22. NamJin: Stay

275 44 0
                                    

"Hyung!" Jungkook berteriak dan melambaikan tangan saat melihat sepupunya di pintu kedatangan. Seokjin tertawa melihat Jungkook yang melompat-lompat menyambutnya.

"Apa kurang jelas kalau kau itu kelinci? Kenapa harus lompat-lompat?"

"Biarkan saja. Lagipula kalau ada yang tidak suka, tinggal aku heggghh!" ujar Jungkook sambil memamerkan otot lengannya.

"Ya ya ya. Kau memang hebat, Kookie."

Keduanya berjalan ke arah mobil Jungkook sambil bercanda. Jungkook membantu Seokjin meletakkan tas di bagasi mobilnya sebelum menghidupkan mobil dan pergi.

Semua yang dilakukan Seokjin dan Jungkook tadi, ternyata diamati oleh seseorang berambut hijau mint yang berada di dalam mobil abu-abu metalik.

"Kim Seokjin? Dia sepertinya baik-baik saja."

---

"Hyung, boleh aku minta bantuan?" Namjoon berkata sambil memejamkan mata. Dirinya baru saja mendarat dari Tokyo dan sekarang menuju apartemennya.

"Apa?" jawab Yoongi tanpa menoleh.

"Bisa kau cari tahu kabar Kim Seokjin?"

"Untuk apa? Kau mau menyakitinya lagi?"

"Aku...cuma ingin tahu."

Yoongi memikirkan permintaan adiknya sebelum menjawab, "Oke."

Maka, mulai keesokan hari, Yoongi mengikuti Seokjin dengan mobil yang berbeda agar tak dikenali. Ia memberitahukan semuanya pada Namjoon saat merrka bertemu.

"Dia makan apa hari ini, Hyung?"

"Mana kutahu."

"Bajunya warna apa?"

"Tidak ingat. Yang pasti dia pakai baju dan celana."

"Kau kan mengikutinya. Bagaimana bisa tidak tahu?" protes Namjoon. Yoongi meliriknya tajam. "Oke, sorry."

"Dia makan siang dengan seorang laki-laki tampan, teman kerjanya kurasa."

Pletak!

Sumpit Namjoon terbang dan mendarat di mangkuk di hadapannya.

"Kau itu kenapa? Cemburu dengan laki-laki yang makan dengan Seokjin?"

"Tidak."

"Kalau mau tahu orangnya, ikut aku besok. Kau bisa lihat sendiri."

Namjoon tak mengiyakan tetapi juga tidak menolaknya. Ia bersikap seolah-olah tak tertarik namun keesokan harinya ia bangun lebih awal agar tidak terlambat mengikuti Yoongi.

"Cih! Kukira tidak akan ikut."

Namjoon hanya mengangkat bahu lalu mengenakan kacamata hitamnya.

"Kalau kau mau tidur, tidurlah. Rumah Seokjin dua puluh menit dari sini."

"Oke."

Drt drt!

"Tidak diangkat?"

"Malas."

"Manajermu?"

"Hm."

"Ya sudah, tidur saja."

---

"Sudah selesai, Hyung?"

"Kurasa iya. Perutku tidak enak rasanya."

"Mau kutemani ke klinik nanti?"

"Tidak usah. Aku akan menunggu sampai nanti sore. Kalau masih tidak nyaman, aku akan ke dokter. Lagipula, kau harus menjemput Bibi Jeon di stasiun, kan?"

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now