6. NamJin: Bulan

639 65 2
                                    

"Namjoon, sudah berapa bulan kau mendekati Seokjin? Kenapa masih belum ditembak?"

Namjoon mengangkat jari telunjuknya sebagai aba-aba bagi Jeon Jungkook, temannya yang baru saja melontarkan pertanyaan.

"Oke. Maaf, Kook, tadi kau bilang apa?"

"Kau itu kapan akan menembak Seokjin? Sudah berbulan-bulan kau mendekatinya."

"Aku masih menunggu waktu yang tepat."

"Dan kapan kira-kira waktu yang tepat itu? Kuberitahu satu hal. Dia menyukaimu dan menunggumu."

"Tahu dari mana?"

"Kalau kau lupa, pacarku itu teman dekatnya," ucap Jungkook dengan nada kesal. "Beberapa kali waktuku berduaan dengan Jimin terganggu karena Seokjin yang ingin curhat tentang perasaannya padamu."

Namjoon tertawa pelan. "Maaf kalau begitu. Sebagai gantinya, kau dan Jimin datanglah ke rumah makan keluargaku akhir minggu ini dan makanlah sepuasnya. Bagaimana?"

"Nah, kalau begitu kan baru namanya teman." Jungkook membuat gerakan menembak ke arah Namjoon sambil mengedipkan mata. "Sering-sering ya. Oh ya, aku akan ke Osaka dua hari lagi. Semoga kau sudah jadian dengan Seokjin ketika aku pulang."

---

"Hai, Namjoon-ah. Maaf membuatmu menunggu. Tadi bosku ingin berbicara sebentar tentang rencana dinasku Sabtu ini," tutur Seokjin saat dirinya berada di samping Namjoon yang menunggunya sambil merokok.

"Tidak apa-apa. Tadi Jungkook menemaniku di sini."

"Oh, dia sudah pergi?"

Namjoon mendengar kalimat itu lagi dari mulut Seokjin. Sejujurnya, ia jatuh hati pada Kim Seokjin namun selama dua bulan terakhir, topik yang paling menarik perhatian Seokjin (mungkin satu-satunya topik yang menarik bagi Seokjin) adalah saat nama Jeon Jungkook terlontar.

'Oh, tadi Jungkook di sini?'

'Oh, dia sudah pergi?'

'Kenapa Jungkook buru-buru pergi ya?'

'Yaaa...aku tidak sempat bertemu dengan Jungkook.'

Kalimat-kalimat itu saja yang terus didengarnya dari Seokjin hingga ia merasa bahwa Seokjin sebenarnya menaruh hati pada Jungkook. Tidak pada dirinya.

Setiap kali hal tersebut terjadi, Namjoon berubah menjadi pendiam dan hanya tersenyum singkat tanpa menjawab pertanyaan Seokjin.

---

Seokjin tak mengerti apa yang terjadi. Apakah dia mengucapkan sesuatu yang menyinggung Namjoon? Apakah tadi ia terlalu lama sehingga Namjoon bosan menunggu? Atau, apakah Namjoon memiliki masalah? Seokjin ingin tahu. Namun, setiap kali ia bertanya tentang hal itu, jawaban Namjoon selalu 'Tidak ada apa-apa'.

Saat kendaraan Namjoon mendekati kompleks apartemen Seokjin pun, pria tersebut masih diam. Seokjin semakin lelah rasanya setelah bekerja seharian.

"Namjoon-ah, aku akan ke Osaka dua hari lagi. Aku diminta bertemu dengan perwakilan counterpart di sana."

Namjoon mendengar 'Osaka' dan 'dua hari lagi'. Bukankah Jungkook juga akan pergi ke Osaka dua hari lagi?

"Sendiri?"

"Tidak. Dengan satu staf personalia juga."

"Jungkook?"

"Bagaimana kau tahu?"

Namjoon menggertakkan gigi. Rahangnya mengeras dan ia menolak melihat ke arah Seokjin yang berharap Namjoon akan menatapnya.

"Lucky guess, I think."

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now