26. NamJin: Converse High

422 58 4
                                    

A/N:

Cerita "26. NamJin: Converse High" ini interpretasi aku sendiri dari beat lagu ini. Semoga suka 😘😘😘😘😘😘😘

*******

Namjoon melihatnya lagi. Keberapa kalinya dalam dua minggu terakhir? Lima? Enam kali? Ia lupa.

Namjoon menatap pemuda bersepatu Converse merah jambu yang selalu menutupi wajahnya dengan masker hitam ditambah jumper berukuran besar yang membuatnya tenggelam. Kali ini jumper-nya berwarna coklat susu dan basah karena hujan yang turun sejak tadi pagi.

Siapa pria itu? Mengapa Namjoon baru melihatnya pada tahun terakhirnya di kampus? Apakah pemuda itu mahasiswa baru?

Namjoon memutuskan mengikuti pemuda tersebut. Dengan jarak aman, tentu saja. Ia tak ingin dianggap penguntit. Eh, tetapi bukannya yang ia lakukan sekarang adalah tahap awal menjadi penguntit?

"Apa sih yang kupikirkan?" gerutu Namjoon pada otaknya sendiri.

Pemikiran Namjoon itu membuatnya kehilangan Sang Pemuda.

"Lho, ke mana dia?" Namjoon berputar di tempat dan mengedarkan pandang ke segala penjuru. "Kok tidak ada?"

Namjoon mulai berkacak pinggang. Gagal sudah usahanya mencari tahu tentang pemuda bersepatu Converse merah jambu itu.

"Aish!"

---

"Namjoon-ah!"

"Ya, Eomma?" Namjoon keluar dari kamarnya.

"Tolong antar ini ke tetangga sebelah. Mereka baru pindah dan tadi kita dikasih kue. Ini balasan untuk mereka."

Namjoon melirik ke arah kotak berwarna putih yang mengeluarkan bau wangi kue buatan ibunya.

"Sebelah sini?" tunjuk Namjoon ke arah rumah sebelah kanan.

"Iya. Keluarga Kim yang tinggal di situ sekarang."

"Oke, Eomma."

Namjoon segera menuju ke rumah tetangga barunya dengan sekotak kue di tangan. Ia menekan bel dan menunggu sesaat sebelum seorang pemuda, mungkin seumur Namjoon, membuka pintu.

"Cantik," gumam Namjoon.

"Aku emang cantik," ujar pemuda tersebut sambil menyibak poninya. "Kamu cari siapa?"

"Em, ini dari ibuku. Kami tinggal di samping."

"Oh, anaknya Bibi Kim ya? Ayo masuk."

"Eh, tidak usah. Maaf, aku sedang mengerjakan tugas kampus. Mungkin lain kali."

"Ah, begitu. Baiklah. Tolong ucapkan terima kasih pada Bibi Kim. Terima kasih untukmu juga pastinya."

Namjoon menggaruk tengkuknya. Entah mengapa ia merasa kikuk namun juga tersipu-sipu.

"Baiklah. Sampai jumpa."

Namjoon tersenyum sekali lagi sebelum meninggalkan rumah tetangga cantiknya. Senyumannya belum luntur hingga dirinya kembali berada di kamarnya.

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now