R¹ : R E S E T. [END] ✔️

By Mutiara1210

8.1K 2.9K 380

Percayakah kamu tentang time traveller? atau Percayakah kamu tentang takdir yang bisa diubah? Ada pepatah b... More

Prolog.
Awalan.
RESET : 2
RESET : 3
RESET : 4
RESET : 5
RESET : 6
RESET : 7
RESET : 8
RESET : 9
RESET : 10
RESET : 11
RESET : 12
RESET : 13
RESET : 14
RESET : 15
RESET : 16
RESET : 17
RESET : 18.
RESET : 19
RESET : 20.
Bagian ke 21.
Bagian: 22
Bagian ke 23
bagian: dua puluh empat
Bagian: 25
Bagian: 26
Bagian: 27
Bagian: Dua puluh 9.
Bagian: 30
Bagian: 31
Bagian: 32
Bagian: 33
bagian: 34
RESET : 35
RESET : 36
RESET : 37
RESET : 38
RESET : 39
RESET : 40
RESET : 41
RESET : 42
RESET : 43
RESET : 44
RESET : 45
RESET : 46
RESET : 47
RESET : 48
Epilog.

Bagian: 28

72 18 1
By Mutiara1210

"Semua pencapaian butuh
Usaha, keringat, dan
Juga air mata."

— R E S E T —



Hubunganku dengan ayah semakin meregang setelah hari itu. Sudah segala usaha aku lakukan untuk berbicara dengan ayah, tapi semuanya selalu gagal begitu saja. Seperti ada sebuah benteng besar diantara kami berdua yang membuat aku benar-benar kesulitan untuk dekat dengannya. Padahal aku berpikir semua sudah berada digenggaman tangaku, tapi ternyata aku salah. Kekuasaan yang benar-benar bisa mengalahkan segalanya. Aku sangat yakin ayah Ranty ikut campur tangan dalam persoalan kali ini. Memang bukan aku yang mereka usik, tapi ayahku sendiri!

Lihatlah betapa tertekannya ayah bersama dengan ibu dari masa muda seperti ini. Aku rasanya benar-benar ingin menjerit sekarang, aku tidak tahan dengan semua ini, aku muak melihat ibu. Masih tidak percaya bahwa aku lahir dari rahimnya, sungguh ironis.

Aku berjalan beriringan dengan Yohan di lorong kelas, kami berdua baru saja dari perpustakaan untuk meminjam buku tambahan pelajaran yang mungkin materinya tidak ada didalam buku biasa kami. Seakan waktu diatur tuhan sedemikian pasnya, aku dan Yohan bertemu Juan bersama Ranty dari arah berlawanan.  Kami berpas-pasan lewat saling berhadapan dengan arah jalan yang berbeda.

Ayah masih dengan wajah dinginnya melewati aku begitu saja, akupun sama, karena sudah lelah mengejar ayah berhari-hari untuk sekedar berbicara lalu diabaikan membuatku malas untuk sekedar melihat sosoknya. Memang seharusnya aku tidak marah dengan ayah, tapi tetap saja kenapa ayah bisa diperalat oleh ayahnya Ranty? Apa yang membuat ayah begitu pengecut dalam menghadapi orang itu?

-oO0Oo-

[HARI - H olimpiade tingkat nasional.]

Seminggu bukan waktu yang mudah untuk aku dan Yohan membiasakan diri untuk bekerja sama dalam bertanding sekarang. Aku sudah terbiasa belajar bersama ayah dan merencanakan strategi bersama, sangat aneh jika partnerku berubah sekarang.

Aku menunggu di ruang tunggu khusus timku. Pertandingan akan dimulai 15 menit lagi, untuk memanfaatkan waktu aku membaca segala materi yang dicatat. Aku menghapalkan materi itu sembari memikirkan Juna, padahal yang menyusun ini adalah kami berdua.

Brak!

Suara pintu membuatku terkejut dan membuyarkan segala lamunanku. Yohan terlihat datang terburu-buru dari pintu lalu menghampiriku, wajahnya sangat berbinar-binar kesenengan seperti anak kecil yang dituruti orang tuanya membeli mainan.

"Gue boleh peluk lo?" tanya dia.

Aku membulatkan mata, "HAHHHHHHHH??"

Tanpa mengulang pertanyaan, dia langsung menarik tubuhku begitu saja. Dengan perasaan bingung dan kaget aku diam saja mematung ketika Yohan memelukku. Tanganku yang masih memegang kertas catatan berada ditengah antara kami berdua. Sumpah, aku tidak tahu harus apa sekarang.

"makasih! Makasih banyak! Gue bener-bener berterima kasih sama lo!" ucap Yohan saat memelukku.

"L-loh kok?!" kataku masih sangat bingung dengan situasi ini.

"karena lo, gue bisa bawa pulang ibu gue." jawabnya.

"lah, Emang ibu lo kemana? Tamasyah?"

Yohan melepaskan pelukannya, "intinya gue berterimakasih, kita harus menangin olimpiade ini karena ibu gue dateng buat nonton. Gue yakin kita bisa bekerja sama dengan baik, lo harus semangat supaya gue juga semangat ya, Nay."

"O-o ... Oke." jawabku dengan canggung.

Sesi pertama dalam olimpiade ini pun dimulai. Aku akan menjelaskan sedikit tentang pertandingan olimpiade hari ini. Akan ada 3 sesi, sesi pertama adalah mencari huruf yang hilang untuk menyusunnya menjadi sebuah kata. Sesi kedua adalah perdebatan sesuai hukum untuk membicarakan tema kasus kemanusiaan nantinya. Sesi ketiga adalah kuiz lisan yang pernah dilakukan saat seleksi olimpiade. Seluruh poin akan digabungkan berdasarkan tiga sesi tersebut, tim dengan poin tertinggi sudah pasti akan menduduki juara pertama.

Sesi pertama ini akan mencari huruf yang hilang dari sebuah kata istilah atau kata spesial dari setiap pelajaran anak IPS. Sebuah dering pertandingan dimulai. Total 37 tim dari perwakilan sekolah berbeda bersiap untuk menerima teka-teki pertama dari layar monitor.

1. _ _ d _ _ r

Semua tim menuliskan setiap huruf yang hilang dilayar tab mereka, dan akan langsung dikirimkan ketika jawaban sudah dipastikan benar oleh peserta. Penjawab tercepat tentu saja mendapat poin tambahan.

Setelah waktu habis, secara otomatis jawaban akan terkirim dengan sendirinya. Setelah menunggu 30 detik, sebuah jawaban benar muncul dilayar monitor.

1. L E D G E R

Peserta yang merasa menjawab dengan benar bersorak gembira. Tentu saja aku juga ikut bersorak karena aku menjawab dengan benar. Yohan juga ikut bersorak walaupun dia sedikit terlambat mengirimkan jawaban.

Setelah 6 soal teka-teki dikeluarkan, dan dijeda 5 menit beristirahat, semua tim kembali bertanding untuk memulai pertandingan sesi kedua. Kali ini dibagi 2 tim melawan 2 tim. Aku dan Yohan bergabung dengan satu tim yang berasal dari sekolah madrasah. Kami dikumpulkan dalam satu meja bundar untuk berdebat dengan alibi kami masing-masing dan tentu saja berdasarkan undang-undang yang ada di Indonesia.

Tema kasus kali ini adalah "PEMBUNUHAN SEORANG SUAMI TERHADAP SELINGKUHAN ISTRINYA."

perdebatan berlangsung 20 menit, tim kami kedapatan menjadi seorang jaksa penuntut bagi sang suami. Sedangkan tim lawan berperan sebagai pengacara pembela dari korban pembunuhan tersebut. Kami saling mendebatkan opini kami masing-masing, perdebatan berjalan cukup panas kali ini. Lawanku bukanlah lawan yang biasa, dua tim yang disatukan itu sama-sama kuat.

Untung saja Yohan sangat berperan besar disesi kedua kali ini, Yohan benar-benar mampu membalikkan keadaan dan membuat lawan terpojok. Terlebih lagi setiap undang-undang yang ia hapalkan dengan baik membuat lawan membungkam mulut mereka. Sepertinya Yohan memang sudah cocok sekali menjadi Jaksa.

Sesi ketiga dimulai setelah 10 menit beristirahat. Kuiz lisan dimulai dengan 2 bahasa, bahasa mandarin dan bahasa melayu. Materinya random, alias tidak dikasih sebuah clue pelajaran disini.

-oO0Oo-

Waktu pengumuman pun datang setelah menunggu 3 jam perhitungan poin dari juri. Seluruh peserta yaitu 37 tim berkumpul ditengah lapangan stadion untuk menunggu para pemenang dibacakan. Seluruh penonton yang disana sudah berteriak ramai menyemangati jagoan mereka masing-masing. Aku melirik Yohan yang sedang melambaikan tangan sembari tersenyum kepada ibunya.

Rasanya sangat iri melihat Yohan bisa ditonton oleh ibunya, aku juga ingin merasakan sensasi seperti itu. Tidak ada keluarga yang benar-benar kandung menontonku sekarang, hanya ibu Nayya yang hadir saja untuk menyemangati anaknya yang sebenarnya bukan anaknya ini.

Rasanya aku ingin sekali ayah menonton, tapi apa daya, ayah tidak ada disini. Aku ingin sesosok ayah dimasa depan datang kesini untuk melihat putri hebatnya bertanding, tapi itu mustahil yang bahkan ayah dimasa sekarang pun tak ikut hadir disini.

"Salam pintar semuanya, saya yakin seluruh penonton serta tiga puluh tujuh tim disini sedang menantikan pengumuman dari dewan juri. Ditangan saya sudah ada 3 tim dari sekolah yang berbeda. Saya ingatkan lagi untuk juara utama dalam olimpiade ini mendapat hadiah beasiswa ke Harvard University." ucap sang pembicara dibalik bilik seperti orang sedang berkampanye.

Saat aku menunggu dipinggir panggung stadion dekat penonton, tiba-tiba saja Dira berlari ke arahku sembari memanggil namaku berkali-kali. Sempat awalnya aku abaikan karena takut dianggap tidak beretika dalam olimpiade ini. Namun Dira seakan tidak menyerah untuk menyampaikan sesuatu kepadaku.

Dengan langkah sembunyi-sembunyi aku mencoba merespon Dira.

"apa sih?" tanyaku dengan kesal.

"Angga!" jawab dia dengan wajah yang pucat.

"kenapa?"

"Angga meninggal. Bunuh diri."

Deg!










***

Continue Reading

You'll Also Like

3.1K 513 63
Ini sebuah kisah tentang sebuah pendewasaan diri dari seorang anak yang memahami apa arti sebuah cinta.
1.3M 90.4K 44
Livia Larodi, si bungsu dan wanita satu-satunya dalam keluarga, pergi ke Inggris untuk membuktikan pada kedua saudaranya bahwa ia mampu mandiri tanpa...
310 75 5
Sebuah cerita wattpad yang berisi khayalan. Sebuah khayalan tingkat tinggi pria cacat
998K 93.9K 30
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...