BIARKAN DIA BAHAGIA

Start from the beginning
                                    

"Ayo Ay, Rez, dimakan," suruh bidan Lia sambio tersenyum.

"Iya tante."

"Iya bidan."

Untuk sementara, hanya suara sendok beradu yang terdengar memenuhi ruangan makan sederhana ini.

"Aiy tujuannya kesini mau apa?" tanya bidan Lia sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

Aiy menyesap minumnya sebelum menatap bidan Lia. "Jadi gini bidan, di malam waktu Dika hilang, apakah ada seorang bayi yang hilang juga?" tanya Aiy hati-hati.

Bidan Lia meletakkan sendok dan garpunya, lalu mengingat kejadian beberapa puluh tahun lalu, ketika klinik itu belum di renovasi menjadi sebuah rumah sakit.

"Tidak ada yang hilang waktu itu, hanya Dika saja. Tapi saat Tante mengajukan surat pengunduran diri ke klinik, Tante sempet denger desas-desus dari beberapa perawat. Katanya seorang bayi perempuan hilang dari tempatnya. Tapi anehnya, kali ini orang tuanya tidak mencarinya. Bahkan tidak ada yang menanyakan keberadaan bayi itu," jelas bidan Lia panjang lebar.

Aiy menghentikan makannya lalu menatap bidan Lia intens. "Lalu, apakah tidak ada orang tua atau keluarga yang mencari si bayi?"

Bidan Lia mencoba mengingat kembali sebelum akhirnya dia menggelengkan kepalanya pelan. "Gak ada, Ay. Tante sempet tanya perawat, katanya bayi itu gak ada yang cariin. Mereka aja baru sadar hilang waktu sebuah tempat tidur bayi tiba-tiba kosong."

"Bidan Lia tau gak nama orang tua bayi itu?" tanya Aiy semakin gencar.

"Gak lah, Ay. Udah lama banget. Coba cari di buku berkas-berkas lama itu.".

"Udah, bidan. Aiy ketemu namanya. Aiy merasa gak asing sama nama itu tapi Aiy gak tau dia siapa." Aiy menghela napas pelan sambil memainkan makanannya.

"Emangnya buat apa kamu tanya-tanya gitu?"

Aiy menatap bidan Lia dan menggeleng pelan. "Enggak apa-apa sih, bidan. Hanya, Aiy mau cari orang tuanya saudara tirinya Aiy."

Bidan Lia mengernyit tak mengerti. Aiy yang mengerti hal itu, langsung menceritakan mengenai Sasa dengan singkat. Dari ekspresinya, Aiy tau bahwa bidan Lia sedikit terkejut dengan kisahnya.

"Meskipun Sasa gak pernah cari siapa orang tuanya, tapi Aiy pengen cari buat Sasa," tutur Aiy.

Bidan Aiy mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Yaudah, Ay. Tante bakal bantu sebisa tante."

"Makasih bidan. Soal orang tua Sasa, apakah bidan gak ingat sama sekali?" tanya Aiy sama sekali.

"Enggak, Ay. Tante gak kenal sama sekali. Tante bahkan udah lupa wajahnya, soalnya udah lama banget, kan. Tante gak ingat lagi," ujar bidan Lia.

Aiy termenung memandangi piringnya dengan mata sayu.

"Kamu ada petunjuk yang bisa membuat kita mencari orang tuanya Sasa?" tanya Arez.

Aiy terdiam sebentar. "Waktu itu Mami bilang, Mami nemuin kalung sama surat di selipin."

"Ay, itu gak bisa jadi petunjuk. Sepertinya sedikit sulit untuk menemukannya," tambah dokter Ari.

Aiy menghela napas berat. "Iya, kayanya sulit."

Bidan Lia tersenyum tipis. "Maaf Ay, gak bisa bantu banyak. Tapi tante bakal berusaha."

Aiy hanya menganggukkan kepalanya. "Makasih sudah membantu bidan, dokter."

🌱🌱🌱

Arsha duduk di sebuah café sambil menunggu seseorang. Arsha membuang puntung rokok yang sudah mengecil. Kebetulan Arsha duduk di bagian luar café, jadi tak masalah baginya jika merokok.

A: Antara (Seq SEPATU) #AlisonSeries2Where stories live. Discover now