik lo."

"Tapi lo gak usah khawatir, karena pasti bakal ada penggantinya yang jauh lebih baik," timpal Dean.

Naufal kembali diam sembari memikirkan setiap ucapan dari sahabatnya barusan. Ternyata setelah dipikir-pikir, semua itu ada benarnya juga. Dan untuk pertama kalinya, ia menyadari bahwa teman-temannya pun bisa berkata serius pada situasi tertentu.

"Iya, lo semua bener," ucap Naufal.

"Yaudah yuk kita ke tempat biasa, Farel sama yang lain kayaknya udah pada disana," ajak Ryan.

Naufal menyetujui ucapan Ryan barusan dengan disertai oleh sebuah anggukan kepala. Lalu, ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dengan diikuti oleh ketiga temannya dari belakang.

Di saat Naufal dan ketiga temannya melewati gerbang sekolah, Adella sama sekali tidak menyadari keberadaan laki-laki itu. Entah karena Adella yang terlalu asik berbicara dengan Gio atau mungkin karena banyak siswa dan siswi lain yang sedang berlalu-lalang di sekitar gerbang sekolah hingga gadis itu tak menyadari kehadiran Naufal.

Kini Naufal dan ketiga temannya telah sampai di tempat parkir. Sebelum Naufal memasuki mobil kesayangannya, ia melirik ke arah Adella yang sedang memasuki mobil berwarna merah.

"Gak usah diliatin terus, biarin dia bahagia walaupun bukan sama lo."

Naufal menoleh ke arah sumber suara, lalu tersenyum tipis pada Ryan.

**

A/n:

Semoga suka ya sama part ini! Dua part lagi tamat lohhhh huhu oh iya selamat menunaikan ibadah puasa bagi yg menjalankan ya dan maaf kalo aku ada salah sama kalian☺

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 188 128
🌹LIRIK LAGU KOREA PT2🌹 (MIMIN BIKIN PT2 NYA SOALNYA DI PT1 PENUH CUMA MUAT 200 CHAPTER, JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT NYA😁) 🌹BY MIMIN JODOHNYA LE...
1.5K 107 5
Hidup dengan dua pria tampan membuat Ana membenci takdir hidupnya... tidak, bukan berarti Ana membenci Papa dan adik kembarnya yang memiliki paras ta...
7.5K 718 68
Araya hanya ingin melewati masa SMA dengan tenang, tapi tampaknya hal itu tidak akan ia dapat dengan mudah setelah terlibat dengan 5 cowok yang diseb...
300K 32.8K 58
"Perasaan memang kadang kayak tulisan. Sulit dibaca kalo jaraknya terlalu deket." *** Malam itu untuk pertama kalinya Saga mendengar Jeje mengeluh te...