19. KookMin: Pulang

276 54 2
                                    

Malam itu Jungkook kembali ke apartemennya dengan harapan akan melihat Jimin berada di sana. Sayang seribu sayang, harapannya belum terkabul.

Jungkook terduduk lemas di sofa. Ia menghidupkan televisi hanya agar dirinya tak merasa terlalu sendirian. Ia melangkah tanpa semangat ke dapur dan membuka kulkas untuk mengambil bir dingin. Tiba-tiba bola matanya terpaku pada beberapa kontainer makanan yang tak ia sadari berada di sana sebelumnya.

Jungkook mengambil salah satu dan membukanya. Kimchi kesukaannya. Ia meletakkannya di meja lalu mengambil yang lain hingga berakhir mengambil keenam kontainer tersebut.

"Ini...semuanya kesukaan aku." Jungkook berucap lirih. "Jimin...."

Jungkook sangat jarang menangis. Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali menangis dan karena alasan apa. Tetapi, malam itu air matanya mengucur deras gara-gara masakan Jimin.

"Sayang, kamu di mana?"

---

Seokjin duduk di teras samping yang menghadap ke kebun bunga miliknya. Jimin duduk di salah satu sofa di dekatnya sambil melamun.

"Eomma?"

"Ya, Jiminie?"

"Apa aku jahat karena membuat Jungkook stress sekarang?"

"Jawaban jujur atau menghibur?"

Jimin mendengus geli.

"Kalau jawaban menghibur, iya sih tapi biarkan saja."

"Kalau jawaban jujur?"

"Tidak jahat karena Kookie perlu belajar menghargai kamu. Kamu bukan benda, kamu manusia yang bagaimanapun juga memerlukan perhatian dan kasih sayang." Seokjin menoleh ke arah Jimin. "Yang terjadi di antara kalian sekarang persis yang terjadi antara Eomma dan Appa waktu baru menikah."

"Eomma, aku rindu Kookie."

"Terus?"

"Ingin pulang."

"Eomma tidak akan menahanmu. Ternyata kita sama saja. Berjauhan dari orang yang kita cintai tidaklah mudah." Seokjin mengerucutkan bibir. "Bapak tua itu baru akan pulang besok malam. Menyebalkan sekali."

Tawa Jimin tersembur dari mulutnya.

"Kalau Appa sudah tua berarti Eomma juga dong. Kan Eomma lebih tua dua tahun."

"Heh, menantu kurang ajar kamu!"

"Hahaha!"

---

Jimin memasukkan sandi dan pintu apartemenpun terbuka. Ia melihat ruang tengah yang gelap namun ada sedikit cahaya dari arah dapur. Jimin melihat ke sekitarnya namun belum berjumpa dengan Jungkook. Barangkali Jungkook di kamar, pikirnya.

Benar saja. Jimin melihat Jungkook meringkuk di atas tempat tidur masih dengan pakaian kerja. Jimin mendekat dan melihat wajah Jungkook yang basah. Jungkook menangis dalam tidur sambil sesekali memanggilnya.

Jimin menutup mulutnya agar isak tangisnya tak mengganggu Jungkook. Ia perlahan merasa bersalah meninggalkan Jungkook hingga kacau seperti ini.

"Maaf, Kookie."

Jimin mengusap kepala Jungkook dan mengeringkan pipi kekasihnya dengan hati-hati agar tak terbangun. Tetapi, Jungkook perlahan membuka matanya saat merasakan sentuhan di wajahnya.

"Aku pasti mimpi lagi karena terlalu merindukanmu, Sayang," ucap Jungkook belum sepenuhnya sadar.

"Kookie, aku pulang."

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now