34. NamJin: Boy Meets Evil

244 43 6
                                    

"Namjoon, Eomma harus bagaimana lagi agar kau berhenti mengusir guru-guru yang Eomma carikan untukmu?" Kim Jisoo berkata dengan nada putus asa. "Kau sering membolos jadi ketinggalan pelajaran. Eomma berniat baik supaya kau tetap belajar, Namjoon-ah."

Kim Namjoon hanya diam, tak berminat menanggapi Sang Ibu. Apakah ibunya benar-benar tak dapat menebak alasan Namjoon memberontak? Apakah ia perlu melakukan hal yang lebih ekstrim untuk membuat orang tuanya sadar?

"Jawab, Eomma." Kim Jisoo menarik nafas kesal. "Kalau begitu, tidak ada pilihan lain. Kau harus menemui Kim Seokjin dan meminta maaf lalu bujuk dia untuk mengajarimu bermain piano."

"Who the hell is Kim Seokjin? (Siapa Kim Seokjin?)"

"Guru yang baru saja kau usir."

"Hell no. If he needs money, he'll come back (Tidak mau. Kalau dia perlu uang, dia pasti kembali)."

"Coba tebak? Dia tidak miskin, Kim Namjoon. Kalaupun tidak mengajarmu, dia tidak akan melarat."

---

Namjoon melemparkan tasnya ke arah sofa di sudut ruangan. Ia menanggalkan dasinya dan menjatuhkannya ke lantai lalu berbaring telentang di atas kasur empuknya menatap langit-langit.

Ia melihat sebuah bintang yang menempel di langit-langit kamar. Benda glow in the dark itu sudah berada di sana selama lima tahun. Ia masih mengingatnya dengan baik bagaimana ia dengan penuh semangat menaiki tangga yang dibawa oleh ayahnya dan menempelkan bintang itu di sana.

Namjoon tersenyum ketika kenangan tersebut singgah di kepalanya. Ia merindukan masa-masa itu. Masa dimana orang tuanya hanya memperhatikannya, memanjakannya, memujanya. Masa dimana Namjoon merasa dirinyalah pusat semesta mereka berdua.

Sayangnya, kebahagiaan tersebut tak bertahan lama. Setahun setelah menempel bintang di langit-langit kamarnya, Sang Ayah meninggalkan dirinya beserta Sang Ibu demi seorang perempuan muda yang membuatnya merasa diinginkan.

"You're just too proud you can put your old dick in some hoes who want nothing but your money (Kau terlalu bangga karena bisa memasukkan penis tuamu ke beberapa jalang yang cuma mau uangmu)."

Namjoon menutup mata dengan lengan kanannya. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Ia merindukan ayahnya. Namun, ia lebih memilih mati daripada mengatakannya.

---

Satu setengah bulan kemudian

"Selamat pagi, Anak-Anak. Ssaem akan memperkenalkan guru musik pengganti selama Park Jimin Ssaem belajar di Inggris."

Min Yoongi, Wali Kelas Kelas 12-A, mempersilakan seseorang untuk masuk.

"Nah, ini Kim Seokjin Ssaem. Kalian akan belajar dengan Kim Ssaem mulai pagi ini. Dengarkan Kim Ssaem dan cobalah untuk tidak membuat masalah, sekali saja. Paham?"

"Paham, Ssaem."

Setelah Min Ssaem meninggalkan ruang kelas, Seokjin mulai meperkenalkan diri.

"Selamat pagi, Semuanya. Nama saya Kim Seokjin. Panggil saja Kim Ssaem. Saya alumni sekolah ini juga. Saya senang sekali-"

Bugh!

Perkenalan diri Seokjin terganggu dengan suara perkelahian di deretan belakang kelas.

"Hei, berhenti! Ada apa ini?" Ia melangkah cepat ke arah dua siswa yang sudah saling menarik kerah seragam. Beberapa siswa mencoba menarik kemejanya dan menggeleng.

"Kenapa?"

"Bahaya, Ssaem."

"Tidak apa-apa." Seokjin tersenyum menenangkan sebelum kembali mendekat untuk melihat dua siswa dengan wajah terlihat mulai memerah menahan marah sementara yang lainnya mengeluarkan darah dari sudut bibirnya.

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now