14. TaeGi: Lari!

360 59 4
                                    

"Ini yang kedua hari ini? Kenapa diam saja?"

"Aku tidak menyangka akan berlanjut, Appa. Aku kira hanya orang iseng."

Orang tua Yoongi saling memandang dengan raut wajah kuatir.

"Mungkin sebaiknya kau tidak sekolah dulu, Nak."

"Tapi, Eomma, sebentar lagi ujian kelulusan. Aku bisa ketinggalan banyak hal."

"Sejak kapan kau peduli pelajaran?"

Yoongi memutar bola matanya malas.

---

Seperti permintaan orang tuanya, Yoongi berdiam diri di rumah selama dua hari. Sejujurnya ia merasa bosan meskipun ia dapat tidur lebih lama. Yoongi tak menyangka bahwa dirinya akan merindukan sekolah.

"Aku berangkat dulu ya, Eomma dan Appa." Yoongi berpamitan setelah dua hari tidak bersekolah.

"Hati-hati ya. Kalau ada hal-hal aneh lagi, laporkan pada gurumu ya. Telepon Appa atau Eomma untuk menjemputmu, jangan pulang sendiri. Mengerti?" Ayah Yoongi berpesan.

"Baiklah, Appa."

---

"Hei, dua hari kemarin sakit ya?" tanya Jung Hoseok, teman sebangku Yoongi.

"Sedikit."

"Ada yang nyariin kamu lho, Yoon. Ganteng banget!"

"Siapa?"

"Om-om. Wah, nggak nyangka kamu ternyata bisa menarik om-om. Adaw!"

Yoongi menjitak kepala Hoseok.

"Mulutnya minta disambel ya?"

"Hehe...damai, Yoon." Hoseok membuat tanda V dengan jarinya.

"Min Yoongi Sunbae?" Seseorang memanggil Yoongi.

"Ya?" Ia melihat seorang siswa, yang belum pernah ia jumpai, berdiri di samping mejanya. "Siapa ya?"

"Em, aku hanya diminta menyampaikan ini pada Sunbae." Siswa itu meletakkan sebuah amplop kecil di meja Yoongi sebelum pamit.

Yoongi, mau tidak mau, kembali teringat pada surat berisi kecoa mati yang ia terima. Jantungnya mulai berdetak kencang dan telapak tangannya terasa berkeringat.

"Apa itu, Yoon? Surat cinta ya?" Hoseok bertanya. Tangannya pun segera meraih amplop yang Yoongi pandangi. "Aku baca duluan!"

Yoongi segera merebut amplop di tangan Hoseok dan membawanya pergi.

"Yoon? Hei, Yoongi-ah!"

Ia tak menghiraukan panggilan Hoseok, terus saja berjalan hingga memasuki toilet pria dan mengunci pintu. Yoongi menarik nafas sambil mengumpulkan keberanian untuk membuka amplop yang masih dipegangnya.

"Oke...."

Yoongi menjauhkan amplop dari wajahnya sebelum membuka dan membaliknya. Secarik kertas jatuh ke lantai, diambilnya lalu dibaca.

Aku tidak tahu nomormu dan sudah dua hari tidak melihatmu. Ini nomorku +82987654321.

Kim Taehyung

Yoongi bernafas lega.

"Terima kasih, Tuhan!"

---

Hari itu terlewati dengan lancar, menurut Yoongi. Ia bahkan dengan santainya menaiki bus ke rumah sakit untuk menjenguk Chef Bang. Bosnya itu sudah sadar namun belum diizinkan pulang.

"Halo, Bos."

"Yoongi-ah. Aku senang kau datang. Aku bosan sekali sendirian."

"Hehe...maaf ya, Bos, aku baru bisa menjenguk sekarang."

"Tidak apa-apa. Aku tahu kau harus sekolah."

"Hari ini hanya aku yang ke sini?"

"Sebenarnya tidak. Setengah jam lalu, Minho baru saja pulang. Ah, terima kasih sudah menyelamatkan beberapa barang milikku. Tadi Minho memberinya padaku. Oh, bahkan masih di sini hahaha...."

Yoongi melihat dompet, ponsel, serta amplop coklat berstempel 'Rahasia'. Sekilas tak ada yang aneh sampai....

"Dompetmu coklat, Bos?"

"Iya. Dulu, ini milik ayahku. Ini kulit sapi asli, kau tahu." Chef Bang masih terus berbicara tentang dompetnya dan ayahnya.

"Bos tidak punya dompet hitam persegi panjang?"

"He? Tidak pernah. Kau tidak mendengarkanku ya? Aku selalu pakai dompet ini."

Yoongi mengerjapkan mata. Ia sangat yakin bahwa dompet yang ia ambil dari meja bosnya berwarna hitam dan berbentuk persegi panjang. Bukan coklat dan segi empat.

Dompet siapa yang ia ambil waktu itu?

---

Yoongi berjalan sambil melamun. Ia tak mengerti mengapa dompet bosnya berbeda. Tunggu sebentar! Bukankah tadi bosnya mengatakan Manajer Choi mengantar barang-barang miliknya?

"Jangan-jangan...."

Brem! Brem!

Suara bising gas motor terdengar semakin dekat hingga membuat Yoongi menoleh. Seseorang berpakaian serba hitam melajukan motornya ke arah Yoongi dan hampir menyerempetnya. Beruntung Yoongi sempat menghindar.

"Hei! Kau tidak lihat ada orang di jalan?"

Pengemudi motor tersebut berbalik arah dan sekarang langsung menuju ke arah Yoongi.

"Mau apa dia? Eh, kenapa dia ke arahku? Hei hei berhenti!"

Motor itu terus melaju tanpa henti.

"Sial!"

Yoongi berlari sekuat tenaga. Ia masih dapat mendengar suara motor yang mengejarnya.

"Siapa orang ini?"

Yoongi berbelok ke arah gang kecil dan berharap pengendara motor itu tak dapat mengejarnya. Sayangnya, harapannya musnah. Saat motor tersebut maju ke arahnya, Yoongi kembali berlari.

Ia melihat beberapa kotak yang diletakkan di pinggir jalan lalu mengambilnya dan melemparkan ke arah Si Pengendara yang dengan mudah menepisnya.

"Pergi! Kau mau apa? Aku cuma anak sekolah!"

Yoongi sudah kelelahan namun pengendara gila itu tetap mengejarnya. Kaki Yoongi sudah terasa sakit sekali hingga ia semakin melambat. Kemudian....

Bugh!

Kepalanya dihantam dengan keras dan membuat Yoongi tergeletak tak berdaya, tak sadarkan diri.

---

"Sudah mati?"

"Belum, Tuan. Hanya pingsan dan terluka di bagian kepala. Ada orang yang datang jadi aku harus pergi."

"Goblok! Bagaimana kau bisa tidak becus melakukan hal seperti ini heh? Kau sudah kubayar dan berjanji bocah itu akan mati di tanganmu hari ini."

"Maafkan saya, Tuan."

"Kuberi tambahan 24 jam. Kau harus membunuhnya bagaimanapun caranya. Mengerti, Kim?"

"Baik, Tuan. Saya janji kali ini akan berhasil."

- Ditimpuk bata karena masih tbc -

Tersangka bertambah? Huehehehehe 🤭🤭🤭🤭

Monkey BusinessWhere stories live. Discover now