Tentang RaSa |• [TERBIT]

De Helfy_an

1M 107K 34.6K

Terbit di PenerbitGalaxy *Part Lengkap SPIN OFF ZERGIO!!! (18+) Jadi orang ketiga? Oh tentu tidak. Sasa hanya... Mais

Prolog
RaSa |• 1
RaSa |• 2
RaSa |• 3
RaSa |• 4
RaSa |• 5
RaSa |• 6
RaSa |• 7 |17+
RaSa |• 8
RaSa |• 9
RaSa |• 10
RaSa |• 11
RaSa |• 12
RaSa |• 13
RaSa |• 14
RaSa |• 15
RaSa |• 16 | 18+
RaSa|• 17
RaSa |• 18
RaSa |• 20
RaSa |• 21
RaSa |• 22
RaSa |• 23
RaSa |• 24
RaSa |• 25
RaSa |• 26
RaSa |• 28
RaSa |• 29
RaSa |• 30
RaSa |• 31
RaSa |• 33
RaSa |• 34
RaSa |• 35
RaSa |• 36
RaSa |• 37
RaSa |• 38
RaSa |• 39
RaSa |• 40
RaSa |• 41
RaSa |• 42
RaSa |• 43
RaSa |• 44
RaSa |• 45
RaSa |• 46
RaSa |• 47
RaSa |• 48
RaSa |• 49
RaSa |• 50
RaSa |• 51
RaSa |• 52
RaSa |• 53 [END]
Epilog
TRaSa Lanjut ke?
Vote Cover
Spesial Chapter!

RaSa |• 19

15.3K 1.8K 518
De Helfy_an

Selamat malam!
Gimana kabarnya hari ini? Wkwk
Ttp semangat nungguin RaSa up kan?

Jangan bosen-bosen ya...

.

Happy Reading ❤️

_____

Setelah sarapan di hotel, Sasa langsung merengek ingin diajak jalan-jalan oleh Rafa.

Berhubung mulai besok Rafa akan sibuk memindai pembangunan hotel barunya yang jaraknya agak jauh dari hotel tempat mereka menginap, jadilah sekarang Rafa menuruti permintaan Sasa yang ingin jalan-jalan keluar.

Lagipula, mereka sudah istirahat berjam-jam tadi. Sekarang saatnya beraktifitas yang dapat dipastikan akan sangat melelahkan.

Sejujurnya, Rafa dan Sasa adalah tipe orang yang lebih nyaman berdua di tempat yang tidak ramai. Tapi karena mereka hanya punya waktu bebas di luaran sana pada saat ini saja, jadi mereka memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya.

Rafa mengajak Sasa ke pusat perbelanjaan hanya untuk sekedar menikmati jalan berdua tanpa takut diawasi.

Sekarang mereka baru keluar dari bioskop setelah di-request Sasa tadi.

"Nonton mau?" tawar Sasa kala itu mereka melewati stand bioskop.

Rafa melirik. "Mau film apa?" tanya Rafa menyanggupi.

Sasa berpikir sejenak. "Mmm, gak tau. Pengennya action, tapi bagusan romance deh. Kan lagi berdua, jadi cari moment tuh yang romantis biar kebawa ke dunia nyata," oceh Sasa membuat Rafa tersenyum gemas.

Rafa yang tidak begitu menyukai film tetap menuruti permintaan kecil Sasa. Ia beralih menggandeng tangan Sasa memasuki bioskop.

Mereka memilih film yang rasanya cocok untuk ditonton. Tak lupa juga membeli pop corn untuk melengkapi kegiatan nonton mereka.

Bahkan sepanjang film nya jalan, Rafa tidak begitu memerhatikan layar lebar tersebut. Ia malah duduk menyamping dengan mata yang tidak terlepas dari wajah Sasa yang terus mengeluarkan ekspresi-ekspresi menggemaskan di matanya.

"Mau ke mana lagi?" tanya Rafa mengecup punggung tangan Sasa.

"Belanja? Beli yang couple yuk," ajak Sasa lagi.

Rafa? Tentu saja ia menuruti. Kan Rafa sudah bilang, apapun yang Sasa minta akan ia turuti. Kecuali jika gadis itu meminta berdekatan dengan laki-laki lain, barulah Rafa kurung dia di kamar.

Mereka memasuki toko pakaian. Entah itu pakaian laki-laki, perempuan dan anak-anak sekalipun. Semuanya ada di sana.

Sasa menghampiri salah satu piyama yang berpasangan. Bukan hanya berpasangan untuk sepasang laki-laki dan perempuan dewasa.

Tapi ada dua lagi untuk anak kecil. Hal itu mengundang senyuman penuh kekaguman di wajah Sasa.

"Mbak!" panggil Sasa pada salah satu pramuniaga wanita yang kebetulan ada di dekatnya.

"Iya mbak?" tanya pramuniaga itu setelah menghampiri Rafa dan Sasa.

"Ini bajunya bisa gak dipesan terpisah? Maksudnya cuma mau ambil yang pakaian dewasanya aja," tanya Sasa sembari menyentuh kain baju piyama yang sedari tadi menarik perhatiannya.

Pramuniaga itu tersenyum sungkan. "Maaf mbak, bajunya sepasang untuk satu keluarga. Untuk orang tua, dan juga anak-anaknya," ucap pramuniaga itu tersenyum tipis.

Senyum di wajah Sasa langsung surut. Hal itu langsung disadari Rafa, karena sejujurnya ia tidak begitu mendengar percakapan kekasihnya dengan sang pramuniaga.

Mata dan pikirannya hanya terpusat pada Sasa.

"Bungkus aja," titah Rafa pada pramuniaga tadi. Kemudian kembali menarik tangan Sasa untuk melihat-lihat yang lain tanpa menunggu kekasihnya itu protes.

"Tapi baju itu----"

"Gapapa. Nanti buat anak kita," sela Rafa santai.

Sasa mengerucutkan bibirnya kesal, tapi juga malu. Mendengar kata 'anak kita' dari mulut Rafa, Sasa jadi membayangkannya.

"Jangan senyum-senyum kenapa sih?" tegur Rafa sebal ketika beberapa pasang mata laki-laki melirik wajah cantik Sasa yang tengah senyum-senyum.

Sasa terkekeh pelan. Ia mengekor ketika Rafa membawanya ke kasir dan membayar baju tadi.

"Gak mau beli lagi?" tanya Rafa pada Sasa yang dengan cepat menggeleng.

"Ke mana lagi kalo gitu?" tanya Rafa dengan kening mengernyit.

"Jalan-jalan yuk. Di tempat yang adem tapi gak ramai," pinta Sasa memelas.

Rafa mengernyit. Sejujurnya ia tidak begitu pandai mengingat tempat-tempat romantis. Lagipula, sejak dulu memang Rafa tidak pernah kencan. Baru dengan Sasa ia melakukan hal seperti ini.

Karena merasa tidak punya pilihan, Rafa akhirnya membawa Sasa keluar dari Mall. Dan yah, hari sudah gelap, menandakan jika mereka Berjam-jam menghabiskan waktu di Mall ini karena menonton bioskop tadi.

Baru saja Rafa ingin merepotkan Dion, Sasa yang tengah men-search tempat wisata di ponselnya langsung memekik.

"ASTAGA RAF!!"

"Ck, apa sih?" desis Rafa kaget.

Sasa tertawa pelan. "Hehe, kita ke Devdan show aja. Pengen nonton pertunjukan nya. Udah buka ini jam segini," pinta Sasa sembari menyodorkan ponselnya di depan wajah Rafa.

"Gak bosen nonton terus?" tanya Rafa memastikan.

"Tadi tuh nonton film romantis. Kalo ini kita nonton teater pertunjukan budaya Indonesia. Jadi beda. Lagian kalo sama kamu gak bosen kok," gumam Sasa dengan mengecilkan suara pada kalimat akhirnya.

Beruntung Rafa tidak mendengar kalimat terakhir Sasa. Jadilah sepanjang jalan Sasa tersenyum-senyum dengan menatap wajah Rafa dari samping.

Devdan Show memang sangat menarik bagi para wisatawan seperti mereka, karena di sana mereka bisa menyaksikan pertunjukan tentang budaya dan keindahan Indonesia. Kapan lagi ke sana dengan ditemani kekasih hati?

Tentu saja Sasa tidak akan mau melewatkannya.

'Oke maaf sombong sedikit. Gue udah ke sini sama Rafa, Syela. Sekali lagi sorry banget.'

Keantusiasan Sasa di sepanjang pertunjukan pada Devdan show begitu membuat Rafa puas. Hanya dengan melihat wajah bahagia gadis itu, senyum tulus langsung terpatri di wajah Rafa.

Yah, sebesar itu pengaruh Sasa dalam hidupnya.

Bahkan setelah mereka keluar dari tempat itu, binar bahagia di wajah Sasa tidak juga menghilang. Gadis itu semakin mengeratkan rangkulannya pada lengan Rafa dengan mata berbinar.

"Aku seneng banget hari ini," ucap Sasa sembari mendongak untuk menatap mata Rafa.

"Kapan-kapan kita jalan lagi," balas Rafa tenang.

Laki-laki itu menyelipkan anak rambut Sasa ke belakang telinga gadis itu sendiri. Kemudian tangannya bergerak mengelus pipi mulus kekasihnya.

"Sekarang, waktunya cari makan," sambung Rafa berganti merangkul pundak Sasa.

"Makannya jangan di tempat yang terlalu mewah tapi ya?" pinta Sasa memelas.

Rafa terkekeh pelan. "Apapun permintaan kamu, aku turutin," ucapnya santai.

Rafa dan Sasa baru kembali ke hotel setelah perut mereka kenyang. Terutama Sasa yang puas sekali jalan-jalan bersama Rafa.

Saat ini keduanya tengah berada di kamar masing-masing. Rafa di kamar yang tempat mereka istirahat saat sampai tadi, dan Sasa di kamar sebelah.

Mereka tidak mungkin selalu tidur sekamar tanpa ikatan pernikahan. Apalagi Rafa laki-laki normal, takutnya ia kelepasan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.

Tapi di kamar mereka terdapat sebuah pintu penghubung. Lebih tepatnya mereka memesan ruangan yang tersambung. Mereka bisa keluar masuk kamar masing-masing melalui pintu penghubung itu dari pada harus keluar.

"Sasa!" panggil Rafa dari kamarnya.

Tok tok tok

Entah sudah berapa kali Rafa mengetuk pintu penghubung kamar mereka, tapi Sasa yang saat itu tengah bersolek di depan cermin malah mengabaikan panggilan kekasihnya.

"Sa, aku masuk nih!" ancam Rafa kesal. Ia tahu jika Sasa sengaja tak menjawab.

Rafa kembali menggedor pintu. Tapi saat ia akan mendobrak, Sasa tiba-tiba muncul di depannya dengan tangan bersidekap.

"Apa?" tanya Sasa datar.

Rafa cemberut. Dengan cepat ia menarik tangan Sasa hingga tubuh mungil gadis itu tenggelam dalam dekapan hangat Rafa.

"Lama," dengus Rafa sembari berjalan ke ranjangnya tanpa melepaskan pelukan mereka.

"Tidurnya pisah loh, Raf," ucap Sasa ketika Rafa merebahkan tubuh mereka berdua di atas ranjang. Dengan kondisi saling berpelukan.

Ah, lebih tepatnya hanya Rafa yang memeluk erat tubuh Sasa.

"Ya nanti kalo aku udah tidur baru kamu pindah," kilah Rafa tak mau kalah.

Sasa mendengus pelan. Tapi akhirnya ia mengalah dengan balik memeluk Rafa. Tangannya pun ikut aktif mengelus rambut Rafa agar laki-laki itu segera tertidur.

"Kan gini enak," gumam Rafa sedikit bergerak ke bawah agar kepalanya tenggelam pada cekukan leher Sasa.

Sasa terkekeh tanpa suara. Ia juga memejamkan mata, tapi Sasa tidak berniat tidur di kamar Rafa. Mereka harus tidur terpisah, karena jika selalu bersama, bisa-bisa jadi kebiasaan. Padahal mereka belum menikah.

Mata Sasa yang terpejam, sontak langsung terbuka ketika ponsel milik Rafa yang ada di atas nakas berdering. Posisinya Sasa yang berada di pinggir ranjang dekat nakas itu berada, jadi gadis itu mendengar jelas dering ponsel Rafa.

Sasa melirik ke bawah untuk mengecek apakah Rafa sudah benar-benar tertidur atau belum. Ketika merasa Rafa tidak terganggu, Sasa akhirnya mengambil ponsel Rafa tanpa melepaskan dekapannya di kepala Rafa.

Kening Sasa mengerut ketika menemukan nama si pemanggil. Lagi-lagi Syela.

Sasa beralih men-silent ponsel Rafa tanpa mengangkat panggilan telepon dari Syela, agar tidak ada yang mengganggu tidur kekasihnya itu. Dan benar saja, begitu Sasa meletakkan ponsel Rafa kembali, ponsel itu terus berkedip tanpa suara. Menandakan jika Syela kembali menelfon.

"Sorry Syel. Seminggu ini Rafa milik gue doang," gumam Sasa datar.

Setelah merasa tugasnya menidurkan Rafa selesai, Sasa akhirnya kembali ke kamarnya. Tentu ia bergerak melepaskan diri dari Rafa dengan penuh kehati-hatian.

Cukup sulit memang, tapi syukurlah Sasa bisa pergi tanpa membangunkan Rafa dari tidurnya. Karena jika tidak, Sasa akan kesulitan menidurkan Rafa kembali.

***

Keesokan paginya, Rafa dan Sasa sarapan bersama di kamar hotel Rafa. Beberapa menit lagi Rafa akan berangkat ke lokasi pembangunan hotel barunya.

Kali ini Sasa tidak ikut. Meskipun Rafa sudah membujuknya berkali-kali. Karena Sasa beralasan jika ia ingin tiduran saja.

Lelah sekali setelah beraktifitas dari kemarin.

Mereka berdua sarapan dengan menu nasi goreng spesial. Sesuai keinginan Sasa yang inginnya memakan makanan itu. Rafa tentu saja mengikut.

Rafa juga sudah bersiap sedari tadi. Tentu saja pakaiannya disiapkan Sasa.

Oh, sebenarnya Dion juga ikut. Tapi laki-laki itu dilarang Rafa untuk muncul di hadapannya ketika ia tengah bersama Sasa.

Kata Rafa, Dion akan jadi pengganggu jika muncul di tengah-tengah kebersamaannya dengan Sasa. Padahal biasanya keperluan Rafa selalu disediakan Dion jika mereka ke luar kota atau ke luar negeri untuk urusan pekerjaan.

Sekarang, malah Rafa membuang Dion begitu saja karena sudah punya Sasa yang mengurusnya. Kalau kata Fano, Rafa itu definisi orang tidak tau diri!

"Jangan kemana-mana. Kalo mau sesuatu telfon aku. Nanti aku suruh Dion," ucap Rafa setelah menyelesaikan makannya.

Sasa yang belum selesai makan hanya mengangguk mengerti. Gadis itu melirik Rafa yang kini berjalan ke cermin untuk sedikit merapikan penampilannya.

"Dion gak ikut kamu ke sana emangnya?" tanya Sasa di sela-sela makannya.

Rafa menggeleng. "Enggak. Dia jagain kamu aja di sini," jawabnya serius.

"Padahal aku gapapa loh."

Rafa mengabaikan. Laki-laki itu segera memencet bel dekat pintu untuk memanggil pelayan, setelah melihat Sasa memasukkan suapan terakhir di mulut.

Begitu pelayan datang dan membawa pergi peralatan makan mereka, Rafa langsung menarik tangan Sasa agar berdiri di depannya.

"Aku gak tenang kalo kamu sendirian." Tangan Rafa mengelus pipi lembut Sasa. "Lagian Dion gak akan ngawasin kamu secara langsung. Aku gak rela," sambung Rafa datar.

Laki-laki itu berjalan mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Mengantonginya tanpa membuka benda tersebut.

"Aku pergi. Nanti siang aku jemput," ucap Rafa berjalan keluar pintu. Sasa mengekor di belakangnya.

Begitu sampai di depan pintu, Rafa menangkup kedua pipi Sasa dan memberikan kecupan di kening kekasihnya itu.

Cup

"Inget, jangan kemana-mana tanpa ijin," peringat Rafa tajam.

Mengingat jika Sasa seringkali melanggar jika ia beritahu, membuat Rafa mewanti-wanti gadis itu agar tidak nakal lagi seperti malam di mana Sasa malah ke club tanpa sepengetahuannya.

"Iya enggak," pasrah Sasa mengalah.

Sasa melambaikan tangannya ketika Rafa akhirnya berjalan pergi. Meninggalkan Sasa yang kini kembali masuk ke dalam kamar. Tak lupa mengunci pintu dan memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamar hotel yang menguarkan aroma tubuh Rafa.

Sedangkan Rafa mulai sibuk dengan pekerjaannya ketika ia sampai di lokasi tempat di mana hotel barunya akan dibangun. Rafa tidak begitu memperhatikan sekitarnya, termasuk ponselnya yang terus berkedip-kedip menandakan adanya telepon masuk.

Ponselnya yang dalam keadaan hening, membuat Rafa tidak tau jika ia sudah ditelepon ratusan kali oleh seseorang.

Pikiran Rafa hanya diisi dengan pekerjaannya dan juga Sasa. Harusnya Rafa memerlukan waktu tak cukup seminggu jika hanya ingin memantau pembangunan hotel barunya.

Tapi karena ingin liburan berdua dengan Sasa, ia sengaja melebih-lebihkan hari jika ia harus di Bali selama seminggu pada Sasa. Untung saja kekasihnya itu percaya.

Pembangunan hotel Rafa bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga setahun pun bisa. Karena Rafa membangun Hotel ini sampai berlantai enam.

Untuk siapa hotel itu? Oh, Rafa sudah merencanakan ini dari jauh hari. Rafa ingin hotel barunya atas nama putranya dengan Sasa.

Meskipun hubungan mereka masih tidak jelas. Tapi Rafa ingin menanyakan itu pada Sasa nanti. Menyiapkan nama dari sekarang tidak masalah bukan?

Tentu Sasa tidak boleh tau rencananya yang ingin memakai nama itu sebagai pemilik Hotel barunya ini.

Kenapa tidak menggunakan nama Sasa saja? Oh tentu saja sudah cukup.

Gedung Apartement milik Rafa yang berlantai 20 itu merupakan atas nama Sasa Zamora. Rafa membangunnya beberapa tahun lalu semata-mata karena kegabutannya. Lebih tepatnya, karena hubungannya dengan Sasa yang sedang merenggang.

Karena merasa otaknya terus memikirkan Sasa, Rafa akhrinya membangun gedung Apartement dengan uangnya sendiri. Sasa tidak tau itu, karena Rafa hanya akan memberitahunya setelah mereka menikah, nanti.

.

.

.

Sorry, chapter ini pendek banget...
Lagi gak mood nulis...
Kurang semangat aja, wkwk

Oh ya, yg mau ikutan RP ada?
Lagi open RP buat👇


1. Claretta, bininya Fano
2. Nanda
3. Itu Vela, calon bininya Agra

Vela tuh jarang nongol di sini. Tapi di novelnya Zergio dia banyak scene nya. Jadi gak masalah kalo masih pada banyak yang gak tau karakternya. Cuma kalo ada yg bisa nebak juga baguslah wkwk

Itu RP nya buat di IG sama di WA yah

Jangan lupa chat nomornya si ananda di banner itu...

Bay bay!!

.

14/07/21

Continue lendo

Você também vai gostar

442K 18K 26
Kenzo. Satu nama yang akhir-akhir ini berseliweran di otak seorang Sita. Sita Mahadewi, gadis asli Indonesia keturunan Jawa ini yang satu tahun belak...
97.3K 8.4K 36
"Dia hebat, ya. Bisa membuat hidupku kelabu, namun juga bisa membuat hidupku berwarna" ©innerale August 2018 May 2020 [Revisi]
985 55 3
⚠️JANGAN SALAH LAPAK⚠️ INI LAPAK BXB/HOMO/GAY JADI YANG TIDAK MENYUKAINYA JANGAN MENCOBA MEMBACANYA!!!
6.3M 324K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...