My Beautiful Girl

By putytiya

565K 18.1K 198

WARNING ALERT!! Cerita tidak konsisten, banyak revisi, kata tidak jelas, rating 17+ ~ Alessa dan Leo adalah m... More

My Beautiful Girl : 02
My Beautiful Girl : 03
My Beautiful Girl : 04
My Beautiful Girl : 05
My Beautiful Girl : 06
My Beautiful Girl : 07
My Beautiful Girl : 08
My Beautiful Girl : 09
My Beautiful Girl : 10
My Beautiful Girl : 11
My Beautiful Girl : 12
My Beautiful Girl : 13
My Beautiful Girl : 14
My Beautiful Girl : 15
My Beautiful Girl : 16
My Beautiful Girl : 17
My Beautiful Girl : 18
My Beautiful Girl : 19
My Beautiful Girl : 20
My Beautiful Girl : 21
My Beautiful Girl : 22
My Beautiful Girl : 23
My Beautiful Girl : 24
My Beautiful Girl : 25
My Beautiful Girl : 26
My Beautiful Girl : 27
My Beautiful Girl : 28
My Beautiful Girl : 29
My Beautiful Girl : 30
My Beautiful Girl : 31
My Beautiful Girl: 32
My Beautiful Girl : 33
My Beautiful Girl : 34
My Beautiful Girl : 35
My Beautiful Girl : 36

My Beautiful Girl : 01

48.6K 1.1K 10
By putytiya

Vote please...

Halo, terima kasih banyak telah mampir ke lapak saya. Jujur saja, bab 1 sampai 10, adalah bab yang paling membosankan.

Tapi, jujur lagi nih ya, kalau kalian baca bab berikutnya, konfliknya mulai ada, titik masalahnya mulai timbul. So, terus baca ya.

.


KILAS BALIK

Hari ini suasana kafetaria kampus seperti hari-hari kemarin, bising dengan hawa panas yang mulai terasa. Banyak sekali mahasiswa yang sedang berceloteh tentang dosen yang telat masuk, tugas yang menumpuk, skripsi yang tak beres-beres dan lainnya.

Hingga membuat seorang mahasiswi tingkat akhir memutuskan untuk menyumbat kedua daun telinganya, dengan earphone. Memutarkan lagu-lagu yang langsung disambut oleh gendang telinganya. Tanpa kehadiran kedua sahabatnya, semuanya terasa membosankan.

Bibirnya bergumam pelan sembari memejamkan kedua matanya, bila sudah begini dia merasa tenang, dan stres yang selama ini ia pendam berangsur menghilang.

Mahasiswi tingkat akhir itu bernama, Alessa Clara Bima. Dia lebih menyukai teman-temannya tidak mengetahui nama akhirnya. Dia membencinya. Bukan karena dia membenci adanya nama pria di identitasnya, ia hanya tidak menyukai nama tersebut, itu mengingatkannya pada sesuatu yang melukai hatinya. Oke, what ever...

Alessa sudah beberapa bulan yang lalu resmi memasuki semester tahun keempat, dalam mengambil jurusan administrasi di kampus yang cukup terkenal, di Jakarta.

Dua kata untuknya, adalah Alessa bukan mahasiswa tercantik-but, ya, she's pretty, dan second one tidak ada yang mencolok dari dirinya. Gaya berbusananya sangat biasa saja, jens - t-shirt putih, jens - t-shirt hitam, and sometimes, hoodie maroon atau oranye.

Karena, bagaimapun dia masih beradaptasi dengan biaya tinggal di kota yang super mahal. Walau sudah hampir 4 tahun tinggal, di Jakarta. Alessa kadang selalu terkejut dengan mahalnya harga makanan yang dia beli di kafetaria.

Perlahan Alessa membuka matanya, mencoba fokus kembali pada tugas, dengan gerakan lambat ia membuka matanya. Dan, betapa terkejutnya ia saat seseorang telah duduk di sebrang kursinya, duduk dihadapannya dengan mimik muka yang, ugh... Alessa benci mengatakanya tapi, tampan. Namun tanpa sadar ia mengerutkan hidungnya, melihat mahasiswa tersebut yang kini menyeringai lebar ke arahnya.

Si otak udang. Tidak! Udang pun lebih pintar darinya. Batin Alessa, mencemooh.

Mahasiswa pria tersebut tengah menopang dagu dengan kedua tangannya, memandang kearahnya dengan mimik wajah manis yang tentu dibuat-buat, membuat Alessa semakin merengut jijik.

Alessa tahu permainan yang sering pria didepannya mainkan.

"Hay, nona cantik." sapa mahasiswa tersebut, semakin melebarkan senyum mautnya.

Alessa membalas senyuman pria tersebut dengan dengusan kasar yang cukup keras, alih-alih balas tersenyum malu karena disapa olehnya. Karena apa, ia membencinya setengah mati.

Seketika suasana kafetaria menjadi hening, semua orang kini menatap ke arah bangku yang sedang di duduki Alessa dan pria itu. Semua orang tahu, bila mahasiswa yang duduk tepat di depan Alessa, yang tengah tersenyum maut kepada seorang perempuan. Dan, kini perempuan itu adalah Alessa.

Itu tandanya tak lama lagi, perempuan yang mendapat senyuman tersebut akan berakhir di ranjang bersama dengannya.

Aku harus pergi, gumam Alessa di dalam hati.

Bisikkan mulai terdengar memenuhi kafetaria, tentang taruhan yang akan segera dimulai. Alessa tahu mereka bertaruh tentang dirinya, yang akan berakhir di ranjang pria itu, atau tidak? Jawabanya, never biatch. Ingin sekali Alessa berteriak kepada semua orang yang ada di kafetaria.

"Boleh kan, gue duduk di sini? Boleh kan, sweetheart?" Tanyanya kembali melemparkan senyuman menggoda, oh tak lupa matanya pun berkedip manja.

Ugh, i hate that men. Ucapnya di dalam hati. Alessa melempar senyum jenggah kearah pria tersebut. "Oh boleh banget, kebetulan gue juga mau cabut, kok." jawabnya dengan lantang, ia langsung membereskan bukunya di atas meja, tanpa menunggu jawaban dari pria di hadapannya yang tengah sibuk terperangah. Tanpa membuang waktu, langsung saja Alessa beranjak pergi dari kafetaria.

Alessa sempat melihat pria itu memutar kedua bola matanya, rasa senang menjalari dadanya karena membuat mahasiswa itu kesal. Suatu kebanggaan untuknya, karena mungkin ia orang pertama yang menolaknya.

***

Pria bermata gelap itu terus menatap mahasiswi yang entah sejak kapan sangat menarik perhatianya, t-shirt yang di gunakannya mengundangnya, untuk mengangkatnya tinggi-tinggi dan memperlihatkan bra hitam yang perempuan itu selalu kenakan di hari rabu-jangan tanya kenapa dia bisa tahu, karena jawabannya pun dia tidak tahu.
Dan, jangan lupakan celana jeans yang memeluk erat pahanya yang jenjang.

Kadang dia benci pikirannya sendiri, itu menyiksa sekaligus menyenangkan.

"Oi, bro liatin si cupu?" Salah satu temannya menepuk bahunya keras, pria berambut hitam legam acak-acakan itu bernama, David.

"Cie... Lagi nargetin si cupu nih?" Tebak teman lainnya, Orlando Gio, yang lebih sering disapa, Ogay. Temannya bukan gay seperti sapaanya, karena semua temannya berani bertaruh, bahwa teman satunya ini lebih parah dalam bermain wanita.

"Cupu? Cupu yang kalian maksud siapa?" tanya pria bernama, Vino.

Pria yang lain dari mereka bertiga, pria itu memiliki mata berwana biru langit, karena ia adalah orang luar yang telah tinggal lama di Indonesia, yang baru saja datang merapat menepuk pria pertama yang tak lain adalah saudaranya.

"Noh, yang lagi dengerin musik." tunjuk Ogay, dengan dagunya.

Vino menyipitkan mata birunya, untuk melihat lebih jelas orang yang ditunjuk temannya. "Oh, si Alessa dia salah satu karyawan di club gue..." kata kata Vino terpotong, saat melihat saudaranya kini mendelik kearahnya dengan tajam. "Kenapa? Biasa ajah kali?" Tanyanya heran menatap satu persatu temannya.

"Tunggu, jangan bohong lo? Maksud lo, dia jual diri?" tanya Leo, pria yang sejak tadi memandangi perempuan yang menjadi topik pembicaraan mereka. Suara terdengar tak percaya, memotong perkatan Vino tadi.

David bersiul.

"Wow!" Ogay yang mendengar langsung tertawa, namun ia langsung terbatuk untuk mengalihkan tawanya saat melihat Leo, di depannya menatapnya sengit.

"Bukan," Vino menggeleng, serius. "Dia karyawan pramusaji." Lanjutnya dengan cepat, perempuan yang ditunjuk oleh ketiga temannya, adalah temannya. Tapi, tidak terlalu dekat.

Leo mendesah kecil. "Oh, kenapa lo gak pernah bilang kalau, tuh cewek kerja di club lo?" Matanya memicing curiga.

Vino mengedikkan bahu malas. "Lo nggak pernah nanya," jawabnya santai, dengan menyeringai kecil.

Ogay berpaling menatap Leo. "Lo suka sama cewek itu?" Tanyanya.

"Gak lah." Dengus Leo.

"Oh, gue tahu jangan-jangan... lo nargetin dia." David mencondongkan tubuhnya saat mengatakan hal tersebut, ia menyeringai saat temannya menyeringai lebar, dengan kepalanya mengangguk mantap.

Vino memalingkan wajahnya menatap Leo di sampingnya dengan tajam. "Shut up." Serunya. "Asal lo tau, dia bukan cewek sembrangan yang bisa lo bawa ke ranjang." Sungut Vino tak terima.

"Maksud lo?"

Vino berdecak berlebihan. "Lo gak paham, dia bukan cewek sembarangan. Gue berani taruh mobil kesayangan gue, kalau lo gak bakal berhasil bawa dia ke ranjang." Saudaranya menatapnya serius dan tajam, dia tahu tak seharusnya, ia menantang saudaranya yang sangat keras kepala. "She's virgin." Vino melihat bola api di kedua mata saudaranya, shit.

"Gue coba deketin, ah..." Leo semakin menyeringai lebar, saat mendengar bahwa kali ini perempuan yang dirinya targetkan masih virgin. Karena, jujur sejak ia bermain dengan wanita yang ia kencani, dirinya selalu mendapatkan yang sudah terbuka, sambil berdiri Leo menatap Vino cerah. "Kalau berhasil, mobil lo milik gue!"

Vino mengusap wajahnya, frustasi.

"Kita mulai!" gumam David, bersemangat.

"What the fuck, gue seharusnya gak bilang hal itu." Oceh Vino mengacak rambut pirangnya, kalau Alessa jatuh ke tangan saudaranya, ini semua adalah salahnya karena dia yang menyiram bensi keatas api.

"Gue berani taruh mobil Buggati Chiron, kalau Leo kalah." Ogay menyeringai, dengan memandang temannya yang kini telah duduk dengan senyuman maut miliknya di hadapan perempuan bernama, Alessa.

Pertanda permainan dimulai.

"Shit!" Umpat Vino.

"Gue berani taruh BMW X3." David kata setelah diam cukup lama.

"Shit shit shit!" Umpat Vino, berulang kali.

Ogay menaikan alisnya heran melihat Vino yang terlihat kacau. "So, lo bertaruh untuk siapa?" Tanyanya.

"Of course, Alessa wins!" Pekiknya. "GR Supra."

Ogay mengangga mendengar ucapan Vino, begitu juga dengan David yang menyemburkan minuman di dalam mulutnya.

***

"Hay, nona cantik." sapa Leo, ia sudah siap dengan senyuman terbaiknya saat perempuan di depannya membuka mata.

Senyuman tersebut bisa membuat semua perempuan, langsung bertekuk lutut kepadanya, tapi perempuan di depannya malah menampilkan mimik wajah yang aneh campuran ekpsresi, jijik? Sulit dipercaya. What's wrong with that girl? Hey, di hadapan lo kini adalah pria tertampan di kampus dan seorang ahli waris perusahaan terkenal di Indonesia. Seharusnya, lo nervous atau salah tingkah? Leo memandang perempuan di depannya bingung.

"Boleh kan, gue duduk di sini? Boleh kan, sweetheart?" Tanya Leo, semakin melemparkan senyuman menggoda. Ya, kedip mata... Maybe, perempuan itu perlu kedipan maut miliknya.

"Oh, boleh banget kebetulan gue juga mau cabut." jawab Alessa, suaranya terdengar ketus ditelinganya.

Sekepergian perempuan tersebut, Leo dengan kesal menggebrak meja kafetaria. Ia bisa melihat kedua wajah teman dari ketiga temannya berubah pucat. "Belum dimulai bajingan!" Katanya kasar, menyambar tas punggung miliknya dan berlalu pergi.

Ogay dan David menghembuskan napas lega, mereka pikir akan kehilangan mobil kesayangan mereka kepada Vino yang menyeringai penuh kemenangan.

***

Comment, please...

Note : Cerita telah dirombak habis-habisan.

Continue Reading

You'll Also Like

525K 36.8K 31
Monster? Bagaimana sih definisi monster bagi kalian? Sesosok yang tinggi besar dengan wajah mengerikan? Atau yang lucu seperti di film Monster Inc? M...
44.2M 2.3M 96
SERIES SUDAH TAYANG DI VIDIO! COMPLETED! Alexandra Heaton adalah salah satu pewaris Heaton Airlines, tetapi tanpa sepengetahuan keluarganya , dia men...
1.2M 45.5K 62
Menikahi duda beranak satu? Hal itu sungguh tak pernah terlintas di benak Shayra, tapi itu yang menjadi takdirnya. Dia tak bisa menolak saat takdir...
87.9K 4.6K 51
▪︎▪︎ POSSESSIVE SERIES [1] ▪︎▪︎ ================================== Rara tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Raka. Laki-laki yang sangat i...