Manurios.
Pagi harinya, aku bangun dengan posisi dimana Gwen berada di dalam pelukan ku. Rasanya sudah lama sekali, dan akhirnya aku bisa merasakan hangat dari dirinya lagi.
Gwen, maafkan aku jika sebelumnya sudah membuatmu menunggu, aku menyesal sudah membiarkan mu merasakan segala hal sendirian. Aku berjanji, aku tidak akan melakukan hal seperti itu lagi Gwen.
Batinku.
Tring! Ponselku tiba-tiba saja berbunyi dan membangunkan Gwen dari tidurnya.
"ahhh, siapa yang menelfon pagi-pagi seperti ini?" tanya nya dengan mata masih tertutup dan semakin mengeratkan pelukan nya pada tubuhku.
"aku akan mengangkatnya," menarik selimut untuk Gwen lalu kemudian beranjak dan menuju balkon untuk mengangkat telfon, "ya, ada apa Danielle?"
"bagaimana hubungan mu dengan Gwen? apa sudah membaik?" tanya nya dengan nada bersemangat yang justru malah membuatku jengkel.
"astaga, bisakah kau tidak menjengkelkan untuk sehari saja? aku masih tertidur dengan Gwen, dan kau membangunkan kami Danielle,"
"oh my lord! i'm sorry Manu.. aku tidak tahu jika kalian, ah, astaga.."
Mendengar perkataannya membuatku tersadar akan sesuatu.
"kami hanya tertidur Danielle, jangan merusak pikiran mu dengan apapun di pagi hari seperti ini,"
"hahaha maafkan aku Manu, aku hanya.. hmm mungkin, ya, jadi kapan kau akan melakukan hal itu dengannya?"
"tenangkan lah dirimu bodoh, lagipula itu bukan urusan-mu,"
"aku hanya bertanya, ah ya, apa kau menginginkan sesuatu saat aku pulang nanti?"
"ya, bawakan aku parfume dan cokelat dari Paris,"
"kau tidak bertanya aku ingin apa darimu?"
"meskipun kau meminta, aku tidak akan memberikan apa-apa padamu Danielle,"
"kenapa kau jahat sekali!"
Sudah lama sekali aku tidak mendengar suara menjengkelkan ini.
"hahaha berhentilah berteriak wanita jelek, baiklah, apa yang kau inginkan?"
"aku ingin patung Liberty saja,"
"i hope you'll die tomorrow,"
"how sweet.. you make me wanna kill you when we meet again Manu,"
"oh sounds good,"
"stop being sucks you idiot! ok, go to bed again with your wife.. i wanna go shopping,"
"hey, stop to spend your money for something you want idiot,"
"stop to give me an advice,"
"okey lady cherry blossom,"
"and stop for tease me,"
"fine lady,"
"i must go now, bye doktah, have a good day with your wife, i'm happy for you, and you must be happy for me too, oke?"
"i will. bye,"
Menutup sambungan telfon lalu kemudian kembali untuk tertidur bersama dengan Gwen, namun saat aku kembali.. Gwen sudah terduduk dan menatapku penuh tanya.
"what?" tanyaku yang di hadiahi tatapan lebih tajam darinya, "aku menerima telfon dari teman dekatku, Danielle,"
"who?" tanyanya.
"Danielle,"
"she is a girl?"
"yes,"
"kenapa kau tidak memberitahuku?"
"karena aku baru saja dekat dengannya, dan saat ingin memberitahukan nya padamu, kita sedang bertengkar,"
"oh,"
Jawaban singkatnya dimaksud kan dengan, 'ceritakan segalanya padaku,'
"she is my classmate, awalnya aku berteman biasa saja dengannya, namun saat ia sedang down, aku datang dan mencoba untuk membantunya, semenjak itu kita menjadi dekat,"
"really?"
"she is just my closest friends Gwen,"
"kita juga dulu seperti itu,"
"you don't believe me?"
"i believe you, i just wondering,"
"okeeey, so?" tanyaku yang di hadiahi senyuman darinya.
"aku senang kau mempunyai teman dekat wanita, setidaknya kau bisa bertanya sesuatu tentang wanita padanya," jawab Gwen dengan tersenyum.
Aku langsung berlari untuk memeluknya, dan melanjutkan tidur kami yang tertunda.
"i believe you, okey?" ujarnya.
"okey," jawabku dengan mengeratkan pelukan padanya.
***
"hey mom," sapaku saat ibu sedang sarapan bersama Justin.
"Manu!" teriaknya seraya memeluk tubuhku sangat erat. "i miss you so much darlin',"
"i miss you too mom,"
"kau sudah sarapan?"
"belum, aku baru saja bangun dan langsung pulang karena ingin bertemu dengan mu sebelum kau berangkat,"
"kau ini, selalu sukses membuat wanita jatuh cinta padamu hanya dengan kalimat sesingkat itu.. ya sudah, kita sarapan bersama,"
Aku langsung duduk di kursi yang bersebrangan dengan Justin, ia nampak lucu dan cocok dengan seragam sekolahnya.
"mom, hari ini biarkan aku yang mengantar Justin ke sekolahnya,"
"benarkah?!" tanya Justin dengan berteriak.
"ya buddy, i'll drive you to school,"
"yeay! teman-teman ku pasti akan senang bertemu dengan-mu Manu," ocehnya.
"memang kenapa?"
"selama kau pergi, ia selalu bercerita kepada teman-temannya jika kau sedang melanjutkan studi kedokteran di London," bisik ibu.
"astaga, dasar tukang pamer,"
Justin terkekeh saat aku berkata tukang pamer padanya. Entah sifat siapa yang akhirnya menurun sampai akhirnya Justin menjadi anak yang sering pamer seperti ini.
"kau tidak boleh pamer seperti itu Justin, bagaimana jika teman yang kurang darimu mendengarnya?" tambahku.
"tidak Manu, aku hanya pamer kepada orang-orang yang sering memamerkan hartanya kepada orang yang kurang mampu, sebab itulah aku membalasnya," jelasnya dengan wajah cemberut.
"benarkah?" tanyaku berbisik pada ibu dan di jawab dengan anggukan, "ah baiklah, kau boleh pamer kalau begitu,"
"yes!" jawab Justin dengan bersemangat.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, aku langsung turun ke bawah untuk mengambil kunci mobil dan mengantarkan Justin ke sekolahnya.
"are you ready?" tanyaku.
"tentu saja!"
Anak ini memang selalu bersemangat saat hendak berangkat ke sekolah, beruntungnya aku mempunyai adik seperti Justin yang tidak pernah rewel hanya karena ingin berangkat ke sekolah.
Selama di perjalanan Justin banyak bercerita tentang teman-temannya, aku tidak menyangka, ternyata anak kecil juga bisa melakukan penindasan seperti itu.. Aku pikir, penindasan hanya akan terjadi di JHS atau SHS.
"lalu, apa kau di tindas juga?" tanyaku.
"tidak," jawabnya sambil tersenyum puas,
"don't lie to me.."
"tidak Manu, mereka tidak menindas ku, mereka selalu berkata aku ini anak yang baik dan asik, lalu mereka menambahkan aku ini anak orang kaya, jadi tidak perlu ditindas,"
Mendengar ucapannya membuatku cukup terkejut, bagaimana bisa anak-anak kecil berkata seperti itu?
"jangan menjadi seperti mereka okey?"
"never in million year!" jawabnya dengan tegas. "aku ingin menjadi seperti mu, menjadi seseorang yang pintar dan akan membahagiakan ibu juga ayah di kemudian hari,"
"yes buddy, kau memang pintar," balasku dengan mengusap bagian teratas kepalanya.
---------------------------------------------------------
Hallo, author back with new part from Manurios 2.. yeeeeeeeey 🎉
Tapi sebenernya, disini author lagi bingung buat nerusin cerita Manurios 2 nya bakalan kayak gimana? Ada yang punya usul? Kalo ada, langsung kirim messages ke author ya, nanti kita berkirim pesan deh disana :p HEHEHE
Ya kalo gak ada engga apa-apa sih, cuma harap bersabar ya kalo author update nya bakalan lama banget! Karena belum ada inspirasi nulis lagi hmm
Segini aja deh sapaan buat kalian, bye-bye.....