DUA BULAN LAGI

32 7 0
                                    

Siang ini Aiy sedang duduk santai sambil menikmati lunch-nya di kantin rumah sakit. Entah kenapa Aiy sedang tidak berniat mengunjungi restoran. Mungkin makanan kantinlah yang ia butuhkan saat ini.

Aiy tersenyum saat beberapa orang pasien yang dia kenal, perawat bahkan dokter menyapanya. "Ternyata lebih asik makan di kantin rumah sakit daripada restoran atau kafe," gumam Aiy.

Aiy kembali meneruskan makanannya sambil membuka-buka ponsel. Mungkin Aiy terlalu serius, sehingga dia tak menyadari kehadiran seseorang di hadapannya.

"Dokter Aiy?" panggil orang itu.

Aiy mengangkat wajahnya dan menemukan seorang dokter laki-laki, sedang membawa makanan dan majalah sambil menatap ke arahnya. Aiy buru-buru berdiri dan memberi senyum ramah pada pria itu. "Dokter Nino."

Dokter yang dipanggil dengan 'Nino' itu tersenyum sekali lagi pada Aiy. "Sendirian aja, Dok? Saya bisa duduk di sini?" tanya Nino.

Aiy mengangguk cepat. "Tentu, Dok. Silakan duduk."

"Terimakasih." Nino meletakkan makanannya dan majalahnya lalu duduk di depan Aiy.

Aiy juga kembali pada tempat duduknya dan mulai melanjutkan makannya. Gadis itu mematikan ponsel dan mencoba mencari topik pembicaraan dengan Nino, namum sepertinya Aiy tidak menemukannya.

Nino mulai makan dengan khusyuk. Nino, seorang dokter yang menyelesaikan studinya 3 tahun yang lalu, kini mulai menjadi dokter yang cukup profesional. Pria dengan tinggi 180 cm ini memiliki kulit putih dan rambut yang cukup lebat. Definisi dokter tampan. Dia termasuk dokter idaman di rumah sakit ini.

Aiy terus melanjutkan makanannya tanpa berniat memulai obrolan duluan. Harusnya emang cowok yang cari topik.

Nino mengunyah makanannya dengan tenang, sambil membuka majalah yang tadi ia bawa. Aiy memperhatikan majalah itu. Matanya menangkap sosok yang dia kenal sedang terpajang indah di sampul majalah tersebut.

"Anda suka majalah, Dok?" tanya Aiy ramah.

Nino menatap Aiy sekilas. "Ah, tidak."

Aiy mengerutkan keningnya. Mata gadis itu tertuju pada majalah yang dipegang Nino. Nino yang mengerti hanya tertawa sejenak dan meletakkan majalahnya. "Ini saya dikasih sama temen saya. Soalnya waktu itu saya lagi liburan di Paris dan ketemu sama dia. Dia bantuin saya bayar makanan, karena saya lupa bawa dompet. Kita kenalan dan taunya dia model terkenal. Ya udah, saya dikasih majalah yang ada foto plus tanda tangannya," jelas Nino.

Nino menjulurkan majalah itu pada Aiy. Tangannya bergerak menunjuk sampul dengan wajah cantik milik seorang wanita. "Ini temen saya."

Aiy cukup terdiam mendengar penjelasan Nino. Matanya hanya fokus memandang wajah cantik itu. "Bisa saya pinjam sebentar?"

"Oh, silakan."

Aiy mengambil majalah itu dan mulai menatap sampul depannya. Matanya terus menatap setiap ukiran wajah dan tubuh milik orang itu.

Elina ternyata model terkenal. Dia cantik banget. Gue gak ada apa-apanya dibanding dia, gumam Aiy. Entah kenapa tiba-tiba Aiy jadi membanding-bandingkan dirinya dengan Elina, padahal sebelumnya dia tak pernah seperti ini.

"Dok? Dokter Aiy?" panggil Nino.

Aiy langsung menyadarkan lamunannya dan beralih menatap Nino. "Eh, iya, Dok? Kenapa?"

Nino memperhatikan Aiy yang menatap model itu lekat. "Dokter Aiy kenal sama model itu? Kayanya merhatiin banget," ujar Nino.

Aiy menyunggingkan senyum tipisnya. "Iya, Dok. Dia pacarnya temen saya," jawab Aiy.

A: Antara (Seq SEPATU) #AlisonSeries2Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz