30. NamJin: Aku Suka

269 52 16
                                    

"Aku pulang!" teriak Seokjin setelah melepaskan sepatunya dan mengenakan sandal rumah. Ia berjalan di atas lantai kayu mengkilat rumah bergaya tradisional Jepang milik orang tuanya.

"Jinnie?"

"Iya, Nek."

Seokjin memasuki ruang keluarga dan melihat orang tua serta neneknya duduk di atas tatami.

"Neneeeeekkk! Aku rindu sekali." Seokjin memeluk neneknya. Untung saja wanita tua tersebut tidak terjatuh ke belakang.

"Kau itu seperti banteng saja. Main seruduk!" omel neneknya yang hanya ditanggapi dengan kekehan oleh Seokjin.

"Nenek sehat?"

"Selalu." Senyum Sang Nenek merekah. "Kudengar cucuku ini sudah mulai magang di toko."

"Iya, Nek. Baru dua minggu."

"Kenapa tidak di kantor Abeoji-mu?"

"Aku itu mana bisa menggambar sketsa gedung, Nek. Tidak mungkin kan magang di kantor arsitek? Lagipula, aku lebih menikmati membuat perhiasan."

"Alasanmu selalu saja ada."

Seokjin terkekeh.

"Kan Hyung sudah di kantor Abeoji jadi aku belajar dari Eomma saja."

"Ya ya ya. Nenek mengalah."

Tangan keriput Sang Nenek menepuk-nepuk pipi Seokjin.

"Jadi, kapan kau mau menikah, Jinnie?"

"Heee?"

---

Seokjin melamun sepanjang hari. Ia tak menyimak penjelasan guru sama sekali sebab pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan Sang Nenek.

"Memangnya aku sudah tua sampai ditanya kapan menikah?" Seokjin bergumam dan menghela nafas lelah.

"Mau berapa kali kau begitu?" tanya Namjoon setelah mengeluarkan botol air minumnya dari tas.

"Ha?"

"Kau itu melamun sejak tadi dan berkali-kali membuang nafas. Hah huh hah huh. Kau latihan melahirkan?"

"Sembarangan!"

Plak!

"Aduh! Hiissss!" Namjoon meringis setelah pundaknya mendapat geplakan cuma-cuma dari Seokjin. "Anarkis!"

"Biarin! Memang aku anarkis, sosialis, kapitalis, oportunis, egois, masokis."

"Eh? Itu yang terakhir kenapa masokis?"

"Eh, iya ya? Kenapa aku sebutin?"

"Waaaa...tidak kusangka ternyata kamu emmmm."

Seokjin mendorong Namjoon yang berpura-pura menatapnya lapar dari atas sampai bawah.

"Heh, dasar mesum!"

"Dek, sini sama Om. Duit Om banyak lho. Adek mau BDSM juga, hm?"

"Najis, Kim Namjoooooon!"

"Hahahaha! Makanya kalau mau ngomong, dipikir dulu." Namjoon menutup bukunya. "Aku lapar, Jinseok. Ayo makan, kau yang bayar."

"Kok gitu?"

"Kan aku belum kerja. Kau kan sudah punya pekerjaan sambilan."

"Tidak sudi!"

---

"Jinseok, kau pulang naik apa?"

"Sepeda, seperti biasa. Kenapa?"

"Kau tidak punya mobil?"

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now