Vote dulu sebelum baca yegeyeeee
Lelah berkejar-kejaran dan unboxing kado, Seje akhirnya memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di lantai keramik rumah dengan dua tangan yang terkulai ke atas. Tubuhnya sudah dipenuhi peluh, dengan rambut lepek yang tak lagi tertata dan wajah yang pucat karena lipsticknya sudat lenyap.
Toh, Seje tak peduli.
Selama di rumah ini tak ada mas crush atau Jacob Elordi, ia tak perlu merasa malu atau jaga image. Apalagi cuma Sean yang kini memandanginya dari samping itu, Seje bahkan tak menganggapnya sebagai satu orang yang layak untuk menerima rasa malunya. Walau yaa, dia sudah cukup sering didera malu setiap kali berhadapan dengan Sean.
"80 persen dari keseluruhan kado yang dibuka, semuanya buat lo doang."
Sean yang baru saja ikut merebahkan tubuhnya di lantai itu berujar tanpa dosa. Berhasil memancing atensi Seje untuk menolehkan kepalanya ke samping, melirik pada Sean sebentar dengan bola mata yang diputar malas.
"Makanya, besok-besok tuh undang temen lo lebih banyak." Seje menanggapi santai. Tak bisa mengulum senyum kemenangannya kala menyadari bahwa ungkapan Sean barusan justru menunjukkan bahwa laki-laki itu sedang mengakui keunggulannya.
Lihat, sudah menikah pun, nuansa rivalitas di antara mereka masih begitu kentara.
"Ngapain punya banyak teman tapi gak bermutu. Gue prefer kualitas dibanding kuantitas," celetuk Sean sombong. Berhasil memicu decihan sarkas dari mulut Seje yang seketika itu pula memiringkan tubuhnya, menghadap Sean.
Gadis itu tidak peduli dengan bentukan dirinya yang kini telah tidur menyamping dengan sebelah tangan yang ia jadikan sandaran kepala dan satu tangan lagi yang bertolak di pinggang. Yang ia pedulikan hanyalah bagaimana caranya untuk memberantas mulut sombong Sean yang tak jua berhenti mengeluarkan kata-kata yang tak pernah gagal membuatnya naik pitam.
"Nih ya, gue mau nanya serius nih sama lo." Seje memulai percakapan seriusnya. Matanya memandang berapi-api pada Sean yang tak mau kalah, menghadapkan tubuhnya pada Seje.
"Lo tuh punya tingkat kepedean segitunya tuh dapat dari mana sih?"
Bukannya merasa tersinggung, Sean justru menaikkan satu sudut bibirnya. Membentuk senyum sinis yang terlihat memuakkan di mata Seje.
"Gue bukan lo yang suka kepedean," kata Sean tanpa beban. "Lagian gue bicara apa adanya, gak bermaksud sombong."
"Dih!" Terang saja Seje mencebik tak terima. "Gak sombong apaan, lo barusan sedang menyombong ya setan!"
"Mulut lo emang gak bisa bagus ya ke gue."
"Oh jelas tidak bisa!"
"Cih!"
Sean mencibir.
"Gue serius loh, lo emang udah dari lahir begini ya?" Seje masih serius dengan bahasannya.
"Lo kenapa sih?" Sean yang risih akhirnya memperlihatkan ketidaksukaannya dengan bahasan Seje kali ini.
"Gak kenapa-napa tuh," balas Seje menyebalkan. "Gue cuma penasaran. Bentukan kaya lo begini kok bisa ada gitu. Pede banget, gak tahu diri, mana idup lagi."
"Woah!" Sean yang tak terima lantas bangkit dari posisinya yang tadinya rebahan.
"gue gak tahu diri?" tanyanya kemudian seraya duduk bersila dengan telunjuk yang ia arahkan ke dadanya sendiri.
Seje yang tak mau kalah lantas ikut bangkit. Duduk dalam posisi yang sama dengan Sean dan menghadap pada laki-laki itu dengan tampang berani.
"Perlu gue jelasin secara detil apa aja yang bikin lo layak disebut gak tahu diri?"
"Cih! Go on!"
"Nih ya! pertama, pas SD dulu lo pernah ninggalin gue di kelas sendirian padahal saat itu gue rela-relain buat gak pulang karena mau bantuin lo piket. Terus pas SMP, lo bisa-bisanya ngusir teman gue yang main ke rumah gue cuma pekara mereka gak sengaja marker motor di depan rumah lo. Belum lagi pas SMA, bisa-bisanya lo masuk ke kelas yang sama ama gue dan ngambil ranking gue? Kurang gak tahu diri apa lagi elo? Itu sebagian kecil doang yang gue spill, belom lain-lain!"
"Lah, gue ngambil ranking lo kayanya keliru deh. gue bukan ngambil. Gue nya aja yang emang lebih pinter dari pada elo!"
"Dih pede banget!"
"Loh, udah ada buktinya loh!"
"Bukti apaan?! Lo curang tahu gak sih? Grade lo seharusnya udah di atas gue tapi bisa-bisanya lo malah masuk ke tingkat yang sama ama gue? Lo udah tahu materi saat itu makanya lo bisa jadi ranking satu. Itu kalau gak curang, apa namanya? Udah deh Sean, ngaku aja. Gak usah banyak ngehindar."
"Siapa yang ngehindar? Gue bicara fakta."
"Fakta apaan?!"
"Lo bahas itu dari perspektif lo yang serba berlebihan dan sayangnya itu keliru."
"Keliru apaan!"
"Iya, keliru."
"Lo!—"
"Buktinya dari segi emosional aja lo masih gak jauh beda sama dulu."
"Apa maksud lo?!"
Mendengar satu pertanyaan bernada ngegas dari Seje barusan, refleks Sean mengernyitkan dahi seraya memejamkan matanya sebentar. Agak terkejut dengan suara yang didengarnya dari jarak yang terbilang dekat tersebut.
"Nah ini, lo baru aja nunjukinnya." Sean berujar santai.
"Ihhh, gak jelas banget lo!"
"Nah ini, lo juga sama kaya dulu. Kalau udah kalah, pasti ngalihin topik atau mangkir kaya gini."
Seje yang merasa kian tersudut itu akhirnya mengurungkan niatnya yang tadinya ingin bangkit dan pergi dari hadapan Sean. Selalu saja, begitu sulit bagi Seje untuk memenangkan perdebatannya dengan Sean.
"Lo bisa gak sih gak usah bahas yang dulu-dulu? Kita gak punya memori penting dan bagus buat diingat!"
"Terus maksud lo sekarang itu bakal jadi memori bagus?"
"Gue gak bilang gitu ya!"
"Ya gak apa-apa sih kalau iya."
"Dih?!" Seje mendadak merinding. Tapi alih-alih menyahut kata-kata tidak jelas Sean barusan, Seje memilih untuk melancarkan aksi balas dendamnya.
"Lo dari tadi komentari gue yang dulu-dulu, lo pikir, lo udah berubah jauh? Lo udah jadi lebih dewasa? Enggak! Lo masih sama aja!"
Oke, Seje sekarang persis bocah SD yang sedang tak mau kalah.
"Lo masih sama aja kayak bocah ketika lo main-mainin dalaman gue dan lingerine tadi. Gak nyadar lo?"
Alih-alih menyeriusin cibiran Seje, Sean justru mendapatkan ide baru untuk melawan sosok gadis di hadapannya itu.
"Oh ya?" tantangnya dengan tampang menyebalkan. "Tapi btw, gue baru nyadar deh. Kayanya ada satu hal lagi dari diri lo yang juga gak berubah dari dulu."
Seje tak menanyakan apa-apa sama sekali, tapi dua alisnya yang berkedut seolah menunjukkan betapa ia didera rasa penasaran kala mendengar ucapan ambigu Sean barusan.
"Ukuran itu lo... kayanya sama deh."
What the fuck...
"A cup? AA cup?"
"LO!!"
Spontan Seje membekap mulut Sean dengan tenaga dalam, sampai-sampai ia yang begitu emosional itu tak lagi sempat mengontrol kekuatannya. Alhasil, dorongannya tersebut pun berhasil merubuhkan tubuh Sean kembali tergeletak di lantai. Membuat ia sendiri turut kehilangan keseimbangan dan terjatuh begitu saja ke atas dada Sean.
Oh poor Seje. Sudah emosi jiwa, tahu-tahu berakhir jatuh dalam posisi memeluk musuh bebuyutannya itu.
Well, alih-alih langsung bangun, Seje yang mengaduh karena lututnya sakit itu justru terdistraksi oleh rasa sakitnya dan tak menyadari jika Sean yang ada di bawahnya sudah menegang tubuhnya.
Laki-laki itu tercenung sebentar. Memandang lamat pada gadis yang belum juga menyadari situasi itu. Sampai akhirnya kesadaran memukul kepala Sean yang sempat kosong.
"Kayanya... lo demen banget ya di atas gue."
Di antara banyaknya pilihan kata, Sean memilih rangkaian diksi itu untuk ia ucap pada Seje yang seketika itu pula melayangkan pelototannya pada Sean.
Untuk sebentar, walau hanya sekejap, dua orang itu saling menyelami tatap satu sama lain dalam jarak yang begitu dekat.
Sampai akhirnya Seje yang baru saja hendak meledak, didului oleh sebuah suara langkah kaki yang berasal dari pintu masuk.
"Pagi—eh! Kalian..."
Seje dan Sean yang sama-sama menoleh ke asal suara itu serta-merta melompat saling menjauh kala menyadari siapa sosok yang baru saja datang itu.
"Mas Ilman!!"
Seje memekik panik. Seperti seseorang yang baru saja digap mesum.
Sementara Sean yang tampak lebih santai, hanya menutupi kecanggungannya dengan sebuah lambaian kaku pada Ilman yang sama sekali masih terlihat begitu terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya tadi. Agaknya, dalam hatinya sempat terbersit sebuah pikiran gila yang tak pernah ia kira akan muncul di benaknya.
Mungkinkah ia akan memiliki keponakan sebentar lagi?
Oh hell...
Ilman tidak tahu harus senang atau cemas sekarang.
****
Well, semoga suka dengan part ini ygy xixixixi
thanks for readiiiing
see yaaaaa
-putri-