My Beloved Monster (TAMAT)

Per FireFirena

9.1K 1.5K 258

Alert 18+ Mengenalmu membuatku sadar, bahwa hidup tidak hanya abu-abu saja. Irene Arlandria. Kau orang pertam... Més

1. Monster Itu Bernama Yuu
2. Bodoh, Berandalan & Pahlawan
3. Alasan Tidak Melepaskan
4. Dibenci Itu Sebuah Pilihan
5. Berkunjung
6. Manunggaling Aku dan Kamu
7. Kau Adalah Hiburan Bagiku
8. Dia Milikku Pribadi
9. Berada Disisimu Adalah Keputusanku
10. Rumor
11. Pernyataan Cinta
12. Sisi Rapuh Yuu
13. Bersama Terluka, Berpisah Binasa
14. Dia, Grizzy Avelon
15. Supremasi Cinta
16. Semua Demi Yuu
17. Guardian and Monster
18. Cinta & Hujan
19. Waktu Bersama
20. Malaikat dan Monster
21. Marketing Hati
22. Dia Yang Disangka Tak Pernah Ada
23. Goresan Hati
24. I'll Be Here
25. Yang Tak Terabaikan
26. Diambang Batas Kegilaan
27. Masih Disini, Tidak Akan Pergi
28. Harapan Yang Bermunculan
29. Kebahagiaan Yang Direnggut
30. Sebuah Perlindungan
31. I Love You
32. Malam Bersama
33. Aku, Kamu, dan Hantu Malam Minggu
34. Krisis Hati
35. Retak
36. Teruntuk Mu, Cintaku
37. Monster Pelindung
38. Dongeng Penenang
39. Pilihan Hati
40. Sebab Cinta
42. Hadiah
43. Rencana Masa Depan
44. Neurotik
45. Pengagum Rahasia Lainnya
46. It's Only Me
47. Jangan Berharap Tuk Pergi
48. Touch him
49. Deklarasi Permusuhan
50. Penolakan Untuk Pergi
51. Secercah Cahaya
52. Pemenuhan Harapan
53. Terlelap
54. Bahagia Dan Luka
55. Kebenaran Yang Mengganggu
56. Extra : Langkah Yang Tak Sampai
57. Extra : Akhir Bahagia

41. Hero

51 19 4
Per FireFirena

Sejak awal mereka dua pribadi yang berlawanan. Pada Yuzuru, jika dirinya terluka, orang-orang tidak pernah mau terang-terangan bertanya bahkan menolongnya. Mereka terlalu takut juga pengecut. Pada Irene, semua orang akan berbondong-bondong menghampirinya, seolah hendak mengangkat beban yang ditanggungkan di dua pundak kecilnya. Sekalipun tidak sedikit pula yang mencibir setelahnya. Apalagi Irene memiliki wajah yang imut, suara yang lembut, sekalipun mulutnya seringkali beracun. Dia tetap dipedulikan. Dihujani dengan banyak perhatian. Kasih sayang yang tidak dirinya dapat dari orang tua bisa dia curi dari orang sekelilingnya.

Yuu mulai berpikir mungkin hidup akan lebih mudah jika dia terlahir sebagai seorang cewek seperti pacarnya. Tentu saja yang cantik, seksi, putih, tidak cebol seperti Irene.

Yuu memukul kepalanya sendiri, menyalahkan dirinya yang mulai body shaming walau itu terhadap pacarnya sendiri. Padahal dalam hatinya, sekalipun Irene yang pertama menemukannya dulu bertumbuh pendek, hitam, berambut keriting, dan suaranya seperti kodok. Yuu tetap akan menginginkannya. Dibuat jatuh cinta terhadapnya.

Sorot mata Yuu meredup melihat Irene saat kondisinya yang sekarang ini.

Yuu mendengus pelan. Cowok itu hendak mendekat namun urung dia lakukan. Irene yang hanya duduk mematung, berusaha menimpali sopan setiap pertanyaan yang dilemparkan oleh orang yang dia bahkan lupa siapa. Teman sekelas atau kakak tingkat, Irene tidak terlalu ingat. Suara mereka terlalu samar dalam ingatan. Mereka tidak berhenti, menghujami si cewek kutu buku dengan puluhan pertanyaan awalan 'kenapa'.

Yuu hendak menyingkirkan mereka semua. Tapi cowok itu takut jika kehadirannya membuat Irene kembali dijauhi. Lambat laun Yuu menjadi sosok yang lembek dan mau mengalah asalkan itu demi Irene. Dia bersyukur Irene perlahan mendapatkan teman. Kehadirannya disana hanya akan membuat orang-orang itu kembali menatap Irene dengan tatapan asing.

"Lo gak kesana?" Raisa yang tidak sengaja melihat Yuu diambang pintu dibuat tertarik. Dia memutuskan mendekat walau hatinya lebih menyarankan menjauh.

"Gak." Yuu menjawab ketus. Cowok itu memasukkan satu pilus ke dalam mulutnya. Dia ambil lagi satu butir untuk dia serahkan ke lawan bicara, membuat Raisa hanya tercenung dan ragu-ragu menerimanya. Mengikuti hal serupa memasukkan makanan bulat kecil warna putih ke dalam mulutnya.

"Lo gak takut dia di gangguin lagi?"

"Gak." Yuu kali ini mengupil. Mengelapkan kotoran yang menempel di jari pada tembok disisi. Raisa kali ini menutup mulutnya, mual.

"Lo terima aja Irene didekati banyak orang kayak gitu?" Raisa tidak menyerah. Entah apa yang membuatnya sampai seberani ini mempertahankan topik walau tahu jawaban Yuu hanya sebatas kata-

"Gak."

Sesuai tebakan.

"Bisa lo jawab selain gak?"

Yuu menoleh. Cowok itu menegakkan badannya yang membungkuk, sedaritadi mengintip sang pacar tanpa berani mendekat. Tubuh jangkungnya menjulang tinggi. Raisa menelan salivanya sendiri, tidak menyangka sekalipun dia tinggi masih tidak bisa menandingi sang pentolan kampus.

"Gak." Yuu menyerahkan sebungkus pilus lalu berlalu. Baru dapat lima langkah Yuu berbalik lagi, cowok itu mengambil paksa makanan ringan yang semula sudah dia berikan kepada Raisa. Membawanya segenggam lalu memberikan lagi sisanya. Cowok itu berkata, "Kalau gak abis jangan dibuang. Kasih gue lagi aja soalnya gue doyan."

Dia berlalu lagi. Berjalan tergesa sambil sesekali mendongak -mangap- lalu menjatuhkan beberapa butir untuk dirinya kunyah.

Raisa yang masih di depan pintu dibuat tidak paham. Dia bergumam "Gak jadi gue suka. Ganteng, sih tapi gimana gitu." Raisa meletakkan pilusnya di lantai lalu ikut berlalu.

Raka dengan setumpuk buku yang kebetulan lewat berhenti. Cowok dengan rambut gelombang ikal itu melirik makanan yang baru saja Raisa pegang dan saat ini tanpa tuan. Raka meletakkan bukunya, senderan di tembok lalu membuka bungkusnya. Senyuman mengembang karena merasa Tuhan sangat tahu kondisi perutnya saat ini.

"Punya gue." Yuu kembali. Entah apa yang membawanya kesini lagi, cowok itu merebut bungkus makanan ringan yang baru saja Raka buka, setelahnya berlalu.

Raka bergeming di tempat. Lirikan matanya terfokus pada satu butir pilus yang berhasil dia selamatkan. Hendak dia telan dengan perasaan berat tapi masih direbut oleh Yuzuru. Cowok itu berkata parau, "Sebutir doang, woi! Jangan pelit-pelit ntar kuburan lo sempit."

Yuu menoleh cowok itu membalas sinis. "Gue miskin makanya pelit."

Pada akhirnya Raka berakhir di lorong sepi dengan perut keroncongan sejak pagi. Akhir kisah tragis hari kamis si ketua BEM.

***

"Yuu?" Irene sejak tadi dibuat gelisah. Pasalnya tumben sekali cowok itu tidak menempelinya seperti perangko. Irene cemas Yuu melakukan hal berbahaya dan sembrono hanya demi keisengannya.

"Kalian ada yang lihat Yuu?"

Semua orang menggeleng, beberapa menimpali dengan suara. Sejak pagi tadi cowok itu memang tidak terlihat lagi menjejakkan kaki di kelas. Hanya memastikan Irene duduk di bangku ternyaman lalu pergi hingga sekarang ini.

"Oke makasih." Irene tidak tinggal diam. Cewek itu bergegas keluar ruangan hendak mencari sang pacar sebelum bising gegeran terdengar lagi.

Irene berjalan perlahan menjadikan dinding sebagai bahan sandaran. Menjadi buta tidak terlalu buruk juga. Dia bisa berhenti dihadapkan dengan tatapan tidak suka orang-orang yang menatapnya meski suara mereka tidak mengubah apapun.

Tidak peduli sebaik apapun dirimu, pasti akan ada segelintir orang yang selalu mencibir dan mendoakan hal buruk terjadi padamu.

Setidaknya Irene berpikir realistis. Begitulah kehidupan sosial, tidak ada yang benar-benar tulus. Semua hanya datang dengan mengharap imbalan, sesuatu yang perlu kau berikan sebagai tanda ganti pertemanan.

Hal itu pun berlaku pada Irene dan Yuu saat ini. Yuu memberikan apapun yang Irene mau dengan harapan dia tidak ditinggalkan, begitupun sebaliknya.

"Yuu."

Tidak ada jawaban.

Irene benar-benar khawatir. Tidak biasanya cowok itu minggat tanpa pamit dahulu.

"Lo denger itu?"

"Iya. Katanya dia lagi dikeroyok di depan gerbang kampus."

"Kenapa emang?"

"Gatau. Mungkin dia gak sengaja bikin kesel para preman itu."

Preman?

Itu pasti Yuu.

Irene merasa seperti jantungnya berhenti berdetak. Dia benar-benar telah lengah membiarkan monster itu berkeliaran sendiri tanpa sepengawasannya.

"Permisi. Bisa kalian bawa saya ke gerbang itu." Irene memohon. Air mata mulai menyusuri pipi. Dia selalu cengeng seperti ini.

"Tapi disana bahaya. Kamu bisa terluka kalau deket-deket mereka."

"Saya bakal coba jaga jarak. Saya mohon bawa saya kesana."

Mereka berdua mengangguk. Memberikan uluran tangan lalu tergesa menuntun Irene ke gerbang utama. Irene tidak menyangka akan seramai ini. Kepalanya pening. Sesekali dia mendengar suara yang tidak asing milik seseorang yang dahulu selalu berteriak setiap kali tidak dituruti.

Itu Yuu.

Memang benar Yuu.

"YUU. BERHENTI!"

Semua pasang mata teralihkan oleh dirinya.

"GUE BILANG BERHENTI. LO APA-APAAN, SIH SELALU ASAL MUKUL ORANG, HAH?" Napasnya tersengal. Irene tidak punya waktu untuk mengatur napasnya dulu. "MASIH BELUM PUAS LO NGELIAT GUE KAYAK GINI, HAH? KENAPA LO SELALU BIKIN GUE RIBET?"

Hening. Tidak satupun orang berani bersuara. Kekerasan yang sebelumnya Irene dengar juga menjadi nihil. Yuu di depan ikut menoleh. Cowok itu meludah darah- mengelap sudut bibir juga hidung yang mengeluarkan cairan merah.

"Kenapa lo selalu begini? Kenapa lo gak pernah sekalipun nepatin janji lo." Irene kehabisan kata-kata. Dadanya berdenyut sakit.

"Lagipula lo berantem gini yang bakal sakit cuma lawan lo aja. Lo gak pernah mikirin gimana menderitanya mereka gara-gara lo."

Irene salah.

Yuu tidak berhenti. Cowok itu berjalan terseok menuju satu orang bertubuh gempal. Tinjunya meleset. Yuu tetap mencoba. Dia tetap tidak berhenti melawan walau tubuhnya didominasi nyeri sebelum akhirnya diam saja saat dipukuli. Yuu tidak lagi mempunyai tenaga. Cowok itu susah payah merangkak, meraih ponsel yang ada di saku celana preman yang terlibat cekcok dengannya lalu melemparnya sampai hancur.

"Jangan pernah berpikir macem-macem sama cewek gue atau gue bunuh kalian semua." Yuu terbatuk darah saat ke empat orang yang mengeroyoknya menendangnya secara bergantian.

"BERHENTI!!!" Irene maju. Menorobos kerumunan hanya mengandalkan suara yang dia dengar.

"Oh, dia ceweknya. Dari deket lumayan juga, buta lagi." Ke empat orang itu tertawa bersama sebelum akhirnya tidak sengaja menumbuk manik gelap mengkilat yang seolah tidak lama lagi akan kalap.

"Berengsek." Yuu berdiri. Cowok itu meninju sekuat tenaga sampai si lawan terlempar ke belakang. Belum puas Yuu mengambil bata disisinya yang mengundang jeritan orang di sekitarnya. Yuu benar-benar melemparkan bata ke kepala lawannya. Dia bersungguh-sungguh akan membunuh seandainya pihak keamanan kampus tidak segera datang. Mereka para pengacau asing akan di perkarakan di kantor polisi tapi tidak dengan Yuu. Cowok itu benar-benar terancam dikeluarkan.

Yuu tersenyum lega.

"Sekarang lo aman. Gue bakal selalu ada buat jagain lo, Ren."

Apa maksudnya?

Memangnya bahaya apa yang mengancam Irene sebelumnya sampai dirinya dibuat sampai tidak berdaya seperti sekarang ini. Padahal biasanya Yuu orang paling Over Power yang bahkan melempar orang bisa hanya menggunakan satu tangan saja.

"Gue... hero."

Suara Yuu melenyap. Irene berjalan gusar mencari dimana tubuh Yuu saat ini.

"YUU! LO DIMANA?"

***

Bonus dialog

Raka : "Minta sedikit pilusnya. Gue laper banget."

Yuu (diam).

Raka : "Suwer belum makan seharian."

Yuu (ngunyah).

Irene : "Lagi makan apa? Minta sedikit."

Yuu : "Buat ayang semuanya." (mengeluarkan satu bungkus chiki lainnya).

Raka : "Gue doain lo mencret seharian."

***

Jangan lupa tinggalkan feedback.

Happy reading.

Continua llegint

You'll Also Like

1.8M 26K 43
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
466K 16K 68
HARUS FOLLOW karna Part acak dan Private!! Rate 17+ Sakit! Tentu. Siapa yang tak sakit hati dan kecewa bahkan marah saat dengan tega pacarnya menjadi...
THE SHELTER (Wylbert) Per Nj

Literatura romàntica

519 81 16
Ellie Menner adalah gadis yang berada di bawah naungan tangannya. Melindunginya dari ancaman serta perjanjian. 6 tahun silam, tragedi kematian kakak...
556K 13.2K 7
Lama menghilang dan terpisahkan, Arka dan Dinara kembali dipertemukan sepuluh tahun kemudian dengan keadaan yang berbeda. Dulu, Dinara bisa lari da...