35. KookMin: Selamanya

247 53 26
                                    

Jimin berangkat lebih awal keesokan harinya. Ia harus memastikan sendiri bahwa Jungkook memang di kantor pusat dan pria itulah yang dilihatnya kemarin.

"Selamat pagi, Lisa."

"Selamat pagi, Tuan. Ada perlu, Tuan Park?"

"Hanya ingin bertanya tentang karyawan yang dari Busan. Jam berapa biasanya dia datang?"

"Barangkali sepuluh menit lagi, Tuan. Biasanya antara jam 07.30 dan 07.45."

Jimin mengangguk.

"Namanya siapa? Siapa tahu dulu kami pernah bertemu."

"Jeon Ju-"

Telepon di meja Lisa berdering.

"Maaf, Tuan Park."

"Tidak apa-apa. Silakan."

"Bagian Publikasi, selamat pagi."

....

"Ah ya. Apa Anda perlu sesuatu?"

....

"Baik, akan saya sampaikan pada Tuan Park. Semoga lekas sembuh."

Tut!

"Maaf, Tuan, karyawan yang baru kita bicarakan tidak masuk hari ini. Dia demam katanya."

Jimin merasa kuatir.

"Semoga dia akan membaik. Ah, siapa namanya tadi?"

"Jeon Jungkook, Tuan."

"Apa dia menginap di hotel yang biasa?"

"Benar, Tuan. Ada keperluan dengannya?"

"Ah, itu karena kami bertemu waktu pelatihan di Busan. Saya pikir saya mungkin menengoknya karena dia sakit."

Lisa menanggapinya dengan senyuman yang membuat Jimin merasa sedang diinterograsi.

"Hmm baiklah, terima kasih ya."

Jimin segera berlalu, meninggalkan Lisa yang terkikik geli dengan segudang teori tentang seorang Kepala Bagian dan karyawan dari Busan.

"Seperti Park Jimin-ssi serasi dengan Si Ganteng."

---

Jimin berdiri di depan pintu kamar 542. Kamar Jungkook yang ia dapatkan informasinya dari resepsionis. Ia membawa sebuah kantong berisi bubur, jus, dan juga obat penurun panas untuk Jungkook.

"Kalau aku ketuk, dia terganggu tidak ya?" Jimin mengusak rambutnya pelan. "Tapi sudah sampai sini masa aku pergi lagi?"

Jimin berdebat dengan dirinya sebelum tangan kanannya terangkat dan menggerakkan pengetuk pintu. Jimin diam dan menunggu sebelum melihat pintu terbuka dan menampakkan Jungkook yang mengenakan jubah mandi di atas kaos dan celana panjang.

Pria yang sedang sakit itu menaikkan alis melihat Jimin berdiri di depannya.

"Koo-ah maaf, Jungkook-ssi, saya dengar Anda sakit. Apakah sudah merasa lebih baik?"

Jungkook tak menjawab, membuat Jimin merasa bodoh karena mengikuti kata hatinya dan bukan otaknya.

"Ekhem! Ini, untuk Anda." Jimin menyodorkan kantong yang ia bawa. "Semoga...semoga cepat sembuh. Maaf mengganggu waktu istirahat Anda. Saya permisi."

"Tunggu," ujar Jungkook saat Jimin hendak berbalik. "Masuklah. Kepalaku sakit kalau terus berdiri."

Jimin mengangguk dan memasuki kamar yang pintunya dibuka lebar. Ia memilih mendekati sofa dan menunggu Jungkook mempersilakannya duduk.

Monkey BusinessOnde as histórias ganham vida. Descobre agora