24. SuHope: Hope On The Street

270 46 11
                                    

A/N:

Teman-Temin yang saya cintai tapi tidak saya nikahi, bab ini bakal lebih fokus ke Hoseok ya. Abang Suho tetep bakal nongol (karena ini kan SuHope 😄😄) tapi dikit bae. Alright? Cekidot!

Jangan lupa, voment-nya yes 😘😘😘😘

*******

Hoseok dan teman-temannya melompat-lompat mengikuti irama musik hip hop dan teriakan para penonton. Damn, dia selalu merasa hidup setiap melakukan ini. Tidak masalah baginya jika jumlah penonton lebih sedikit atau selalu sama seperti sebelumnya. Yang penting adalah ia melakukan hal yang ia suka dan membuat orang-orang terhibur.

Hoseok bertepuk tangan dan membungkuk ke arah penonton sebelum melambaikan tangan. Ia melihat seorang lelaki berjas krem di antara penonton yang menatapnya namun Hoseok berpura-pura tidak tahu. Ia memilih berkumpul dengan teman-temannya dan membahas penampilan mereka berikutnya dua hari lagi di salah satu rumah makan yang mengusung tema Hip Hop Night.

"Oke. Jadi udah beres ya semuanya buat di sana. Thank you, Brother," ucap Hoseok. Kedua temannya pun berpamitan sementara Hoseok berjalan menuju minimarket untuk membeli minuman. Setelahnya, ia menuju halte bus tetapi berhenti sebentar untuk membeli odeng dan melahapnya sambil berdiri seperti para pembeli yang lain. Dari sudut matanya, ia tahu bahwa lelaki berjas krem tadi mengikutinya.

"Hmmm...enaknya." Hoseok berkata sambil terus menikmati odeng. Ia melihat jam dan menyadari bahwa lima menit lagi bus yang ia tunggu akan datang. Maka, ia segera membayar dan meneruskan langkah.

"Selamat malam, Paman." Hoseok menyapa sopir bus yang sudah beberapa kali ia lihat kemudian menuju bangku yang paling belakang di dekat jendela, tempat duduk favoritnya.

Hoseok memasang earphone-nya dan menyalakan musik. Kali ini bukan hip hop, namun musik klasik yang ia anggap sebagai musik untuk pendinginan setelah tampil. Dari tempat duduknya, ia melempar pandangan ke luar. Lelaki berjas krem tadi tampak mencari-cari jejaknya. Hoseok mendengus, mencoba untuk tidak peduli.

Pandangannya saat ini tertuju pada  beberapa orang yang sepertinya pegawai kantoran. Beberapa dari mereka tertidur karena kelelahan. Warna hitam terlihat jelas di bagian bawah mata mereka. Hoseok yakin, mereka pasti bekerja lebih dari sepuluh jam setiap hari dengan gaji yang hanya cukup untuk menyewa apartemen sempit dan membeli beberapa bungkus ramen. Kehidupan yang menyedihkan.

Persis seperti yang dijalaninya beberapa tahun lalu. Kehidupan yang tak ingin diingatnya lagi.

---

"Cek cek 1 2 3."

Hoseok memeriksa semua mikrofon yang akan mereka pakai malam itu dan merasa puas karena semuanya tidak bermasalah. Ia dan kedua temannya sudah tiba satu jam sebelum Hi Hop Night dimulai dan sekarang sedang mempersiapkan diri untuk tampil lima menit lagi.

"Semoga malam ini penontonnya asyik," ujar Woo Jiho alias Zico penuh harap.

"Kalau tidak asyik, kita buat asyik," kata Hoseok diikuti tawa renyahnya.

"Bener tuh. Dibawa asyik aja, Brother," timpal Vernon, Si Blasteran Amerika-Korea.

"Sepuluh detik lagi." Salah satu staf rumah makan memberi tahu mereka dan Hoseok membuat tanda OK dengan jarinya.

"Ready, Boys?"

Ketiganya menyatukan tangan dan berucap "Fighting!" sebelum naik ke panggung.

---

Hoseok duduk di kursi taman sambil melahap tteokbokki yang ia beli dari penjual kaki lima. Ia dan dua temannya memang mendapat makan malam gratis - selain uang - dari pihak rumah makan setelah mereka tampil. Tetapi, Hoseok selalu merasa kasihan pada penjual makanan kaki lima sehingga selalu menyempatkan diri membeli sesuatu dari mereka sebelum pulang.

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now