7. KookMin: Mulai

384 59 0
                                    

Park Jimin yakin bahwa ia jatuh cinta pada Jeon Jungkook, fotografer yang irit senyum, begitu kedua matanya bertatapan dengan mata gelap Sang Fotografer. Jimin merasa lidahnya kaku hingga tak mampu mengeluarkan sepatah katapun di depan Jungkook. Ia hanya tersenyum dan membungkuk dan membuatnya ingin membenturkan kepalanya ke dinding karena bersikap bodoh.

"Jim, makanlah ini. Kau mungkin lapar jadi omonganku aneh."

"Aku tidak lapar, Hyung. Aku jatuh cinta!"

Hoseok menutup tempat makan di tangannya, menyimpannya, dan menatap Jimin lekat.

"Kau yakin ini bukan rasa terpesona sesaat? Kekaguman sementara, mungkin?"

"Kali ini beda, Hyung. Jantungku berdebar ketika di dekatnya."

"Itu karena kau masih hidup, Jim. Aw!" Hoseok mengusap bahunya yang dicubit Jimin. "Singkirkan jari pendekmu itu! Dasar tukang cubit!"

Jimin mendecih ke arah Hoseok yang telah setia menemaninya sejak debut tahun lalu.

"Sudah, istirahat dulu saja. Penerbangan ke LA makan waktu lama dan sehari setelahnya kau akan tampil. Sebaiknya kau hemat suara dan energimu."

Jimin cemberut tetapi ia tahu bahwa Hoseok benar. Maka, Jimin akhirnya mengikuti saran Hoseok.

---

"Hyung, aku tidak bisa berhenti memikirkannya," ucap Jimin setelah penampilannya berakhir. "Aku yakin kali ini aku tidak salah. Aku benar-benar jatuh cinta pada Jeon Jungkook."

Hoseok, yang hendak menyerahkan botol air mineral kepada Jimin, menghentikan pergerakannya.

"Oke, anggaplah itu benar. Kau jatuh cinta padanya. Lalu?"

Jimin mengangkat bahu.

"Kalau kau saja tidak tahu, terus bagaimana?"

"Semoga saja dia tidak puas dengan pemotretannya dan meminta diulang." Jimin berkata sambil tersenyum lebar.

"Bagus kalau diulang. Kalau diganti modelnya?"

Seketika senyuman Jimin luntur dan berganti dengan lirikan tajam pada manajernya.

---

Jimin mengemudikan mobilnya keliling kota tanpa tujuan pada hari liburnya. Ia kembali dari LA dua minggu yang lalu dan jadwal padat menantinya sejak ia menginjakkan kaki di bandara hingga sehari sebelum libur. Rasa lelahnya sungguh tak terkatakan!

Setelah jenuh berputar-putar, Jimin memutuskan mengarahkan mobilnya ke pantai. Karena sekarang bukan akhir minggu atau hari libur nasional, Jimin menduga pasti pantai akan sepi pengunjung. Beruntungnya, dugaannya tepat.

Jimin memarkirkan kendaraan di samping sebuah motor gede berwarna hitam. Jimin mengamati moge itu sebentar dan mengangguk seolah-olah sedang menilainya. Jimin melihat sekelilingnya sambil berjalan ke bibir pantai.

"Senangnya bisa ke pantai. Dan hampir tidak ada orang. Yes!"

Jimin berjalan semakin dekat ke arah ombak dan terkekeh senang saat rasa dingin air laut mulai menyapa kulitnya. Jimin berjalan menyusuri pantai, dengan sengaja membiarkan kakinya terbenam ombak sampai semata kaki.

Jimin yang asyik menikmati laut tak menyadari seseorang yang membidiknya dengan lensa kamera. Seseorang tersebut mengambil fotonya sejak Sang Penyanyi tersebut berjalan ke arah pantai. Wajah bahagia Jimin, tingkahnya yang seperti anak kecil, serta tawanya berhasil ia abadikan.

"Dia benar-benar fotogenik."

---

Jimin puas bermain air laut hari itu sampai celana dan bajunya basah. Ia tak peduli, yang penting ia bersenang-senang.

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now