My Beloved Monster (TAMAT)

By FireFirena

9.1K 1.5K 258

Alert 18+ Mengenalmu membuatku sadar, bahwa hidup tidak hanya abu-abu saja. Irene Arlandria. Kau orang pertam... More

1. Monster Itu Bernama Yuu
2. Bodoh, Berandalan & Pahlawan
3. Alasan Tidak Melepaskan
4. Dibenci Itu Sebuah Pilihan
5. Berkunjung
6. Manunggaling Aku dan Kamu
7. Kau Adalah Hiburan Bagiku
8. Dia Milikku Pribadi
9. Berada Disisimu Adalah Keputusanku
10. Rumor
11. Pernyataan Cinta
12. Sisi Rapuh Yuu
13. Bersama Terluka, Berpisah Binasa
14. Dia, Grizzy Avelon
15. Supremasi Cinta
16. Semua Demi Yuu
17. Guardian and Monster
18. Cinta & Hujan
19. Waktu Bersama
20. Malaikat dan Monster
21. Marketing Hati
22. Dia Yang Disangka Tak Pernah Ada
23. Goresan Hati
24. I'll Be Here
25. Yang Tak Terabaikan
26. Diambang Batas Kegilaan
27. Masih Disini, Tidak Akan Pergi
28. Harapan Yang Bermunculan
30. Sebuah Perlindungan
31. I Love You
32. Malam Bersama
33. Aku, Kamu, dan Hantu Malam Minggu
34. Krisis Hati
35. Retak
36. Teruntuk Mu, Cintaku
37. Monster Pelindung
38. Dongeng Penenang
39. Pilihan Hati
40. Sebab Cinta
41. Hero
42. Hadiah
43. Rencana Masa Depan
44. Neurotik
45. Pengagum Rahasia Lainnya
46. It's Only Me
47. Jangan Berharap Tuk Pergi
48. Touch him
49. Deklarasi Permusuhan
50. Penolakan Untuk Pergi
51. Secercah Cahaya
52. Pemenuhan Harapan
53. Terlelap
54. Bahagia Dan Luka
55. Kebenaran Yang Mengganggu
56. Extra : Langkah Yang Tak Sampai
57. Extra : Akhir Bahagia

29. Kebahagiaan Yang Direnggut

121 22 6
By FireFirena

Jeng Jeng Jeng!!!

Yuu melebarkan tangan -mempersembahkan sungai dengan airnya yang tenang -membuat Irene yang memeluk peralatan mancing melongo.

Kencan romantis yang Yuu maksudkan, acara mancing ini?

Cowok itu pasti hanya mencari-cari alasan agar Irene mau menemani menghabiskan waktu kegabutan-nya.

Irene menggeleng-geleng sebelum akhirnya menjatuhkan semua yang semula dipeluknya. Kedua kaki pendeknya menghentak tanah sebal. Yuu tidak peduli. Cowok itu malahan lebih asik bermain dengan cacing, memilih, sebelum akhirnya dia tarik menjadi dua bagian untuk dikaitkan -dijadikan umpan.

Irene yang merasa diduakan dengan cacing memilin perutnya. Mual menyerang.

"Lo kenapa mual-mual gitu?" Yuu bertanya lempeng, masih dengan satu tangannya yang memegang cacing menggeliat.

Irene tidak menjawab. Sebaliknya cewek itu berlari menuju pohon terdekat. Dia memuntahkan semua sarapannya pagi ini dengan pohon pinus sebagai sandarannya.

Yuu itu... Jorok sekali.

"Ck. Belum juga gue masukin, baru gue grepe grepe doang masa udah hamil." Cowok itu tidak terlihat terlalu ambil pusing.

Irene kembali. Tubuhnya terhuyung kesana kemari. Mukanya berubah pucat pasi. Dia masih tidak menyangka, kencan pertamanya akan sekacau ini. Kacau. Kacau. Kacau.

"Yuu!"

"Apa sayang?" Cowok itu menyahut, menoleh, lalu mengumbar senyuman manis. Benar-benar manis sampai membuat Irene sekali lagi menyadari pesona cowok itu. Gigi taring dikedua sisi yang lebih kentara dibanding dengan kebanyakan orang lainnya membuat cowok itu semakin mempesona dengan caranya sendiri. Rambut hitam legam yang melambai pelan ditiup angin, sesekali menutupi sampai matanya, menjadikannya coganable yang sangat pantas disandingkan dengan sebutan jajaran kaum-kaum gudluking.

Irene terngaga nyaris terpana.

"Irene?" Yuu memanggil sekali lagi. Irene mendongak. Cowok itu tersenyum semakin lebar. Merasa sangsi, Irene menunduk karena merasakan sensasi bergerak dengan intensitas yang tidak karuan di telapak tangannya.

Irene memekik. Berteriak parau meneriakkan tanpa sengaja beberapa nama binatang yang tiba-tiba terbesit begitu saja.

"Yuu bego! Bego! Bego!" Irene menangis sesenggukan. Mengusapkan kasar kedua telapak tangannya kepada si pelaku.

Cacing-cacing yang semula Yuu letakkan di tangan Irene kini bertebaran dimana-mana. Beberapa jatuh ke air membuat Yuu memberengut. Padahal dia tadi harus bersusah payang mencari-cari hewan penggeliat itu.

"Lo cengeng banget, sih!"

Irene tidak menyahut. Cewek itu masih sesenggukan.

"Gue mau pulang."

Seharusnya dia tidak berharap. Yuu jelas aneh sejak awal. Dia makhluk paling absurd yang pernah Irene jumpai selama 20 tahun kehidupannya. Seharusnya dia sudah tau akan jadi bagaimana kencan mereka. Tapi... Mancing???

Yang benar saja?

"Gue pulang sekarang."

"Eits. Kita kan mau mancing buaya. Gak mau pulang sebelum dapet." Tepat sebelum cewek itu hengkang, Yuu lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"Lo bego, yah?" Irene salah bertanya. Dia tahu betul kalau cowok itu luar biasa goblok.

"Seenggaknya kita harus dapet aligator. Kalo crocodile tak kudapat, seenggaknya anakannya."

"Beda spesies, tolol!" Yuu hanya menggendik tidak peduli. Cowok itu tidak pernah menganggap mulut beracun pacarnya sebagai gangguan. Yuu suka setiap sikap natural cewek itu. Bahkan setiap kali Irene mengeluh manja sebelum di detik selanjutnya justru menyerapah sampah. Hmm, couple goal memang.

Irene menepuk jidatnya putus asa sebelum akhirnya memilih mengalah dan mendudukkan kedua pantat lelahnya di hamparan rumput hijau.

Irene mengedarkan pandangan. Mengamati sekelilingnya dia tidak menyangka bagaimana Yuu menemukan tempat se asri ini di pinggiran Jakarta? Sangat menyejukkan mata begitu pula hatinya.

Irene menarik napas lama sebelum akhirnya menghembuskannya pelan-pelan. Cewek itu lebih rileks sekarang. Yuu mengamati dari samping. Tersenyum simpul saat tidak sengaja mendapati senyuman candu yang begitu dia rindukan beberapa hari ini.

Begitu natural.

"Ngapain lo liat-liat?" Irene yang sadar diperhatikan menjadi salah tingkah.

"Itu, dijidat lo ada pup cacing."

"Yuu!" Irene memukul dada cowok itu tapi Yuu lebih dulu menangkapnya -memerangkapnya dalam dekapan. Mereka saling pandang beberapa saat sebelum akhirnya sama-sama tertawa lepas dan bebas.

Kapan terakhir kali mereka terlihat begitu bahagia seperti ini?

Yuu menyerahkan satu pancing untung dipegang Irene. Cowok itu melakukan semua aktivitasnya tanpa menghilangkan lengkungan tipis di kedua sudut bibir. Irene yang melihat dari samping mulai menerka, apakah Yuu merasa sebahagia itu hanya karena mancing?

Mereka menunggu dengan sabar saat umpan dilemparkan. Irene berharap dalam hatinya, setidaknya dia pulang ingin membawa seekor ikan. Sementara Yuu luar biasa memohon kepada Tuhan, saat sebelum senja dia sudah mendapatkan buaya incarannya.

"Lo tau gak kenapa gue ngajak lo kesini?" Yuu membuka suara membuat Irene yang terkantuk-kantuk menoleh.

Cewek itu menggeleng pelan.

"Tempat ini jadi tempat favorit gue."

Irene mulai tertarik. Cewek itu menyimak antusias.

"Dulu pas kecil gue sering kesini bareng Mama. Kadang gue sampe berenang sebelum akhirnya dimarahin." Mimik sumringahnya berubah redup. Yuu menunduk saat merasakan hatinya kembali berdenyut. Cowok itu melanjutkan, "katanya, dia takut kalo semisal gue tenggelam terus ngilang. Sampe sekarang gak ada yang tahu berapa kedalaman air disini, termasuk gue."

Irene masih memperhatikan. Hatinya ikut tersentuh setiap kali melihat perubahan ekspresi berarti di wajah Yuu.

"Sekarang Mama lo kemana? Oh, iya, gue belum pernah ketemu sama orang tua lo." Irene mencoba membaur, dia berusaha mematik suasana agar Yuu bersedia melanjutkan cerita. "Kapan-kapan tolong ajak gue ketemu mereka!"

Yuu tidak menjawab.

Cowok itu sudah diberi tahu Papa telah kembali ke kediaman. Tapi entah kenapa sampai saat ini dia tidak juga disuruh pulang? Yuu merasa ada sesuatu yang aneh, tapi dia terlalu malas untuk sekedar bertanya pada Grizz apalagi mencari tahu.

Soal Grizz, Yuu tidak sekali dua kali mendapati cowok sociopath itu mengikutinya. Terkadang, suruhannya. Yuu tidak ambil pusing karena selama tidak ada yang mengusik ketenangannya, dia tidak masalah. Tapi, Yuu kali ini menatap cewek disampingnya intensif. Tangannya terulur meraba pipi chubby Irene. Mengusapnya lembut dengan ibu jari sebelum akhirnya mencubit gemas hidung mungil Irene, membuat si empu bertambah kesal dan semakin sebal.

"Lo apa-apaan, sih? Gue tadi kan nanya?"

"Duh, sayang, kamu gak boleh galak-galak gitu. Nanti cepet keriputan tau rasa, lo."

Yuu sangat khawatir dengan sosok disisinya. Setelah bersama Yuu, keselamatan Irene jauh dipertaruhkan daripada sebelumnya. Mengingat siapa jati diri sosok pacar misteriusnya saat ini.

Telepon berdering. Cowok itu mencari gusar benda pipih di kantong jaketnya. Menyipitkan mata saat membaca nama seseorang yang terpampang di layar.

PAPA!

"Yuu, lo baik-baik aja?" Irene khawatir. Yuu hanya mengangguk, berkata non verbal yang menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.

Cowok itu sedikit menjauh untuk menerima panggilan.

"Selamat siang anak kesayangan Papa? Gimana kabar kamu?" Suara di ujung sana membuat telinga Yuu mendadak pengang. Padahal volume suaranya sedang saja.

"Lo perlu apa? Gue gak akan pulang." Yuu tidak mau berbasa-basi. Dia tahu pasti tujuan sang Papa menelpon hanya untuk membujuknya pulang.

"Kamu masih kayak biasanya. Gak punya sopan-santun khas anak Papa. Padahal Papa pengen banget ketemu sama pacar pilihan kamu. Oh iya, Mireya nelpon Papa, katanya kamu berlaku kasar sama dia?"

"Bukan urusan lo." Yuu hendak menutup sepihak tapi urung dia lakukan, cowok itu kembali menempelkan benda pipih itu.

"Irene. Itukah nama pacar kamu? Papa tadi udah nyuruh orang buat bawa dia kemari biar Papa bisa nilai sendiri apa dia pantes buat kamu atau gak."

"Berengsek!"

Cowok itu segera berbalik -panik saat mendengar suara yang tidak terlalu jelas. Diujung jalan sana, Irene sedang bersusah payah melepaskan bekapan di mulutnya tapi sayang suaranya tidak sampai untuk keluar.

"Y-uu."

Yuu terlambat. Mobil asing lebih dulu membawa pacarnya. Kedua tangannya terkepal kuat. Pohon disekitarnya menjadi pelampiasan amarahnya. Menendang angin sebelum akhirnya tubuh Yuu luruh di tanah. Kemarahan menyelimuti. Yuu rasanya ingin sekali membunuh semua anggota keluarga berengseknya.

Irene, diambil darinya. Cewek itu jelas tidak akan baik-baik saja. Dia, apa mungkin akan membenci Yuu juga? Sama seperti sang Mama?

***
"Roger! Target terlihat begitu frustasi." Senyuman mengembang. Mireya yang sejak awal mengawasi, bertugas sebagai pelacak kemanapun mereka berdua pergi.

"Maaf, Yuu. Tapi cuma gue yang boleh jadi pacar bahkan istri lo kelak."

***

Jangan lupa tinggalkan feedback.

Bagian mana yang paling kalian suka?

Happy reading.

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 124K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
9.2K 871 5
Isabel terbangun di atas ranjang rumah sakit dalam kondisi hilang ingatan. Saat membuka mata, banyak pria berbadan kekar yang diutus untuk menjaganya...
347K 25.9K 24
BUKU KEDUA DARI TRILOGI OBSESSION. SANGAT DIHARUSKAN MEMBACA BUKU PERTAMA. 18+ ( Mengandung kata-kata kasar, adegan kekerasan, make out sesion and ki...
519 81 16
Ellie Menner adalah gadis yang berada di bawah naungan tangannya. Melindunginya dari ancaman serta perjanjian. 6 tahun silam, tragedi kematian kakak...